Pelatih Timnas Indonesua Shin Tae-yong melayangkan kritik terhadap pelaksanaan kompetisi domestik. Juru taktik asal Korea Selatan itu menilai kompetisi Liga 1 dan Liga 2 belum maksimal, bahkan cenderung memiliki banyak kekurangan.
Coach Shin berpendapat untuk bisa menciptakan Timnas yang kuat ada berkualitas, maka liga domestik diperkuat. Atmosfer kompetisi domestik di liga juga berpengaruh besar pada kemampuan dan performa pemain saat dipanggil ke timnas.
"Menurut saya, untuk mengembangkan sepakbola Indonesia harus dimulai dari liga yang kuat. Kalau liga lemah, menerapkan standarisasi yang terbaik di Timnas Indonesia tidak akan berhasil," katanya seperti dikutip dari detikSport, Selasa (28/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agar liga tak lemah, sehingga standarisasi juga tak susah, Shin Tae-yong menyebut peran besar operator kompetisi. "Jadi orang yang kerja di liga (PT Liga Indonesia Baru, selaku operator liga) harus bekerja lebih, harus membuat visi yang baik."
Menurut Shin Tae-yong, secara umum ada kekurangan dalam porsi latihan fisik. Pemain jadi cenderung cepat lelah saat di tempanya. Simak di halaman selanjutnya.
Dituturkan Shin Tae-yong, salah satu kekurangan yang ia lihat dari Liga Indonesia adalah perkara porsi latihan. Secara spesifik, latihan fisik. Maka saat para pemain itu ia gembleng di timnas, mereka pun jadi cepat lelah.
"Saya menonton pertandingan Liga 1 dan Liga 2, memang banyak kekurangannya. Seperti porsi latihan dan porsi latihan fisiknya kurang," ujar Shin Tae-yong.
"Untuk membuat liga yang kuat, fisik (pemain) harus kuat dan tempo pertandingan harus lebih cepat. Apalagi Timnas Indonesia main internasional, maka harus mengikuti tempo pertandingan internasional. Tempo itu yang sulit diikuti pemain-pemain Timnas Indonesia."
"Jadi kalau kami tanyakan kepada pemain U-20 dan senior, pasti mereka akan mengatakan kelelahan (latihan di Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong) untuk mengikuti kecepatan atau tempo pertandingan."
"Jangan anggap ini teguran, jadi dari pihak liga (PT LIB) juga harus mengembangkan sepakbola Indonesia. Jadi baru bisa membuat liga kuat, sehingga Timnas Indonesia menjadi kuat, termasuk membuat sepakbola Indonesia juga menjadi lebih kuat," tuturnya.
Shin Tae-yong sendiri mulai melatih timnas Indonesia sejak tahun 2020 lalu. Kariernya sebagai juru taktik sendiri sudah dirintis sedari menjadi asisten di klub Australia Queensland Roar.
Setelah itu pria Korea Selatan 52 tahun tersebut menangani klub lokal Seongnam Ilhwa Chunma, sampai akhirnya mulai ditarik ke Timnas Korea dengan menjalani posisi asisten, caretaker sampai akhirnya pelatih kepala.
Sebelum terjun melatih sosok yang melatih Korea di Piala Dunia 2018 itu juga segudang pengalaman sebagai pemain sepakbola. Pada periode 1992-2004 Shin Tae-yong berseragam Seongnam Ilhwa Chunma. Di 2005 ia pindah ke Queensland Roar, klub kedua dalam kariernya semasa masih bermain dulu.
Dalam kariernya sebagai pemain dan pelatih itu pula Shin Tae-yong punya sejumlah pencapaian. Bahkan saat Seongnam jadi kampiun Liga Champions Asia 2010, Shin Tae-yong menjadi sosok pertama yang menjuarai ajang itu sebagai pelatih dan pemain -- semasa main, ia melakukannya bersama Seongnam tahun 1995 saat ajang itu masih dengan nama Asian Club Championship.
(astj/astj)