Kenapa Setiap Jenis Tanah di Setiap Wilayah Bisa Berbeda-beda? Ini Sebabnya

Kenapa Setiap Jenis Tanah di Setiap Wilayah Bisa Berbeda-beda? Ini Sebabnya

Delweys Octoria - detikBali
Sabtu, 12 Nov 2022 13:41 WIB
Faktor penyebab tanah longsor penting untuk diketahui. Tanah Longsor biasanya menyebabkan kerusakan lahan yang berdampak pada kehidupan masyarakat.
Jenis tanah. Foto: Jalu Rahman Dewantara
-

Peran tanah sangat penting dalam kehidupan di bumi. Bukan hanya sebagai tempat manusia berpijak, namun juga sebagai penyimpan air dan unsur hara sehingga tanaman dapat tumbuh subur.

Lalu, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa tanah di setiap wilayah bisa berbeda? Jenis tanah di dataran tinggi yang lebih kering, berbeda dengan tanah di dataran rendah yang lembab. Warnanya pun bermacam-macam, mulai dari coklat, kemerah-merahan, kuning sampai kelabu.

Iklim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi jenis tanah. Selain itu, ternyata masih banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi. Kira-kira apa saja, ya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faktor yang Mempengaruhi Jenis Tanah di Tiap Wilayah

Proses pembentukan tanah tidak terjadi begitu saja. Pertama, bahan mentah akan diubah menjadi bahan induk tanah. Kemudian, bahan induk tanah diubah menjadi bahan penyusun tanah. Terakhir, bahan penyusun tanah akan ditata menjadi tubuh tanah.

Dikutip dari makalah berjudul 'Tanah dan Lingkungan' yang ditulis oleh Tejoyuwono Notohadiprawiro, faktor-faktor yang mempengaruhi jenis tanah di setiap wilayah antara lain:

ADVERTISEMENT

1. Bahan Induk

Bahan induk tanah adalah mineral yang mengalami proses penghancuran kimia. Mineral inilah yang nantinya menentukan sifat fisik dan kimia tanah. Bahan induk tanah berasal dari batuan induk yang mengalami proses pelapukan. Contoh bahan induk adalah batuan sedimen, batuan metamorf, batuan vulkanik dan batuan beku.

2. Iklim

Iklim berpengaruh langsung terhadap jenis serta kadar air dalam tanah. Unsur dalam iklim ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan mempengaruhi kecepatan proses pelapukan pada batuan. Jika suku semakin rendah maka pelapukan batuan juga melambat. Jika suhu semakin tinggi, maka pelapukan batuan akan semakin cepat.

Selain itu, tanah di wilayah curah hujan yang tinggi akan mengalami peningkatan pH atau asam tanah. Jika pH tanah meningkat, maka akan terjadi korosi tanah secara kimiawi.

3. Organisme Hidup

Organisme yang mempengaruhi jenis tanah adalah organisme yang hidup di atas tanah (vegetasi) dan di dalam tanah (mikroba). Mikroba tanah mencakup bakteri, akar tumbuhan, jamur, semut dan cacing. Makhluk-makhluk tersebut bergabung dan membentuk suatu ekosistem yang berfungsi untuk menguraikan jasad-jasad di dalam tanah, mencampur bahan organik dengan mineral serta membuat sela-sela untuk saluran air dan udara.

Sementara itu, vegetasi merupakan sumber utama bahan organik dari tanah yang pertumbuhannya bergantung pada iklim, tanah dan batuan. Pengaruh vegetasi dalam pembentukan jenis tanah adalah sebagai penyedia bahan induk organik, menentukan humus yang terbentuk, mengurangi rentangan suhu dan kelembaban, mencegah permukaan tanah dari erosi serta memelihara ekosistem tanah.

4. Relief

Relief adalah perbedaan tinggi rendahnya permukaan tanah di daratan, contohnya seperti gunung, lembah atau bukit. Relief juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi organisme hidup dan proses pembentukan tanah.

Misalnya, di daratan tinggi keadaan tanah akan lebih kering, karena sumber airnya lebih jauh dari permukaan tanah. Lain halnya dengan daratan rendah yang tanahnya lebih basah, karena sumber air lebih dekat dari permukaan tanah.

5. Waktu

Sebenarnya, waktu bukanlah faktor penentu utama. Namun, waktu mempengaruhi sifat biologi, fisika dan kimia dari tanah. Seiring berjalannya waktu, kandungan yang ada di dalam tanah akan semakin berkurang. Contohnya, mineral dalam tanah semakin lama akan menghilang, sehingga hanya menyisakan mineral yang sulit lapuk.

