Melihat Konservasi Gajah Sumatera di Simalungun, Belajar Anatomi-Beri Makan

Melihat Konservasi Gajah Sumatera di Simalungun, Belajar Anatomi-Beri Makan

Kartika Sari - detikSumut
Minggu, 12 Okt 2025 19:00 WIB
Siswa sekolah saat kunjungi konservasi gajah di Simalungun. (Foto: Kartika Sari).
Siswa sekolah saat kunjungi konservasi gajah di Simalungun. (Foto: Kartika Sari).
Simalungun -

Wisata edukasi konservasi gajah Sumatera bisa menjadi pilihan menarik bagi detikers yang ingin belajar tentang satwa. Lokasinya berada di Kawasan Hutan Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).

Dari Kota Medan, detikers hanya perlu menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam menggunakan mobil untuk sampai ke Konservasi Gajah Aek Nauli di Simalungun.

"Ini sebagai bentuk edukasi untuk mengenal apa itu gajah Sumatera ataupun gajah jinak. Jadi kita melakukan edukasi agar lebih mengena untuk konservasi gajahnya," kata Kepala Resor ANECC dan CA Batu Gajah Boby Natalius Purba kepada detikSumut, Sabtu (11/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boby menyebut ada sejumlah gajah Sumatera yang berada di kawasan hutan Aek Nauli ini, di antaranya ada Siti, Gajah Sumatera yang sebelumnya pernah menjadi koleksi Medan Zoo.

ADVERTISEMENT

Usia gajah di konservasi ini beraneka ragam, mulai dari belasan tahun hingga mencapai 90 tahun. Dari wisata edukasi ini, pihak konservasi akan menampilkan beberapa gajah dan menjelaskan mengenai anatomi tubuh gajah tersebut.

Di antaranya menjelaskan mengenai perbedaan gading gajah betina dan jantan, membedakan telinga gajah di berbagai negara, cara menimbang tubuh gajah, maupun mempraktekkan cara menggunting kuku gajah.

"Gajah jantan sudah pasti memiliki gading yang bisa panjangnya 1-1,5 meter yang digunakan sebagai alat pertahan diri. Kalau gajah betina itu punya caling yang tumbuhnya hanya sejengkal tangan orang dewasa," kata Boby.

Gajah-gajah ini juga turut beraksi dengan memberikan salam secara bergantian dan mengikuti instruksi dari para mahoot (pawang gajah).

"Di sini adik-adik kita akan belajar mengenai bagian-bagian tubuh gajah jinak itu seperti kuku, telinga, dan bagian organ lainnya. Di sini kita juga memberi edukasi kenapa gajah itu perlu dikonservasi. Mereka juga bisa beri makan gajah dari buah yang mereka bawa," kata Boby.

Bobby menyebutkan bahwa wisata edukasi ini sudah dibuka sejak tiga bulan terakhir. Namun, ia menyebutkan sejauh ini masih dibuka untuk kelompok anak sekolah dengan menggunakan surat.

"Pihak sekolah yang akan melakukan kunjungan ke Resor ANECC ini cukup bersurat kepada kita menyampaikan tanggal berapa mereka datang beserta jumlahnya. Cukup dengan surat kita akan melayani. Prinsip konservasi ini dengan anak-anak sekolah maupun pihak umum yang ingin melihat gajah itu salah satu upaya untuk konservasi gajah," ujar Boby.

"Mereka tidak dikenakan biaya, dan mereka diperkenankan membawa pakan gajah seperti buah-buahan yang nantinya untuk gajah itu sendiri seperti tebu, pisang, dan lainnya," sambungnya.

Sementara itu, anak-anak sekolah yang hadir juga turut antusias melihat koleksi gajah tersebut. Di antaranya ada siswa asal Pematangsiantar Asrof yang bercerita mendapat banyak pengetahuan di konservasi ini.

"Tadi ada lihat gajah, senang. Tadi lihat gajah tunjukkan gadingnya, kukunya, mulutnya, ada belalai juga," ucap Asrof kepada detikSumut.




(dhm/dhm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads