
Ragunan, oh Ragunan...
Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Nasional Ragunan menjadi lumbung atlet berprestasi untuk Indonesia. Usai 43 tahun, Ragunan kini makin keropos.
Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Nasional Ragunan menjadi lumbung atlet berprestasi untuk Indonesia. Usai 43 tahun, Ragunan kini makin keropos.
Banyak ide tercetus di kedai kopi. Tapi ide ziarah sepakbola di tanah leluhurnya ini terbetik saat kami makan nasi goreng bareng di sebuah resto di Jakarta.
Dunia Olahraga telah berulangkali memberi kebanggaan buat Indonesia. Para atlet yang sudah melakukannya adalah pejuang, yang pantas menyandang gelar pahlawan.
Indonesia sedang berusaha mewujudkan sepakbola yang lebih berkelas. Perjalanan masih panjang tapi mulai terlihat cahaya terang. Mari mengawal semua langkah itu.
Banyak orang bermimpi menonton pertandingan sepakbola di stadion-stadion Eropa. Raga boleh di luar sana, tapi ruh sejati tetap ada di Indonesia sini.
Sebanyak 756 pertandingan dari 44 cabang pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 di Jawa Barat telah selesai, dan tuan rumah keluar sebagai juara umum.
Sayangnya, di Indonesia proses pengembangan olahraga di akar rumput dan usia dini sebagai awal proses membangun budaya kompetitif tidak berjalan dengan baik.
Dengan jumlah penduduk yang cukup untuk ditampung di Juventus Stadium, menjadi besar bukanlah sifat natural kota Sassuolo -- dan klub sepakbolanya.
Sepakbola bukanlah cerita superhero. Tetapi para pahlawan lapangan hijau kerap diibaratkan sebagai sesosok superhero oleh para pecintanya.
Laga final menjadi representasi bagaimana turnamen Piala Eropa 2016 berlangsung secara keseluruhan: kering di lapangan, seru di luarnya.