6. Kelembaban Tanah

Jenis tanah di suatu wilayah juga dipengaruhi oleh penyebaran pori - pori di tanah. Pori-pori dalam tanah ini berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Misalnya pada tanah yang berpasir, kemampuan untuk menyimpan air sangat rendah sehingga sehingga tanaman akan lebih cepat menghabiskan persediaan air. Maka dari itu, kelembaban tanah juga bisa mempengaruhi vegetasi.

Jenis Tanah yang Umum di Indonesia

Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya memiliki jenis tanah yang berbeda di setiap daerah. Menurut pendapat Soepraptohardjo dalam e-journal.uajy.ac.id, jenis-jenis tanah yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:

1. Tanah Humus

Tanah humus.Tanah humus. Foto: Markus Spiske/unsplash.com

Tanah humus terbentuk dari pelapukan daun, batang pohon dan percampuran kotoran hewan. Jenis tanah ini biasanya ditemukan di hutan hujan tropis. Kandungan mineral dan unsur hara pada tanah ini tinggi, sehingga sangat cocok untuk bercocok tanam.

2. Pasir

Pasir.Pasir. Foto: Utsman Media/unsplash.com

Pasir adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku yang berukuran besar dan kasar, biasa disebut kerikil. Ciri-ciri tanah pasir yaitu memiliki struktur butir tunggal. Kandungan air dalam tanah pasir sangat sedikit, maka dari itu tekstur tanah pasir sangat kasar. Sudah bisa dipastikan jenis tanah ini tidak cocok untuk lahan pertanian.

3. Podsolik

Tanah podsolik adalah jenis tanah mineral tua berwarna kekuningan. Biasanya sering ditemukan di daerah pedataran tinggi, seperti pegunungan dengan curah hujan tinggi dan bersuhu dingin.

4. Vulkanis

Seperti namanya, tanah vulkanis terbentuk dari material yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat erupsi. Maka dari itu, jenis tanah ini sering dijumpai di lereng gunung berapi. Jenis tanah ini sangat subur dan cocok ditanami tumbuhan karena memiliki zat hara yang tinggi.

5. Aluvial (Endapan)

Tanah aluvial atau endapan bisa ditemukan pada hilir sungai dan terbentuk dari endapan material halus aliran sungai. Warna tanahnya kelabu dengan tingkat pH yang rendah. Tekstur tanahnya tidak keras dan mudah dicangkul, sehingga tanah ini sangat cocok untuk lahan pertanian.

6. Mediteran

Jenis tanah mediteran terbentuk dari pelapukan batuan kapur mengandung karbonat yang banyak dijumpai di daerah lembab. Sifat tanah ini tidak subur dan tidak cocok dijadikan lahan pertanian. Tanah jenis ini banyak ditemukan di daerah Nusa Tenggara, Jawa Tengah dan Maluku.

7. Laterit

Tanah laterit adalah tanah yang memiliki unsur hara cukup tinggi, namun larut bersama air hujan. Jadi, tanah ini yang tadinya subur menjadi tidak subur lagi. Tanah ini kurang cocok untuk dijadikan lahan cocok tanam, mengingat hanya sebagian tanaman yang cocok ditanam pada tanah laterit.

8. Organosol

Tanah organosol adalah jenis tanah yang tebentuk melalui proses pembusukan bahan-bahan organik. Jenis tanah ini lebih sering dijumpai di sekitar rawa-rawa. Tekstur tanahnya lembek dan basah karena selalu tergenang air, maka dari itu kurang cocok untuk bercocok tanam.

Penyebab Warna Tanah Berbeda-beda

Menurut Nurhayati (1986) dalam jurnal penelitian berjudul 'Karakteristik Sifat Fisik Tanah Pada Lahan Produksi Rendah dan Tinggi di PT Great Giant Pineapple', faktor utama yang menyebabkan perbedaan warna tanah adalah kandungan di dalamnya.

Kandungan tersebut meliputi bahan-bahan organik, mineral, hematit dan oksida besi. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka warna tanah akan semakin gelap. Sementara itu, oksida besi akan memberikan warna coklat, kelabu atau kelabu tua pada tanah.

Ternyata jenis dan warna tanah bukan hanya ada satu saja. Bahkan di Indonesia sendiri memiliki beragam jenis tanah. Kira-kira, jenis tanah apa yang banyak ditemui di daerah kalian?




(des/row)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads