GPDRR Bali 2022: Bangun Sistem Resiliensi dengan Data Kebencanaan

GPDRR Bali 2022: Bangun Sistem Resiliensi dengan Data Kebencanaan

Tim detikBali - detikBali
Jumat, 27 Mei 2022 16:22 WIB
Forum Data Challenges and Solutions for Disaster Risk Management pada gelaran GPDRR 2022 di Pecatu Hall, BNDCC, Bali,  Kamis (26/5/2022).
Forum "Data Challenges and Solutions for Disaster Risk Management" pada gelaran GPDRR 2022 di Pecatu Hall, BNDCC, Bali, Kamis (26/5/2022). (Foto: Istimewa)
Badung -

Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB), Dr. Raditya Jati mengatakan hal dasar yang dibutuhkan dalam upaya membangun sistem resiliensi berkelanjutan di tingkat global adalah data dan informasi.

Hal itu terungkap dalam forum Data Challenges and Solutions for Disaster Risk Management di helatan GPDRR 2022, di Pecatu Hall, BNDCC, Bali, Kamis (26/5).

Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 yang menetapkan ketangguhan bencana di antara prioritas nasional. Salah satu strateginya adalah penguatan data dan informasi terkait bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data akan diubah menjadi informasi, informasi akan menjadi analisis, dan analisis akan dijadikan dasar untuk merumuskan strategi dan kebijakan," jelas Raditya.

Raditya menyebut, salah satu capaian Indonesia dalam pemenuhan data kebencanaan adalah dengan adanya Satu Data Indonesia, Satu Peta Indonesia, dan inisiatif Satu Data Bencana Indonesia (SDBI).

ADVERTISEMENT

Data tersebut dikumpulkan dari tingkat lokal hingga nasional untuk kemudian diinput ke dalam platform digital. Hasil dari pengolaha data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai dasar penyusunan kebijakan.

Radiya mencontohkan, kebijakan penanganan COVID-19 yang mengadopsi dari hasil analisis data dan informasi melaluiplatformdigital adalah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Aturan tersebut, merujuk pada setiap hasil komprehensif yang dilakukan melalui platform digital tersebut.

Ia mengakui masih menemukan sejumlah tantangan untuk memenuhi kebutuhan data yang komprehensif tersebut.

Beberapa diantaranya adalah keterbatasan akses internet, kualitas dari data yang dilaporkan, dan pendanaan.

Terkait itu, Raditya mengajak seluruh negara untuk dapat meningkatkan tata kelola data dan informasi kebencanaan.

"Maka dari itu, kami mengajak setiap negara untuk dapat meningkatkan tata kelola data dan infromasi kebencanaan sehingga dapat tersedia secara berkualitas, cepat, dan akurat untuk dijadikan acuan dalam merumuskan kebijakan," tutup Raditya. (*)




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads