Menakar Peta Politik di Bali Usai NasDem Umumkan 3 Bakal Capres

Menakar Peta Politik di Bali Usai NasDem Umumkan 3 Bakal Capres

Miechell Octovy Koagouw - detikBali
Sabtu, 18 Jun 2022 21:51 WIB
Nasdem
Pengumuman tiga kandidat calon presiden dari Partai NasDem untuk pemilihan presiden 2024 mendatang berlangsung di Jakarta, Jumat (17/6/2022). Foto: Raka/detikcom
Bali - Pengumuman tiga bakal calon presiden (Bacapres) dari Partai NasDem dinilai belum bisa menjadi barometer peta politik Pilpres 2024 khususnya di Bali. Pengamat politik Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Nyoman Subanda menilai masih ada beberapa tokoh yang diminati warga Pulau Dewata.

Nyoman Subanda mengutarakan penyebab utamanya adalah NasDem masih partai politik (parpol) papan tengah yang butuh koalisi dengan parpol lainnya.

"Yang terutama adalah NasDem belum masuk kategori parpol besar alias masih papan tengah, dan koalisinya juga belum jelas. Sehingga dalam konteks peta politik masih dapat berubah," sebut Nyoman Subanda kepada detikBali di Denpasar, Sabtu (18/6/2022).



Selanjutnya menurut Subanda, tiga kandidat yang diumumkan juga baru alternatif pilihan belum jelas menunjuk siapa sehingga dapat berubah-ubah suatu saat nanti. "Terutama menjelang pilpres, kandidat itu masih tergantung yang diusung partai besar seperti PDI Perjuangan, Golkar, dan dua parpol Islam besar. Apalagi di Bali faktor figur atau ketokohan seseorang sangat menentukan pilihan publik," kata Subanda.

"Tapi menurut saya sampai saat ini publik Bali paling mengunggulkan Ganjar Pranowo," imbuhnya.

Setelah Ganjar, menurut Subanda ada dua nama besar lagi yang muncul dan diunggulkan publik Bali yaitu Prabowo Subianto dan Airlangga Hartarto.

Sementara itu dari sisi komunikasi politik, Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengapresiasi keputusan Partai NasDem mengumumkan kepada publik tiga kandidat capres pilpres 2024 mendatang yang dinilai sebuah terobosan maju selangkah dari parpol lain yang belum melakukan pergerakan. Namun sangat disayangkan, ini dilakukan NasDem tanpa membuka komunikasi politik dengan parpol lain guna kepentingan koalisi.

Menurut Emrus, dari jumlah kursi saja NasDem belum dapat melakukan itu seorang diri. "Seharusnya NasDem buka dulu komunikasi politik secara egaliter atau setara dengan parpol lain apakah itu dengan satu yang besar atau beberapa parpol sederajat. Setelah itu ada proses selanjutnya untuk koalisi, sampai akhirnya berujung pada pengumuman kandidat bersama-sama," terang Emrus saat dihubungi detikBali, Sabtu (18/6/2022).

Ia melanjutkan, dari membuka komunikasi, kemudian akan muncul penyusunan kriteria kandidat bersama-sama lalu dari situ mencuatlah beberapa sosok dari masing-masing parpol sesuai kriteria yang diputuskan bersama. Berikutnya, muncul rekam jejak semua kandidat untuk dibahas lagi bersama-sama.

"Selesai pembahasan nama dan rekam jejak, ada pengerucutan jumlah nama, penetapan nama kandidat, barulah sama-sama diumumkan kepada publik. Tapi ini terbalik prosesnya, bisa jadi NasDem berharap koalisi dapat menyusul. Itu komunikasi politik yang cukup riskan," pungkasnya.




(nor/nor)

Hide Ads