Peringatan mengenang Tragedi Kemanusiaaan Bom Bali I kembali dilaksanakan di tahun 2022 setelah vakum selama 2 tahun akibat pandemi. Acara yang dilaksanakan di Monumen Ground Zero, Legian, Kuta, Badung pada Rabu (12/10/2022) digelar 2 kali dengan waktu yang berbeda. Sejak sore, ratusan orang sudah berkumpul di Ground Zero.
Bule-bule warga negara asing (WNA) berbaur dengan warga lokal. Penampilan mereka pun beragam. Ada berbusana cuek khas bule. Ada yang menggunakan pakaian adat Bali. Ada pula sekelompok perempuan-perempuan berjilbab atau hijabers dan para pria mengenakan peci.
Acara pertama adalah peringatan yang diinisiasi oleh LPM Kuta, Yayasan Isana Dewata, dan Kelurahan Kuta pada pukul 17.00-21.00 Wita, kemudian acara kedua diinisiasi oleh Densus 88 dan BNPT pada pukul 23.05 Wita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang ada 2 acara untuk mengenang tragedi Bom Bali di Groundzero. Pertama dari kami dengan yayasan dan keluarga kemudian kedua dari Densus 88 dan BNPT," ujar Ketua LPM Kuta, Putu Adnyana, Rabu (12/10/2022).
Pantauan detikBali Bali di depan Monumen Ground Zero Rabu sore, Jalan Legian sempat ditutup selama 15 menit. Pihak LPM Kuta mengatakan, setelah 15 menit jalan langsung dibuka normal kembali.
Adnyana mengatakan bahwa acara sore ini merupakan acara yang digelar secara swadaya oleh pihaknya bersama Yayasan Isana Dewata dan Kelurahan Kuta, dan disupport oleh Konjen Australia Untuk Indonesia serta berkat partisipasi pengusaha di wilayah Jalan Legian.
Acara dikemas dalam bentuk doa bersama lintas agama dan pagelaran seni budaya. Selain itu akan dilepaskan 20 merpati. Bahkan Perdana Menteri Australia juga dijadwalkan hadir. Kemudian ada Wakil Kepala Kepolisian Daerah Bali Brigjen Pol I Ketut Suardana.
Tema peringatan Bom Bali ini adalah 'Doa Dari Bali untuk Dunia.' Yang intinya menanamkan perdamaian, memperkuat kebersamaan, dan mempererat persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan.
![]() |
Acara itu juga menggandeng Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Tokoh dari 6 lintas agama akan bergiliran memanjatkan doa, baik doa untuk arwah korban maupun kelancaran pelaksanaan KTT G20.
Mereka berasal dari perwakilan tokoh agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, Khatolik dan Konghucu.
"Untuk doa lintas agama ini baru pertama dilaksanakan. Jadi mereka bergiliran diberikan ruang untuk berdoa," pungkas dia.
(hsa/dpra)