Dalam gemerlap sejarahnya, Bukittinggi di Sumatera Barat memelihara rahasia menarik untuk diungkap. Di tengah hamparan hijau perbukitan, tersembunyi sebuah keajaiban arsitektur yang tak terlupakan yaitu Lubang Jepang.
Lubang Jepang dikenal sebagai warisan perang dari masa penjajahan Jepang di Indonesia, terowongan ini menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah. Tempat bersejarah ini menjadi jendela yang membuka kembali masa lalu Indonesia. Sebagai peninggalan dari era perang dunia ll, Lubang Jepang di Bukittinggi menghadirkan kisah-kisah kelam tentang perjuangan dan ketahanan di tengah konflik besar saat Indonesia berusaha merebut kemerdekaan dari Jepang.
Sejarah Lubang Jepang
Dikutip dari Buku Jelajah Wisata Nusantara karya Tri Maya Yulianingsih, Lubang Jepang awalnya dibangun pada tahun 1942 oleh tentara Jepang selama Perang Dunia II. Fungsinya untuk penyimpanan makanan dan gudang persenjataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memanjang lebih dari 1.400 meter dengan berliku-liku, terowongan ini terletak di tengah taman panorama di Ngarai Sianok, di bawah Kota Bukittinggi. Dengan lebar lebih dari 2 meter, terowongan ini dilengkapi dengan berbagai ruangan untuk keperluan kantor, rumah sakit, persediaan makanan, dan persenjataan.
Pintu masuk terowongan tersebar di beberapa tempat, termasuk di Ngarai Sianok, Panorama, samping Istana Bung Hatta, dan Kebun Binatang Bukittinggi. Meskipun disebut sebagai "Lobang Jepang" oleh masyarakat setempat, istilah yang lebih tepat untuk tempat ini adalah "terowongan (bunker) Jepang."
Pembangunan terowongan diperintahkan oleh pemerintah militer Angkatan Darat Jepang, di bawah komando Komandan Tentara Pertahanan Sumatera Jenderal Watanabe untuk kepentingan pertahanan selama Perang Dunia II dan perang Asia Timur Raya (Dai Tora Senso). Lubang Jepang menyediakan berbagai fasilitas, seperti dapur, ruang makan, ruang persenjataan, bahkan terdapat pula ruang penyiksaan. Hal ini memberikan pengalaman unik bagi pengunjung yang memasukinya.
Fungsi dan Isi Lubang Jepang
Dikutip dari Buku Indonesia di Masa Pendudukan Jepang 1986 yang diterbitkan oleh Tempo Publishing, Lebar terowongan Lubang Jepang sekitar 3 meter dengan tinggi 2 1/2 meter. Menjulur mulai dari kaki bukit sampai mencogok di permukaan kota, panjangnya diperkirakan antara 200 hingga 400 meter. Bukittinggi, sesuai dengan namanya, terletak di beberapa bukit dengan variasi ketinggian antara 30 hingga 50 meter dari lembah sekitarnya.
Terowongan Lubang Jepang terdiri dari 5 bagian. Unit pertama dan kedua, yang terhubung satu sama lain, ditembus dari arah timur Lembah Sianok yang terkenal. Unit ketiga masuk dari bawah jenjang seribu di bukit api.
Lubang Jepang memiliki belasan kamar yang terhubung ke beberapa lokasi di kota. Sekitar 50 meter dari kamar-kamar tersebut, terdapat sebuah lorong dibuat menuju tepi jalan raya, berfungsi sebagai saluran udara dan juga tempat untuk mengintip ke arah luar. Lubang udara ini terlihat sepanjang jalan Bukit Apit hingga Ngarai Sianok.
Terowongan pertama dan kedua dapat dijangkau hingga sekitar Gedung Tri Arga dekat Jam Gadang. Konon, panglima serdadu Jepang dulu tinggal di sini. Selain itu, ditemukan dua pintu tambahan di belakang gedung olahraga Atas Ngarai dan di bawah benteng Jenderal de Cock yang terkenal. Terdapat pula pintu lainnya di dekat kebun binatang Taman Bundo Kandung, yang terhubung dengan terowongan unit pertama dan kedua.
Terdapat dua unit tambahan yang belum diselidiki berlokasi di sekitar Anak Air dan Garegeh. Untuk saat ini, kedua unit ini hanya disebut sebagai unit 4 dan 5. Kedua pintu ini belum dapat dieksplorasi, termasuk bagian-bagian yang masih tertutup oleh pintu beton di unit 2 dan 3.
Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket
Lobang Jepang terletak di Jl. Panorama, Bukit Cangang Kayu Ramang, Kec. Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Harga tiket masuknya sekitar Rp 10.000 untuk anak-anak, Rp 15.000 untuk orang dewasa, dan Rp 20.000 untuk wisatawan mancanegara. Waktu operasionalnya dari jam 08.00 WIB sampai 18.00 WIB setiap hari, mulai dari hari Senin-Minggu.
Lubang Jepang di Bukit Tinggi menjadi destinasi yang tak boleh dilewatkan bagi para wisatawan. Melalui setiap lorong dan ruangan yang tersembunyi, pengunjung dapat merasakan kesaksian yang hidup akan masa lalu yang gemilang sekaligus tragis. Dengan harga tiket yang terjangkau dan jam operasional yang luas, tempat ini menawarkan kesempatan bagi siapa saja untuk menjelajahi dan menghargai warisan sejarah yang berharga ini.
Artikel ini ditulis Cory Patricia Siahaan, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(mjy/mjy)