Cara Menghitung Tetesan Infus Sesuai Dosis Sesuai Petunjuk Medis

Cara Menghitung Tetesan Infus Sesuai Dosis Sesuai Petunjuk Medis

Hanif Hawari - detikBali
Sabtu, 12 Nov 2022 07:02 WIB
Intravenous therapy iv infusion set and bottle on a pole. Liquid saline is slowly dripping drops of drugs, medicine or antibiotic therapy and surgery recovery in a hospital or clinic.
Foto: Thinkstock
-

Bila detikers terjun di dunia medis, pasti sudah tidak asing dengan infus. Alat yang satu ini berfungsi untuk memberikan makanan maupun obat dalam bentuk cair kepada pasien yang dirawat melalui sebuah jarum yang dimasukkan ke pembuluh vena.

Jika detikers perhatikan, infus akan mengeluarkan tetesan air setiap menit. Nah perlu diingat, tetesan infus tersebut harus dihitung secara tepat sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan kebutuhan masing-masing pasien.

Lantas, bagaimana sih caranya menghitung tetesan infus sesuai dosis dari medis? Biar nggak salah, simak penjelasannya secara lengkap dalam artikel ini yuk detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Faktor Tetes?

Dijelaskan dalam buku Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan II oleh Lis Sopiah Suryani dkk, faktor tetes adalah metode dalam dunia medis untuk memberikan cairan infus kepada pasien. Faktor tetes menjadi indikator atau standar saat menentukan berapa jumlah tetesan infus yang diberikan.

Perlu diingat, setiap tetes infus yang diberikan kepada pasien bisa berbeda-beda. Maka dari itu, ada aturan khusus dalam dunia keperawatan yang mengatur prosedur tetesan infus.

ADVERTISEMENT

Menurut perawat Dewanti, S.Kep, dari RS Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta, bila cairan yang diberikan nggak sesuai maka dapat memberikan efek samping bagi pasien. Untuk itu perawat harus menghitung faktor tetes secara tepat sesuai kebutuhan pasien.

"Ini sangat penting, jadi kalau kebutuhan cairannya tidak sesuai, bisa kelebihan atau kekurangan kan berarti proses untuk penyembuhan penyakitnya itu pasti akan mempengaruhi. Misal kalau seandainya pasien-pasien tertentu faktor tetesnya salah dalam penghitungan jumlah, kebutuhan cairannya salah, berarti bisa kelebihan dan itu bisa berakibat fatal untuk organ tubuh manusia," kata perawat Dewandi saat dihubungi detikcom, Jumat (11/11/2022).

Cara Menghitung Tetesan Infus yang Benar

Dijelaskan oleh Dewanti, faktor tetes infus sendiri dibedakan menjadi dua macam yaitu makro dan mikro. Perbedaan kedua tetes infus dapat dilihat dari kebutuhan cairan untuk masing-masing pasien.

"Jadi faktor tetes itu ada yang tergantung alat infusannya. Nah biasanya kalau makro dipakai buat pasien dengan berat badan di atas 7 kg, atau pasien-pasien dewasa biasanya kita pakai faktor tetes yang makro. Kalau untuk anak-anak atau bayi di bawah (berat badan) 7 kg, itu biasanya kita pakai yang mikro tetes," papar Dewanti saat ditanya.

"Jadi biasanya kalau yang makro itu ada dua alat infusnya, yang pakai faktor 15 tetes/menit, jadi setiap 15 tetes/ml. Atau ada juga yang makro itu 20 tetes/ml. Jadi tergantung alatnya yang digunakan, dia pakai yang 15 atau 20, itu yang makro," ujarnya.

Lantas, bagaimana cara menghitung tetesan infus sesuai petunjuk medis? Dewanti menjelaskan, ada rumus khusus untuk melihat berapa jumlah tetesan infus yang diberikan kepada pasien.

"Contoh misalnya kebutuhan cairannya berapa nih, jadi jumlah kebutuhan cairan dikalikan faktor tetes, biasanya dibagi perjam x menit. Jadi berapa waktu nih yang mau dihabisin cairan itu nah dikali faktornya adalah menit, berarti 60 menit. Karena kita tadi lihatnya jumlah tetesan permenit," jelas Dewanti.

Biar nggak bingung, simak rumus menghitung tetesan infus dikutip dari buku Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan II oleh Lis Sopiah Suryani dkk di bawah ini:

Tetesan per menit = (jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes infus) : (lama pemberian infus dalam hitungan jam x 60 menit)

Hal yang sama juga berlaku bagi pasien yang mendapatkan jumlah tetesan infus mikro. Hal yang jadi pembeda adalah faktor tetesnya hanya lebih kecil yakni 60 tetes/ml, jadi alat yang digunakan juga lebih kecil tetesan infusnya bila dibandingkan dengan yang makro.

"Sama cara menghitungnya, jumlah tetesan per menit itu sama dengan jumlah kebutuhan cairan x faktor tetesnya. Kalau yang mikro 60 kalau yang makro 15/20 dibagi waktu atau jam x 60 menit," papar Dewanti kepada detikcom.

Bagaimana Cara Mengetahui Cairan Infus yang Dibutuhkan untuk Setiap Pasien?

Dewanti menjelaskan, hal pertama yang harus dilihat adalah kondisi pasiennya, apakah sedang shock atau dalam kondisi tenang. Selain itu lihat juga berat badan pasien, baru setelah itu bisa memberikan cairan infus yang sesuai dosis.

"Jadi belum tentu kalau sama-sama orang dewasa kebutuhan cairannya sama, karena biasanya ditentukan dari berat badannya. Tergantung juga dari kondisi pasiennya, kalau kondisi pasiennya shock otomatis jumlah cairannya akan meningkat. Kita biasa bilangnya 30/20 kali untuk loading cairan yang lebih besar daripada biasanya," ujarnya.

"Kalau pasiennya ada jantung, jadi kebutuhan cairannya harus dibatasi atau sakit ginjal misalnya itu juga harus dilihat kondisi-kondisi penyakit tertentu yang tidak boleh kebanyakan cairan," terang Dewanti.

Jenis Cairan Infus

Dijelaskan dalam buku Keterampilan Klinik Praktik Kebidanan II oleh Lis Sopiah Suryani dkk, cairan infus terdiri dari tiga jenis yaitu cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonik. Lantas apa saja perbedaannya? Simak penjelasannya di bawah ini:

1. Cairan Hipotonik

Cairan hipotonik memiliki osmolaritas atau tingkat kepekatan lebih rendah daripada serum, hal ini menyebabkan ion Na+ dapat larut dalam serum. Cairan ini dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan didistribusikan ke jaringan sekitarnya.

NaCl 45% dan dekstrosa 2,5% merupakan contoh cairan hipotonik. Cairan ini dapat diberikan untuk pasien yang mengalami diabetes, dehidrasi, dan cuci darah.

2. Cairan Isotonik

Cairan isotonik memiliki osmolaritas yang mendekati serum darah, sehingga menyebabkan cairan ini terus-menerus ada di pembuluh darah. Cairan yang termasuk ke dalam isotonik adalah Ring-lactate (RL) dan NaCl 0,9%.

Perlu diingat detikers, cairan isotonik memiliki risiko yang berbahaya untuk pasien yang mengidap penyakit gagal jantung atau hipertensi, soalnya dapat mengakibatkan kelebihan cairan. Cairan ini biasanya digunakan pada pasien yang mengalami gejala hipovolemia, di mana jumlah darah dan cairan di dalam tubuh berkurang secara drastis.

3. Cairan Hipertonik

Jenis cairan infus yang terakhir adalah cairan hipertonik, yang mana memiliki osmolaritas lebih tinggi daripada serum, sehingga cairan dialirkan dari sel atau jaringan ke pembuluh darah. Contoh cairan hipertonik yaitu dekstrosa 5%, NaCl 45%, albumin, dan lain sebagainya. Cairan hipertonik bermanfaat untuk meredakan pembengkakan edema, mengontrol tekanan darah, dan mengontrol produksi urine.

Nah itu dia detikers pembahasan mengenai cara menghitung tetesan infus sesuai dengan dosis dalam petunjuk medis. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kamu yang tengah mempelajari dunia keperawatan.




(ilf/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads