Antisipasi Karhutla Lewat Madu Legit Ala Petani Lebah di Siak

Riau

Antisipasi Karhutla Lewat Madu Legit Ala Petani Lebah di Siak

Raja Adil Siregar - detikSumut
Kamis, 31 Jul 2025 11:43 WIB
Petani lebah madu menunjukkan hasil budidaya. (Raja Adil Siregar/detikSumut)
Foto: Petani lebah madu menunjukkan hasil budidaya. (Raja Adil Siregar/detikSumut)
Pekanbaru -

Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau menjadi perhatian nasional. Namun siapa sangka, ada petani lebah yang berperan aktif mencegah karhutla di Siak.

Ya dia adalah Bambang, Ketua Kelompok Tani Bina Madu yang aktif patroli dengan puluhan kelompoknya. Sebagai petani madu Bambang aktif patroli di kawasan konsesi unit usaha APP Group, PT Arara Abadi di Siak.

Tercatat ada 25 kelompok yang tergabung dalam unit usaha lebah madu. Seluruhnya menjadi 'spion' perusahaan dalam langkah strategis pencegahan kebakaran hutan dan lahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana tidak, semua petani lebah itu selalu patroli pada pagi, siang dan sore hari. Khususnya saat akan melihat rumah madu yang menjadi lokasi budidaya di tengah hutan konsesi.

"Untuk tergabung salam kelompok ini ada 3 syaratnya. Tiga syarat inilah yang membuat petani akhirnya berkolaborasi dan kita bina," ujar Forest Sustainability-HSE Head PT Arara Abadi APP Group Region Riau, Syarif Hidayat.

ADVERTISEMENT

Ketiga syarat inilah yang menjadikan alasan petani madu jadi spion cegah kebakaran lahan. Mereka dilarang bakar lahan dan juga wajib patroli harian.

"Ketiga syarat itu pertama mereka ini tidak boleh mengklaim area ini. Tidak bolah ada membakar lahan dan ketiga mereka jadi spion kita, jadi saat mau masuk mereka melaporkan ke kita ada atau tidak titik api," kata Syarif.

Syarif mengungkap penakaran lebah yang dikomandoi Bambang Cs itu merupakan program hasil hutan bukan kayu (HHBK) di PT Arara Abadi. Selain bertani lebah madu mereka juga bisa mengambil ikan di dalam konsesi perusahaan.

"Jadi HHBK ada penakaran lebah, ada juga ikan di kanal-kanal boleh diambil. Tetapi poin pentingnya tidak boleh membakar, di kanal-kanal ini ikan boleh diambil," katanya.

Bambang bersama kelompok lainnya telah aktif bertani lebah sejak COVID-19 lalu. Mereka mencoba keberuntungan dengan bertani lebah madu di bawah hutan akasia jelang panen.

Sulitnya ekonomi saat COVID-19 inilah yang menjadi cambuk berinovasi. Meskipun dari sebagian anggota kelompok punya kerjaan lain untuk sumber kehidupan.

"Kita sebelum memulai bisnis ini ada juga kerja lain. Lalu saat COVID-19 ini sangat sulit dan kami memulai bisnis madu, tetapi ini kemudian sangat menjanjikan," katanya sambil menunjukkan box berisi lebah madu.

Menurutnya hasil dari bertani madu saat ini masih memberikan harapan. Khususnya di dunia kesehatan karena madu dikenal kaya manfaat.

"Presentase untuk pendapatan kami sekitar 70-80 persen. Naik turun pendapatan untuk 1 grup dan kami ada 25 grup, jumlah koloni saya paling besar. Peminat masih tinggi ya, karena kaya manfaat untuk kesehatan," ujar pria berusia 50 tahun tersebut.

Dibawah hujan rintik-rintik, Bambang dan dua pekerja terlihat mengecek box berisi sarang lebah. Pelan-pelan, madu diambil untuk ditiriskan ke botol kemasan.

Saat kondisi hujan, sarang lebah biasanya hanya dicek perlahan. Sebab, mereka tak mau lebah terusik yang berdampak pada penurunan produksi madu di sarang.

Khusus kebakaran hutan dan lahan, petani sangat mewanti-wanti. Sebab, asap bekas kebakaran lahan dapat menganggu habitat lebah yang ada di farm.

"Asap ini paling kami antisipasi. Makanya betul, kami menjaga betul daerah ini tidak ada kabakaran lahan karena lebah bakal terganggu," kata Bambang.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Puncak Kemarau Riau Bakal Terjadi Juli, Potensi Karhutla Meningkat"
[Gambas:Video 20detik]
(ras/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads