Nias menyimpan banyak objek wisata sejarah yang wajib dikunjungi. Di antaranya ada Gua Togi Ndrawa yang melegenda.
Dilansir melalui website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Togi Ndrawa adalah sebuah gua di Nias yang memiliki jejak peninggalan orang Nias sejak dua belas ribu tahun lalu.
Gua ini berada di desa Lelewonu Niko'otano, Gunung Sitoli. Detikers dapat menempuh jarak sekitar 3km dari pusat Kota Gunung Sitoli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gua Togi Ndrawa dulunya dikenal sebagai tempat persembunyian orang asing/pendatang yang beragama Islam (dawa/ndrawa) ketika masa pendudukan Jepang di Nias.
Namun, ada juga versi lain yang menyebutkan kalau gua ini menjadi persembunyian orang Nias ketik datang orang dawa (orang asing) datang ke daerah tersebut.
Nah, uniknya gua Togi Ndrawa ini terletak pada lima gua yang berderetan. Konon, gua ini memiliki lorong yang tembus ke Gua Laowomaru di Desa Fodo yang berjarak sekitar 12km dari Guo Togi Ndrawa.
Kita dapat mencapai gua ini dengan kendaraan bermotor dan sebagian lagi harus ditempuh dengan berjalan kaki beberapa ratus meter melewati jalan setapak yang telah dibangun oleh Museum Pusaka Nias untuk memudahkan akses menuju Guo Togi Ndrawa ini.
Konon dari jejak sejarah kehadiran manusia di Nias, gua ini telah dihuni sekitar 12.000 tahun yang lalu dan berlangsung secara terus menerus sampai berkisar tahun 1150 Masehi.
Mereka yang tinggal di gua tersebut memanfaatkan biota marin khususnya yang berada pada kawasan mangrove.
Jika detikers berkunjung ke gua ini, jangan lupa mampir di salah satu rumah adat berbentuk oval yang juga berada tidak jauh dari akses jalan menuju gua. Di tempat ini detikers akan disuguhkan pemandangan dari atas bukit ke arah laut lepas yang menyejukkan mata.
Situs Gua Togi Ndrawa merupakan perjalanan sejarah kehidupan masyarakat Nias. Situs ini sangat penting dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu arkeologi khususnya tekno kompleks hoabinh, biologi dengan melimpahnya sisa ekofak moluska dan hewan, serta etnoarkeologi dalam kaitannya pemanfaatan bahan pangan moluska yang berlangsung hingga sekarang di sekitar situs.
Dari sisi pendidikan, di situs ini didapatkan proses pembentukan manusia dan budaya di pulau Nias yang tidak hanya dari ras Austronesia dengan budayanya, juga dalam kaitannya dengan keberagaman budaya.
Selain itu juga pendidikan tentang adaptasi pemanfaatan bahan pangan dan peralatan yang hanya memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungannya.
(afb/afb)