Rupiah Melemah, Dolas AS Naik Jadi Rp 14.904

Rupiah Melemah, Dolas AS Naik Jadi Rp 14.904

Tim detikFinance - detikBali
Selasa, 21 Jun 2022 03:20 WIB
BATH, ENGLAND - OCTOBER 13: In this photo illustration, a stack of Β£1 coins is seen with the new Β£10 note alongside US dollar bills on October 13, 2017 in Bath, England. Currency experts have warned that as the uncertainty surrounding Brexit continues, the value of the British pound, which has remained depressed against the US dollar and the euro since the UK voted to leave in the EU referendum, is likely to fluctuate. (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Dollar AS. Foto: Getty Images/Matt Cardy
Bali - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah naik jadi Rp 14.904. Hingga Senin (20/6/2022) siang, kurs dolar AS tercatat bergerak di rentang Rp 14.788-14.904.

Dolar AS tercatat menguat lebih tinggi sebesar 1,3 % dari sepekan terakhir. Total kenaikan kurs dolar AS terhadap rupiah dari awal tahun ini tercatat 4,28%. Mata uang Paman Sam bergerak di rentang Rp 14.189-14.904. Artinya dalam kurang dari enam bulan, kurs dolar AS terpantau sudah naik 715 poin.

Meskipun menguat terhadap rupiah, dolar AS siang ini terpantau tertekan oleh mayoritas mata uang lainnya. Dolar Australia, yuan China, dan euro menekan kurs dolar AS paling kuat sejauh ini.

Sementara rupiah takluk terhadap seluruh mata uang siang ini. Rupiah terpantau tertekan paling kuat oleh yuan China, dolar Australia, dan euro.

Keperkasaan dolar AS sendiri sudah diprediksi sejak pekan lalu. Dolar AS perkasa terhadap rupiah dikarenakan bank sentral AS atau The Fed menaikkan bunga acuan 0,75% menjadi 1,5-1,75%. The Fed menaikkan bunga acuan demi menekan inflasi yang melonjak di negara itu.

Inflasi yang tinggi disebabkan karena perang Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini belum ada kepastian untuk berhenti.

Analis Komoditas Ariston Tjendra menambahkan, bahwa peluang dolar AS mencapai level Rp 15.000 terbuka tahun ini. Meski begitu, pelemahan nilai tukar disebut akan bergantung pada kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) menanggapi kenaikan suku bunga The Fed dan pengendalian inflasi pemerintah.

"Kalau minggu depan BI menaikkan suku bunga, paling tidak bisa menahan pelemahan agar tidak tambah dalam. Jadi suku bunga acuan BI bisa mengimbangi suku bunga acuan AS," kata Ariston.




(nor/nor)

Hide Ads