Kursi jabatan sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Denpasar Barat resmi diduduki oleh Komisaris Polisi (Kompol) I Made Hendra Agustina sejak 1 Desember 2021. Siapa sangka, sosok Made Hendra merupakan cucu dari salah satu pejuang pembebasan Irian Barat, almarhum Koptu (Purn) Martinus Meluk.
"Beliau kalau perjuangan aslinya saya tidak ini (hafal), tetapi yang beliau sering ceritakan itu adalah ketika beliau (jadi pejuang pembebasan) di Irian Barat," kata Made Hendra saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (16/7/2022).
Nyoman Meluk sejatinya bukanlah orang asli Bali. Ia sebenarnya berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memilih untuk merantau ke Bali. Saat merantau itu ia bertemu dengan nenek dari Made Hendra. Keduanya akhirnya memutuskan untuk menikah.
Hendra mengatakan, kakeknya ikut berperang sebagai anggota tentara angkatan darat dalam satuan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) yang kemudian diikutkan dalam operasi pembebasan Irian Barat.
Sosok kakek yang menjadi salah satu pejuang pembebasan Irian Barat ini juga yang mengantarkan Made Hendra untuk turut serta mengabdikan dirinya kepada negara lewat institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Terlebih ayah kandungnya, I Nyoman Sika juga sebagai seorang polisi.
"Saya berprofesi sebagai anggota polri itu tidak lepas dari latar belakang keluarga. Saya mempunyai seorang bapak orang tua kandung itu juga polisi," tutur Made Hendra.
Ayah dari Made Hendra mengawali karir di kepolisian mulai dari jenjang pangkat yang paling bawah, yakni Tamtama. Ayahnya kemudian pensiun atau purna tugas sebagai anggota Sabhara di Polres Gianyar dengan pangkat ajun inspektur polisi satu (Aiptu).
"Jadi dari dua sosok ini. Terlepas dari ini saya juga punya paman seorang tentara. Jadi dari keluarga kakek itu ada juga tentaranya. Jadi kehidupan TNI-Polri ini sangat lekat di keluarga saya walaupun saya berasal dari desa seni di Mas Ubud," terang Made Hendra.
Hubungan dengan Kakek
Di sisi lain, Made Hendra mengungkapkan hubungannya dengan sang kakek yang sempat menjadi pejuang pembebasan Irian Barat. Menurutnya, kakek dari Made Hendra mengalami kesulitan berkomunikasi karena masalah pendengaran saat masa tuanya.
"Memang di usia tua beliau agak sedikit susah berkomunikasi mungkin telinganya karena sering mendengar ledakan susah (mendengar). Tapi dari keseharian itu sangat-sangat sayang sama cucunya," kata dia.
Made Hendra mengaku menjadi cucu kesayangan bagi kakeknya. Pengakuan itu ia sampaikan bukan tanpa alasan. Sebab kakeknya memang memberikan perhatian yang luar biasa.
Kakek dari Made Hendra sempat bekerja sebagai sekuriti di kawasan Batubulan, Kabupaten Gianyar. Di sekitar tempatnya bekerja itu terdapat pohon mangga madu. Ketika buah mangga itu jatuh, kakeknya akan membawakan buah itu kepada cucunya. Padahal rumah kakek Made Hendra berada di kawasan Blahbatuh. Sementara cucu-cucunya tinggal di Desa Mas.
" Jadi ketika ada mangga itu jatuh, itu dari Batubulan itu tidak langsung pulang ke Blahbatuh. Padahal kan rutenya Batubulan, dari patung Bayi itu ke kiri ke Blahbatuh. Kalau ke rumah saya ke Mas kan ke utara. Bisa bela-belain datang ke utara dulu untuk ngasikan mangga. ini dia kupas dia kasikan kecuali cucunya," tutur Made Hendra.
"Atau kalau dia nggak sempat, dia pulang nih ke Blahbatuh, itu (buah mangga) disimpan di beras. Itu benar-benar sampai cucu-cucunya datang, kalau nggak (datang cucunya), enggak ada yang boleh makan," imbuhnya.
Kecintaan sang kakek yang mantan pejuang pembebasan tanah Irian Barat semakin ditunjukkan terkhusus untuk Made Hendra ketika ia lulus menjadi taruna Akpol. Menurut Hendra, kakeknya itu senang luar biasa terhadap dirinya.
"Makanya beliau ketika saya lulus jadi taruna, tapi ketika saya lulus jadi Akpol, itu beliau senangnya luar biasa. Ketika saya cuti, itu bisa tidur di rumah, gak pulang-pulang (ke rumahnya di Blahbatuh). Jadi kalau saya gak pulang ke Tegal Bingin ke (Desa) Mas, jarang lah (main ke rumah). Tapi kalau saya pulang dan itu selalu (di rumah). Dia selalu cerita cucu saya Akabri," kisahnya Made Hendra.
Jejak Karier
Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Denpasar Barat Komisaris Polisi (Kompol) I Made Hendra Agustina mengatakan dirinya mulai berkarier dengan lolos masuk seleksi di Akademi Kepolisian (Akpol) pada 2004 lalu. Ia kemudian mengikuti pendidikan di Akpol selama 3,5 tahun. Made Hendra kemudian resmi menyelesaikan pendidikan pada bulan Desember 2007.
Selesai dari pendidikan di Akpol dengan menyandang pangkat inspektur polisi dua (Ipda), Made Hendra kemudian ditempatkan untuk bertugas pertama kali di Yogyakarta sebagai Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (Ka SPK) di Polres Kulonprogo. Ia menjabat sebagai Ka SPK kurang lebih selama satu tahun.
Setahun berikutnya, tepatnya pada 2008, Made Hendra kemudian dipercaya sebagai Kepala Unit Penyelidikan (Kanit Lidik) di Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Kulonprogo.
Setelah hampir dua tahun menekuni bidang reserse di Polres Kulonprogo, ia kemudian berpindah tugas ke Polresta Yogyakarta sebagai Kanit Reskrim Polsek Umbulharjo. Kepindahannya itu juga mengantarkan Made Hendra naik pangkat ke inspektur polisi satu (Iptu).
Namun, beberapa saat kemudian jabatan Made Hendra turun dari Kanit menjadi perwira unit (Panit). Hal itu disebabkan karena Polsek Umbulharjo waktu itu mengalami naik tipe.
"Saya naik Iptu waktu itu di Polsek. Lalu karena perubahan status, Kanit menjadi panit karena Polsek naik tipe. Akhirnya saya dari Kanit turun panit," ujarnya.
Usai di Polsek Umbulharjo, ia berpindah ke Polresta Yogyakarta menjadi Kaur Bin OPS (KBO) Satreskrim dari 2010 hingga pertengahan 2012. Ia kemudian berhenti menjadi KBO Satreskrim Polresta Yogyakarta karena lolos seleksi untuk mengikuti misi perdamaian di Afrika.
"Saya mengikuti seleksi untuk bergabung di pasukan perdamaian di Afrika. Kemudian pulang dari perdamaian sekitar pertengah 2013 kembali ke Polresta Yogyakarta," tutur Made Hendra.
Namun Made Hendra pada waktu itu tidak lama di Polresta Yogyakarta. Sebab, ia bersama kelompok yang sempat mengikuti perdamaian di Afrika dijanjikan untuk mendapatkan prioritas dari segi karir maupun pendidikan. Ia kemudian memilih menjalani pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
"Saya akhirnya waktu itu memilih sekolah saya di PTIK itu di gelombang ketiga di akhir tahun 2013. Jadinya saya kembali ke Polresta (Yogyakarta) ngikutin tahapan Pilpres waktu itu masih ingat betul dan di bulan Desember akhirnya saya masuk di PTIK," kata dia.
"Saya masuk ke PTIK angkatan ke-67 di Jakarta. Selama dua tahun di sana untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Kepolisian. Karena di Akpol itu bisa dibilang jenjang D3, lalu pengembangannya S1 ada di PTIK Jakarta," imbuhnya.
Usai menjalani pendidikan di PTIK kurang lebih selama dua tahun, Made Hendra kemudian mendapatkan penempatan di jajaran Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2016. Di sana ia mendapatkan penempatan di satuan lalu lintas, bidang yang berbeda dibandingkan sebelum pendidikan.
Jabatan yang ia emban pertama kali yakni Kepala Unit Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan dan Patroli (Kanit Turjawali) Direktorat Lalu Lintas Polda NTB. Namun jabatan itu tidak diduduki lama olehnya. Sebab ia ditarik untuk menjabat Pejabat Sementara Surat Tanda Nomor Kendaraan (PS STNK).
Tak berhenti sampai di sana, sekitar empat bulan berlalu Made Hendra lalu dipercaya menjadi Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasat Lantas) Polres Bima Kota. Usai bertugas di sana, ia juga kembali menjabat Kasat Lantas di Polres Lombok Tengah selama tujuh bulan.
Sudah dua kali menjabat sebagai Kasat Lantas, diberikan kesempatan menjadi Kasat Lantas Lombok Timur. Dari sana, langkah Made Hendra kembali menjadi Kasi STNK yang merangkap jabatan Kasi Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Setelah sembilan bulan berlalu, pada 2019 Made Hendra ditarik ke Akpol untuk menjadi pengasuh taruna.
"Di sana kurang lebih hampir sembilan bulan, akhirnya ditarik ke Akpol sebagai pengasuh taruna. Saya di Akpol dua tahun satu bulan. Lalu dikasih semacam reward karena saya belum bisa sekolah saya ajukan mutasi ke Bali. Akhirnya bulan november pertengahan saya dimutasi ke Bali, tanggal 1 Desember 2021 saya dipercaya sebagai Kapolsek Denpasar Barat sampai saat ini," tuturnya.
Simak Video "Video 'Golden' KPop Demon Hunters Perfect All-Kill di Chart Korea"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/nor)