Relawan Ganjar yang tergabung dalam Petani Tebu Bersatu (Petebu) menggelar silaturahmi dan sarasehan dengan kalangan petani tebu di wilayah Lampung Tengah. Kegiatan yang bertajuk 'Meningkatkan Peran Serta Petebu Lampung dalam Rangka Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional' itu bertujuan menyelami aspirasi kalangan petani tebu.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Petebu Lampung, Sudirman mengatakan digelarnya sarasehan ini bertujuan untuk mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang dialami para petani tebu. Khususnya, di Kabupaten Lampung Tengah.
"Jadi, acara ini untuk menggali aspirasi petani tebu di seluruh Indonesia termasuk di Kabupaten Lampung Tengah demi mendorong percepatan swasembada gula nasional serta mendukung kedaulatan pangan nasional," kata Sudirman dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegiatan yang digelar di Lapangan Palapa Desa Bandar Agung, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah tersebut diikuti oleh ratusan peserta yang berasal dari tujuh kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah. Mereka sepakat untuk menjadi bagian dari wadah Petebu.
Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Tengah tahun 2022, lahan tebu di daerah tersebut mencapai 10.183 hektare dengan produksi 65.246 ton per tahun.
Lahan pertanian tebu tersebut tersebar di tujuh kecamatan dan menjadi penyangga bagi operasional Pabrik Gula (PG) di sekitarnya. Adapun PG tersebut, yakni PG Gunung Madu dan PG Gula Putih Mataram, baik melalui program kemitraan pengelolaan lahan hak guna usaha (HGU) milik PG atau pengelolaan lahan Tebu Rakyat (TR) mandiri.
Sudirman mengatakan tingginya produksi gula dan tebu tak sejalan dengan kesejahteraan para petani tebu. Dikatakannya masih banyak berbagai permasalahan yang dialami para petani tebu di Kabupaten Lampung Tengah.
Salah satunya adalah sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, bantuan ratoon, penyediaan alat mekanisasi, serta rendahnya rendemen tebu sekitar 5,96 persen. Angka ini adalah angka di tahun 2022 dan jika dibandingkan dengan 2021 yang mencapai 7 persen.
"Lalu masalah harga, kalau ikut kemitraan itu panen di bulan 4 pembayaran nya bisa di bulan 11. Satu hal lagi, petani tebu disini itu jual nya harus ke perusahaan, sedangkan kalau jualnya ke PG petani dibebani ppn 10 persen. Harapannya lewat sarasehan Petebu bisa menjembatani persoalan tadi," beber Sudirman.
Dalam hal ini, Sudirman meminta kepada para petani tebu untuk terus memperjuangkan hak-hak mereka melalui sebuah wadah, yakni Petebu. Nantinya, hasil dari Sarasehan ini akan ditindaklanjuti dan diserahkan oleh sukarelawan pendukung Ganjar tersebut kepada pemangku kepentingan masing-masing wilayah.
Acara ini merupakan agenda ke-11 yang dilakukan Petebu. Sebelumnya, mereka menggelar sarasehan ke sepuluh wilayah lain seperti Kertosono Jatim, Karanganyar Jateng, Way Kanan Lampung, Palembang Sumsel, Dompu NTB, Majalengka Jabar, Takalar Sulsel, Deli Serdang Sumut, Madiun Jatim, dan Subang Jabar.
Sebagai informasi, Petebu juga melantik kepengurusan DPW Lampung dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Kabupaten Lampung Tengah sebagai perpanjangan tangan dalam menyerap aspirasi petani tebu. Selain itu, Petebu juga mendistribusikan bantuan sosial berupa sembako secara door to door kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan.
(fhs/ega)