Seorang pelajar kelas 12 SMA Negeri 1 Matauli Pandan di Kabupaten Tapanuli Tengah diduga dikeroyok oleh puluhan siswa. Korban berinisial S mengalami luka berat hingga harus dirujuk ke rumah sakit di Medan.
Kuasa hukum korban Ranto Sibarani mengungkapkan bahwa pengeroyokan terjadi di lingkungan sekolah pada Selasa (12/8/2025). S dikeroyok lantaran dituduh mengejek siswi yang melintas di koridor sekolah saat S dan beberapa siswa dihukum di luar kelas karena tak mengerjakan PR.
"Pada jam 12 siang saat pelajaran Ekonomi ada 6 orang (termasuk S) yang dikeluarkan dari kelas karena tidak kerjakan tugas. Kemudian, di koridor S bercanda menggunakan gerakan tangan tanpa mengejek ataupun melecehkan siswi yang lewat. Lalu, siswa H nanya kenapa mereka tertawa, terus mereka menjawab bercanda kepada siswi yang baru lewat," kata Ranto, Senin (18/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
H tersebut kemudian mengancam akan mengadukan ke terduga pelaku R yang diduga memiliki hubungan dekat dengan siswi yang disebut diejek oleh korban.
Saat jam istirahat, R mengirim pesan singkat kepada S untuk berkelahi. Pada saat usai jam istirahat, R lalu mendatangi korban dan diduga memukul kepala korban.
"Jam 14.00, S kembali ke sekolah belajar seperti biasa. Setelah jam istirahat sekitar 15.30 WIB, tiba-tiba pada posisi tidur, kepala S dipukul sangat keras yang membuat kepalanya benjol di sekolah. Kemudian dibawa ke toilet. R bertanya apa maksud S yang dijawab hanya bercanda saja, R mengajak berduel," jelas Ranto.
"S diam lalu dengan tiba-tiba S dipukul di bagian dada dengan menggunakan tangan dan S tidak melawan karena sangat banyak anggota geng di sana kurang lebih 20 orang," lanjutnya.
Namun, aksi tersebut kemudian berhenti lantaran seorang guru datang dan membubarkan aksi. S yang ketakutan berusaha minta tolong kepada A, siswa dari sekolah lain untuk ditemani agar tidak mendapatkan ancaman lagi.
"A mau bantu tapi minta uang Rp 50 ribu untuk uang capek. A kemudian menelpon R tapi S tidak mengetahui isi percakapannya. S minta A ini agar membantu R tidak mengancam ataupun dipukul. Kemudian mereka bergerak menuju simpang Warung Nenek," kata Ranto.
"A ini kemudian meninggalkan S dan masuk ke warung menjumpai R. Kemudian, A keluar menjumpai S dan mengajak ke Jalan Baru ke dekat kolam renang bersama R dan banyak teman R yang diduga adalah anggota Geng Nenek," sambungnya.
Ranto menyebutkan bahwa begitu tiba di lokasi, S diajak berkelahi. S dipukul di bagian mulut dan juga mendapat pukulan di wajah.
"Sesampainya di lokasi Jalan Baru, S disuruh berkelahi padahal S mau bicara berdua saja, supaya tidak panjang. S dikelilingi oleh orang banyak dan disuruh berkelahi, sebelum siap S sudah dipukul di bagian mulut yang mengakibatkan S terjatuh ke tanah dan S menerima pukulan di bagian wajah kening sebelah kanan dan S menyerah," kata Ranto.
"S berdiri kembali, namun kembali dipukul sehingga terjatuh dan kembali dipukuli di bagian mata dan telinga dan kepala, tidak ada yang melerai sampai S teriak menyerah. Lalu korban diantar pulang dengan kondisi berlumuran darah dari mata, dari telinga, dari mulut," sambungnya.
S lalu dilarikan ke rumah sakit Sibolga oleh orang tuanya dan kemudian mendapat rujukan ke rumah sakit di Kota Medan untuk mendapat perawatan intensif.
"S dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit Meta Medika Sibolga untuk mendapatkan pertolongan pertama kemudian selanjutnya dibawa ke Medan untuk mendapatkan perawatan yang intensif," ucapnya.
Pihak Polisi Lakukan Penyelidikan
Ranto menyebutkan dalam kasus pengeroyokan ini, pihak kepolisian sudah melakukan pemeriksaan kepada belasan saksi.
"Polres sudah memeriksa sekitar 14 saksi, kecuali S karena masih dirawat di Medan," kata Ranto.
Kasubsi PID Sie Humas Polres Tapteng Ipda Dariaman menyebutkan bahwa kasus masih dalam tahap penyelidikan.
"kasus tersebut masih dalam penyelidikan," ucap Dariaman.
(nkm/nkm)