Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd membantah bahwa mahasiswanya dilarang untuk mengikuti organisasi yang berada di luar kampus, seperti yang beredar dibeberapa platform media sosial belakangan ini.
Bahkan Prof. Jampel dengan tegas mendukung, mahasiswanya untuk aktif berkegiatan di luar kampus. Sebab selain, aktif berorganisasi di internal kampus, pihaknya juga mendorong agar mahasiswa Undiksha aktif dalam organisasi eksternal kampus. Apalagi hal itu didukung oleh program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diemban oleh mahasiswa selama dua semester.
"Kami tidak ada yang melarang. Justru dengan MBKM selama 2 semester, mahasiswa berkegiatan di luar kampus. Artinya mahasiswa didorong untuk berorganisasi di luar kampus," kata Rektor Undisha Singaraja Prof. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd saat dikonfirmasi oleh detikBali, pada Jumat (16/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, belakangan ini beredar video berdurasi kurang lebih 46 detik, di media sosial youtube. Video itu memperlihatkan Wakil Rektor III Undiksha yakni Prof. Dr. Wayan Suastra, M.Pd yang meminta agar mahasiswa aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan.
Namun organisasi yang dimaksud hanya organisasi internal kampus seperti BEM (Badan Eksektif Mahasiswa), MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa), dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Sebab menurut Suastra sekarang ini banyak organisasi di luar kampus yang justru menjerumuskan anggotanya kepada hal-hal yang tidak baik atau negatif. Untuk itu dirinya menegaskan kepada mahasiswa untuk berhati-hati.
Menanggapi statement dari WR III itu, Prof. Jampel menyebut jika maksud dari WR III Undiksha sebenarnya meminta agar mahasiswa lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih organisasi khususnya yang berada di luar kampus. Sebab jika mahasiswa tidak selektif dalam memilih organisasi. Pihaknya khawatir jika mahasiswa dapat masuk ke dalam organisasi yang bersifat intoleran yang berpotensi memecah belah bangsa.
"Maksudnya beliau itu, agar mahasiswa bisa selektif memilih organisasi. Kalau organisasi di dalam kampus itu wajib. Di samping itu mungkin beliau takut mahasiswa masuk ke dalam organisasi yang intoleran," pungkasnya.
(hsa/hsa)