.webp)
Deputi Pencarian Pertolongan dan Kesiapsiagaan Basarnas Ribut Eko Suyatno mengatakan, dulu akses bantuan bencana sulit dan terkendala surat menyurat. Namun kini negara-negara terdampak bencana semakin mudah mendapat bantuan dari negara luar.
"Dulu proses berbelit-belit, bisa satu minggu lah," katanya, Kamis (8/9/2022).
Indonesia sendiri telah memiliki Indonesia National Single Window yang membantu perizinan, sehingga memudahkan BNPB mengakses maupun penyaluran bantuan dengan negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang mau mengirim material impor dari sini ke sini suratnya berminggu, setelah ada Indonesia National Single Window bisa 1.000-an surat terizinkan, jadi BNPB enggak sulit lagi. Berkat latihan ini dan kemajuan zaman, kita belajar dari pengalaman sebelumnya," terangnya.
Saat ini pun klaster penanganan SAR, ungkap Suyatno, semakin berkembang. Dulu hanya dua klaster SAR, yaitu kecelakaan maritim dan pesawat, namun kini kecelakaan mobil parah juga ditangani SAR karena termasuk kecelakaan khusus.
Basarnas telah menggelar latihan kesiapsiagaan dan koordinasi tanggap darurat berskala internasional melibatkan negara-negara di kawasan Asia-Pasifik. Dalam agenda bertajuk INSARAG AP ERE (International Search and Rescue Advisory Group Asia-Pasific Regional EarthQuake Response Excercise), Basarnas menggelar latihan dan memperkenalkan dua aplikasi penyaluran bantuan.
Aplikasi tersebut yaitu Virtual On-Site Operations Coordination Centre (VOSOCC) dan On-Site Operations Coordination Centre (OSOCC). Aplikasi ini memudahkan negara terdampak bencana mendapatkan akses bantuan dari negara lain.
Usai gelaran INSARAG AP ERE yang ditutup kemarin, penanganan dan penyaluran bantuan bencana diharapkan menjadi lebih mudah. Pasalnya, SAR Asia-Pasifik telah berkumpul dan menggelar latihan bersama.
(irb/irb)
