Marni dengan sigap meletakkan sejumlah bahan bumbu pecal di atas gilingan batu. Kemudian menguleknya dengan begitu telaten. Hingga seluruh bumbu halus merata, namun tetap meninggalkan tekstur kacang.
Adonan bumbu pecal tersebut merupakan ramuan yang diwariskan sejak tahun 80 an kepada Marni. Saat orang tuanya memulai berjualan lontong pecal di salah satu sudut perkampungan di Asahan.
Sekilas, bumbu pecal buatan Mami tidak jauh berbeda dengan bumbu pecal pada umumnya. Namun aroma dan rasa khas menjadi alasan sejumlah pelanggan datang atupun singgah untuk menikmati lontong pecal yang disebut warung pojok tersebut.
Salah satu ciri khas lontong pecal di sini bumbu kacangnya yang enak, digiling halus sebelum dipadukan dengan lontong dan sayuran seperti daun ubi maupun kangkung. Cita rasanya enak dan tetap konsisten selama puluhan tahun.
Sudah 42 tahun bertahan, lontong pecal ini dikelola keluarga secara turun menurun dan tidak berubah. Karena itu tidak perlu heran jika melihat warung yang berlokasi di pojokan jalan dusun I Desa Sei Kamah Baru Kecamatan Sei Dadap Kabupaten Asahan selalu ramai.
Dari pinggir jalan terlihat hanya pondok panjang tempat pelanggan makan dan ada sebuah gerobak kayu tempat penjualnya mengolah langsung bumbu pecal yang enak.
Sekalipun tempatnya sederhana, namun rasa yang dipertahankan sejak dulu hingga sekarang menjadi alasan pengunjung untuk datang menikmati racikan Mami si pemilik warung.
"Sudah ada dari tahun 80. Mulanya dibuka sama orang tua kami dulu sampai sekarang turun menurun keluarga yang mengelola," kata Marni saat berbincang bersama detikSumut, Jumat (2/12/2022).
Pelanggannya lontong pecal bukan hanya warga Asahan. Baca selanjutnya...
Simak Video "Lontong Medan Alay: Warisan Rasa di Jakarta Barat"
(bpa/bpa)