Ni Kadek Ayu Sintia, Karateka Usia 16 Tahun dari Bali Koleksi 45 Medali

Ni Kadek Ayu Sintia, Karateka Usia 16 Tahun dari Bali Koleksi 45 Medali

Ni Komang Ayu Leona Wirawan - detikBali
Rabu, 23 Jul 2025 21:25 WIB
Ni Kadek Ayu Sintia Dewi meraih perunggu pada gelaran 4th Shureido International Karate Cup 2025. (dok Ni Kadek Ayu Sintia Dewi)
Foto: Ni Kadek Ayu Sintia Dewi meraih perunggu pada gelaran 4th Shureido International Karate Cup 2025. (dok Ni Kadek Ayu Sintia Dewi)
Klungkung -

Prestasi membanggakan ditorehkan atlet muda asal Bali. Ni Kadek Ayu Sintia Dewi (16), karateka asal Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, baru saja meraih medali perunggu di ajang 4th Shureido International Karate Cup 2025 yang digelar di GOR Ciracas, Jakarta Timur, pada 4-6 Juli 2025.

Laga internasional itu diikuti 14 negara. Dengan ini, gadis berusia 16 tahun itu sudah mengumpulkan sebanyak 45 medali dari emas, perak, maupun perunggu selama 8 tahun bergelut sebagai atlet karate. Sintia pertama kali mengenal dunia bela diri asal Jepang itu ketika duduk di bangku kelas 3 SD.

"Saya sebenarnya punya ketertarikan bidang seni. Dulu sempat ikut menari dan melukis. Tapi, ada paman yang ikut karate. Saya coba saja. Pas dapat juara pertama kali tahun 2018, jadi ketagihan buat nerusin karate," kenang Sintia saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak ayal, Sintia rutin mengikuti lomba karate kategori seni. Berbeda dengan kategori tanding, seni karate ini dilakukan secara solo dengan koreografi bela diri. Sintia mengaku kemampuannya membawakan kihon (teknik dasar karate) dan kata (pola rinci gerakan) yang bertenaga dan ekspresif yang membawanya meraih prestasi.

Tentunya, Sintia merasa gembira ketika berhasil merebut gelar juara. Namun, ketika gagal pun, perempuan yang bersekolah di SMAN 1 Semarapura itu tidak berkecil hati. Pelatih selalu mengingatkannya untuk terus berproses, yang penting dirinya sudah berupaya maksimal.

ADVERTISEMENT

"Senang kalau dapat juara. Cuma ada istilahnya di podium kamu juara. Tapi, setelah turun dari podium kamu bukan juara lagi. Ini yang bikin ada rasa untuk bisa ningkatin lagi," ujar Sintia.

Untuk bisa di tahap sekarang, Sintia berlatih tiga kali dalam seminggu untuk sehari-harinya. Agak berbeda ketika jelang berlomba, yang waktu latihannya setiap hari. Semuanya pun dilakukan sepulang sekolah. Tidak hanya itu, Sintia juga memiliki pola makan tinggi protein dan mengurangi konsumsi gorengan serta minuman dingin.

Kendati diatur ketat dan tidak punya banyak waktu bermain selayak anak-anak lainnya, Sintia tidak merasa terbebani dan menikmati prosesnya. Apalagi, keluarga dan teman-teman mendukung. Menurut Sintia, teman-teman sekolahnya mau berkompromi dengan kondisinya dan sering menginformasikan soal tugas dan pelajaran sekolah yang ia lewatkan.

"Awal-awal tuh kok gini ya capek. Jadi atlet kan juga ada masa jenuhnya. Merasa jelek, gerakan gini-gini aja. Apalagi pas COVID-19 sempat off 2 tahun. Sejak kelas 2 SMP merasa makin dapat gerakannya, semangat lagi. Terus, tahun lalu dan ini juga banyak lombanya. Beruntung ada teman yang kasih tahu tugas-tugas sekolah," cerita Sintia.

Saat ini, Sintia tengah mempersiapkan diri untuk tiga gelaran penting hingga akhir tahun. Di antaranya Pekan Olahraga Provinsi Bali 2025, Pekan Olahraga Pelajar Nasional 2025, dan World Karate Federation Series A di Kuala Lumpur, Malaysia. Ini akan menjadi momentum perdana Sintia bertanding pada kelas senior.

"Berat banget. Ini pertama kali lawannya senior dan yang juara dunia ada juga yang ikut lagi. Menu latihan juga bertambah termasuk latihan gym. Sudah beberapa minggu terakhir Sintia nge-gym," tandasnya.




(nor/nor)

Hide Ads