Seorang perwira TNI AL Asal Sumatera Utara (Sumut) Lettu Laut (K) dr Eko Damara (31) dilaporkan bunuh diri saat mengikuti satgas di Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan. Laporan itu dinilai janggal oleh pihak keluarga. Berikut kejanggalan-kejanggalan kematian dr Eko menurut keluarga.
1. Penyebab Kematian Tak Langsung Disampaikan
Berdasarkan keterangan Paman korban Abdul Sattar, pihak keluarga awalnya mendapat laporan bahwa korban tewas di dalam kamar mandi, Sabtu, 27 April 2024. dr Eko disebut tewas dengan luka tembak. Namun saat ditanya siapa yang menembak, pihak TNI mengaku akan menginformasikannya setelah tiba di rumah duka. Eko merupakan personel Yonkes 1 Marinir yang diperbantukan di Satgas Mobile RI-PNG Yonif 7 Marinir.
"Kita menerima telepon bahwa almarhum Lettu Laut dr Eko Damara itu dinyatakan meninggal, ditemukan di kamar mandi dengan luka tembak di kepala. Kemudian ditanyakan keluarga apa penyebabnya, siapa yang nembak, kata mereka nanti diinformasikan setelah sampai di rumah duka ," kata Abdul kepada detikSumut, Senin (13/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jasad Eko pun tiba di Stabat, Kabupaten Langkat, Senin, 29 April 2024. Setibanya di rumah duka, jasad korban langsung dimandikan dan dikafankan.
"Nah hari itu juga diinformasikan, jenazah setelah dimandikan, dikafankan, terus diberangkatkan. Itu dievakuasi dari lokasi menggunakan helikopter terus dibawalah, sampai di rumah duka sekitar jam 3 sore tanggal 29 April 2024," sebutnya.
2. Ada Luka Lebam di Tubuh
Namun pihak keluarga yang curiga membuka kain kafan korban dan mendapati sejumlah luka lebam di jasad Eko. Pihak keluarga juga mengklaim ada bekas sundutan rokok di bagian punggung korban.
"Sebelum sampai kita sudah mendapatkan isu-isu yang meragukan, makanya waktu jenazah sampai keluarga minta jenazah dibuka. Kebetulan memang tidak ada yang menghalangi, yang antar waktu itu marinir kalau enggak salah dari Belawan. Alhamdulillah tidak ada yang halangi karena memang mereka bukan personel dari Papua," ujar Abdul.
"Itu kita dibuka untuk dikafani ulang, ternyata terdapat kejanggalan kejanggalan menurut kasat mata kami itu janggal, yaitu ditemukan lebam-lebam di badan yang tidak merata. Setelah itu, kita periksa ada juga keanehan seperti bekas sundutan rokok di punggung kiri. Di kepala ada bekas senjata peluru masuk dari arah belakang kuping tembus ke kening atas. Dari situ kita lihat bahwa peluru dari belakang ini kecil yang depan membesar, yang kita tahu secara awam peluru standar TNI. Cuman kita tidak bisa memastikan ini senjata laras panjang atau laras pendek, ini yang belum dipastikan," sambungnya.
3. Penjelasan Berubah-ubah
Mendapati hal itu, pihak keluarga pada 2 Mei 2024 lalu menyurati Presiden RI untuk meminta jasad Eko diautopsi. Surat itu ditembuskan ke Panglima TNI, Kasal, Psuspom TNI dan Puspom TNI AL.
Pihak keluarga juga mendatangi Puspom TNI untuk mempertanyakan soal kematian Lettu Eko, namun mereka diarahkan ke Puspomal. Dari Puspomal mereka diminta menemui Asisten Intelijen Korps Marinir. Saat itulah baru pihak keluarga diberi penjelasan soal kematian Letto Eko.
"Di sana lah kita dapat penjelasan penyebab kematian, ternyata setelah kami dengar secara lisan, bukan tertulis. Disebutkan di situ kalau kami tidak salah dengar, disebutkan almarhum ditemukan (tewas) di kamar tidur, berbeda dari awal yang kami terima. Kemudian, penyebab yang awalnya karena malaria, berubah lagi, karena ada hal lain. Kalau dia malaria, kenapa bisa mengaku bunuh diri, lazimnya kalo orang sedang sakit, itu tidak boleh memegang senjata, termasuk pisau, ini kan membingungkan," ujarnya.
"Yang kami dengar TKP berubah dari kamar mandi ke tempat tidur. Kemudian, motifnya seolah-olah dicari-cari katanya dia ada utang. Ini kan jadi aneh. Kesannya kan sengaja mencocok-cocokan," sambung Abdul.
4. Pesan Terakhir Eko
Pihak keluarga juga mengaku, beberapa hari sebelum tewas, Eko sempat mengirimkan pesan kepada keluarganya dan mengaku saat itu dirinya tengah menghadapi masalah. Namun tidak dijelaskan kepada keluarga apa masalahnya. Abdul juga mengaku Eko sempat bercerita kepada temannya bahwa ia bermasalah dengan atasannya.
"Sebelumnya dia ada chat kalau dia bermasalah, yang tidak disebutkan masalahnya apa, setidaknya tiga hari (sebelum tewas) dan dia ada menyampaikan kepada temannya, sekitar enam hari (sebelum meninggal), dia mengatakan tertekan oleh atasannya. Atasannya ini tidak disebutkannya," sebutnya.
5. Pertanyakan Bukti Bunuh Diri
Abdul juga mempertanyakan bukti bahwa Eko bunuh diri. Ia menyayangkan pernyataan dari TNI AL yang menyebut Eko tewas karena bunuh diri karena belum ada bukti kuat.
"Ini kan jadi tanda tanya, keluarga curiga, ini ada apa, kenapa seperti ditutup-tutupi. Sampai saat ini kami yakin bahwa almarhum adalah korban pembunuhan. Itulah yang kami minta, sebelum ada pembuktian harusnya tidak boleh disimpulkan. Kami sederhana saja, hanya minta diautopsi dan uji balistik untuk mengungkap kematian almarhum," pungkasnya.
(nkm/nkm)