Dispepsia Adalah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Dispepsia Adalah: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Kholida Qothrunnada - detikBali
Selasa, 15 Nov 2022 12:49 WIB
wanita sakit perut
Foto: Thinkstock
-

Dispepsia adalah kondisi dari rasa tidak nyaman pada perut bagian atas. Sering mual dan muntah termasuk salah satu contoh gejala dari kondisi dispepsia.

Dalam hal ini, dispepsia merupakan gejala awal dari adanya suatu penyakit pencernaan. Oleh karena itu, dispepsia perlu diperhatikan dan waspadai.

Pasalnya jika sudah ada gejala-gejala yang timbul lalu dibiarkan, hal ini akan menjadi hal buruk yang mengarah pada penyakit serius. Oleh karena itu, simak lebih lanjut penjelasan apa itu dispepsia, segala, penyebab, hingga cara untuk mengobatinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Sindrom Dispepsia?

Dikutip dari repository.pkr.ac.id oleh P Eka Rohmawati, dispepsia adalah kondisi di mana ada suatu kumpulan gejala/sindrom yang menyebabkan gejala tertentu, seperti perut terasa penuh (begah), mual, hingga nyeri pada ulu hati.

Kondisi dispepsia akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan proses metabolisme, yang mengacu pada semua reaksi biokimia tubuh. Reaksi tersebut termasuk dalam kebutuhan akan nutrisi.

ADVERTISEMENT

Jadi secara umum, arti dispepsia adalah kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak nyaman pada bagian perut bagian atas serta dada. Ada rasa tidak enak di perut bagian atas yang menetap atau episodik, disertai dengan keluhan (cepat kenyang, kembung, sendawa, anoreksia, hingga mual dan muntah).

Gejala Pada Sindrom Dispepsia

Mansjoer (2001) dalam repository.ump.ac.id oleh Septeria Pratiwi, mengklasifikasikan gejala dominan sindrom dispepsia menjadi 3 tipe:

1. Gejala dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dispepsia):

  • Nyeri epigastrium terlokalisasi
  • Nyeri saat dan setelah makan
  • Nyeri episodik

2. Dispepsia dengan gejala dismotilitas:

  • Mudah kenyang
  • Perut cepat terasa penuh saat makan (begah)
  • Rasa mual dan muntah
  • Adanya rasa tak nyaman saat makan

3. Dispepsia mixed (gabungan)

Gejalanya gabungan yaitu antara nyeri di ulu hati dan rasa mual, kembung disertai muntah. Namun, gejala gabungan ini tidak ada yang spesifik ataupun dominan.

Penyebab Terjadinya Sindrom Dispepsia

Masih dari sumber repository.ump.ac.id oleh Septeria Pratiwi, Djojoningrat (2006) menyebutkan penyebab dari sindrom dispepsia, antara lain:

  1. Adanya gangguan serta penyakit dalam lumen saluran pencernaan, seperti infeksi Helicobacter pylori, luka pada dinding lambung (tukak), luka pada gaster atau duodenum, gastritis, hingga tumor.
  2. Konsumsi obat-obatan, seperti aspirin, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin, dan lain-lain.
  3. Adanya penyakit pada hepar, pankreas, sistem bilier (hepatitis, pankreatitis, kolesistitis kronik).
  4. Menderita penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, hingga penyakit jantung koroner.
  5. Penyebab dispepsia juga terjadi pada kasus kelainan/gangguan organik yang disebut sebagai dispepsia fungsional (dispepsia non ulkus).

Cara Mengobati Sindrom Dispepsia

Mansjoer juga menyebutkan tentang cara pengobatan pada penderita dispepsia. Ia membagi cara mengobati sindrom dispepsia menjadi beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antikolinergik

Cara mengobati sindrom dispepsia yaitu dengan obat Antikolinergik (tapi tidak bekerja secara spesifik). Obat yang mampu bekerja spesifik yaitu pirenzepin, yang berperan untuk menekan sekresi asam lambung.

2. Antacid 20-150 ml/hari

Obat-obatan antacid berfungsi untuk menetralkan serta meredakan penyakit asam lambung. Namun, pemakaian antacid tidak dianjurkan untuk secara terus-menerus.

Alasannya karena sifat antacid hanya simtomatis, yaitu untuk mengurangi rasa nyeri. Sehingga, penggunaan dengan dosis besar berpotensi menyebabkan diare.

3. Antagonis Reseptor H2

Obat untuk mengobati dispepsia ini memang banyak digunakan untuk mengatasi dispepsia organik. Contoh obat yang tergolong antagonis reseptor H2 yaitu roksatidin, simetidin, ranitidine, serta famotidine.

4. Obat Sitoprotektif

Senyawa prostaglandin sintetik (misoprostol dan eprostil) yang bersifat sitoprotektif. Di mana, itu juga berfungsi untuk membantu menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

5. Penghambat Pompa Asam (Proton Pump Inhibitor atau PPI)

PPI menjadi obat sindrom dispepsia yang berfungsi dalam menghambat sekresi asam lambung, pada stadium akhir dari proses sekresi yang ada pada asam lambung. Contoh golongan obat penghambat asam yaitu lansoprazol, omeprazol, dan pantoprazol.

6. Golongan Prokinetik

cara mengobati sindrom dispepsia adalah jenis obat golongan prokinetik. Obat golongan ini mampu secara efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofangitis.

Obat golongan ini bekerja untuk mencegah refluks serta memperbaiki bersihan asam lambung. Adapun contoh obat golongan prokinetik yaitu domperidone, cisapride, dan metoklopramid.

7. Diet

Selain penjelasan obat tadi, seseorang yang terkena dispepsia bisa melakukan pengobatan dengan mengubah pola gaya hidup, misalnya melakukan program diet. Diet yang ditujukan untuk kasus dispepsia fungsional, dilakukan untuk upaya menghindari makanan yang dirasa sebagai faktor terjadinya dispepsia.

Dispepsia tidak boleh makan apa? Pasien dispepsia tidak boleh makan makanan yang tinggi lemak, mengurangi makanan pedas, serta perlu menghindari minuman-minuman seperti kopi, alkohol dan lain-lain.

Demikian penjelasan serta informasi terkait kondisi dispepsia, yang merupakan tanda awal dari suatu penyakit pencernaan. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat ya.




(khq/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads