Penemuan mayat di selokan pembuangan air kantor Dinas Sosial Padang Lawas Utara (Paluta), Sumatera Utara (Sumut), membuat heboh. Saat ditemukan, mayat berjenis kelamin wanita itu sudah dalam kondisi membusuk.
Setelah dilakukan identifikasi, wanita itu ternyata adalah SAH (21) warga Desa Saba Bangunan, Kecamatan Padang Bolak. Belakangan diketahui motif pembunuhan itu adalah permasalahan utang.
Berikut detikSumut rangkum tujuh fakta terkait kasus pembunuhan itu:
1. Ditemukan Membusuk
Kapolsek Padang Bolak AKP Zulfikar mengatakan jasad korban ditemukan Selasa (2/1/2024) sore. Saat ditemukan, bagian wajah dan kepala korban sudah busuk dan berbelatung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil visum di RSUD Aek Haruaya, kuku korban sudah melepuh, kepala dan wajah berbelatung, mata kiri terbuka, rambut kepala depan sudah tercabut, bola mata sebelah kanan keluar dan pecah serta seluruh kulit tubuh sudah melepuh," kata Zulfikar.
Setelah ditemukan, korban dievakuasi dan dibawa ke RSUD Gunung Tua untuk divisum. Kemudian, jasad korban dibawa ke RS Bhayangkara Medan untuk diautopsi.
2. Pelaku Ditangkap
Kasi Humas Polres Tapsel Brigadir Erlangga Gautama Nasution mengatakan pelaku pembunuhan itu adalah Pirman Siregar (19). Pelaku diamankan pada Kamis (4/1)sore usai diserahkan keluarganya.
"Terduga pelaku merupakan warga yang sama dengan korban, yakni Desa Sabungan Padang Bolak," kata Erlangga, Jumat (5/1).
Erlangga menyebut pada Rabu (3/1) petugas sempat berangkat ke Kota Medan untuk mencari pelaku. Sebab, setelah kejadian itu, pelaku melarikan diri ke Kota Medan.
Setelah melakukan pencarian, petugas tak kunjung menemukan pelaku. Lalu, keesokan harinya, petugas menerima informasi dari keluarga pelaku yang mengatakan akan menyerahkan pelaku ke kantor polisi.
"Kemudian atas kesepakatan tim dengan keluarga pelaku, sekira pukul 17.00 WIB keluarganya membawa pelaku ke rest area Tol Medan-Tebing Tinggi untuk bertemu petugas. Saat itu, pelaku masih berada di Medan. Setelah bertemu, pelaku dibawa ke polsek untuk diproses," jelasnya.
3. Korban Sempat Hilang
Sebelum ditemukan tewas, SAH sempat dinyatakan hilang tiga hari. Kejadian itu berawal pada Sabtu (30/12/2023) sekitar pukul 21.00 WIB. Saat itu, Pirman Siregar yang tengah mengendarai sepeda motor berangkat menuju warung kopi di Desa Saba Bangunan.
Di tengah perjalanan, pelaku berpapasan dengan korban yang juga sedang mengendarai sepeda motor. Korban lalu memanggil pelaku dan pelaku pun langsung menghentikan sepeda motornya.
Lalu, korban menanyakan soal utang pelaku kepadanya. Saat itu, pelaku pun menjawab belum memiliki uang.
Setelah itu, korban menyarankan agar hal itu diomongkan nanti. Pelaku pun menyetujui hal dan menyuruh korban untuk menunggu di suatu tempat. Kemudian, pelaku pergi mengantar sepeda motornya ke warung kopi tersebut dan meminta temannya untuk mengantarnya menemui korban.
"Setelah itu, Pirman Siregar menemui korban dan setelah bertemu mereka berangkat untuk menempel ban sepeda motor milik korban ke bengkel di Simpang Portibi," kata Zulfikar, Jumat (5/1).
Lalu, sekitar pukul 21.30 WIB, sepeda motor korban pun selesai ditambal. Kemudian, keduanya berangkat ke sebuah kafe yang berada di depan kantor Bupati Paluta.
Sekitar pukul 23.00 WIB, korban mengajak pelaku pulang. Namun, di tengah perjalanan korban mengajak pelaku melihat konser musik. Permintaan itu pun dituruti pelaku.
Di tengah perjalanan menuju tempat konser itu, korban kembali menanyakan soal utang pelaku. Sontak, pelaku kembali menjawab bahwa dirinya belum memiliki uang.
Mendengar hal itu, korban lalu geram dan sambil mengatakan bahwa dirinya tidak memperdulikan hal itu. Korban meminta pelaku untuk mengembalikan uang tersebut pada hari itu juga.
Korban bahkan menawarkan agar mereka menemui orang tua pelaku untuk meminta uang tersebut. Pelaku pun mengiyakan hal itu. Namun, sebelum pulang ke rumah, pelaku mengajak korban untuk menemui temannya.
Selang beberapa waktu, keduanya berjalan menuju lokasi perkantoran Dinas Sosial Paluta. Setibanya di pintu masuk, pelaku menghentikan sepeda motornya dan berpura-pura menelepon temannya untuk meminta uang.
Namun, pelaku beralasan temannya tidak ada yang mengangkat teleponnya. Setelah itu, keduanya masuk ke areal perkantoran dan pelaku sempat buang air kecil di sana.
"Setelah selesai membuang air kecil, pelaku membuka baju yang dipakainya dan langsung menutup mulut korban dari arah belakang. Selanjutnya, korban melakukan perlawanan, akibatnya pelaku meninju kepala belakang korban," sebutnya.
Korban lalu menggigit jari telunjuk pelaku hingga membuat pelaku meninju kepala belakang korban sebanyak tiga kali. Namun, karena korban tak kunjung melepaskan gigitan itu, pelaku lalu menendang perut korban dengan menggunakan dengkul sebanyak dua.
Akibatnya, korban pun terjatuh ke tanah. Setelah itu, pelaku kembali menendang perut korban sebanyak tiga kali.
Lalu, tiba-tiba pelaku mendengar suara orang dari arah kantor Dinsos. Sontak pelaku mendorong sepeda motor korban menuju pintu keluar dan pergi meninggalkan TKP.
4. Pelaku Beli Pisau dan Menggorok Korban
Setelah meninggalkan korban di lokasi kejadian, pelaku berpikir untuk menghabisi nyawa korban. Lalu, pelaku pun pergi membeli pisau kater dan kembali ke lokasi.
"Pada saat pelaku berada di jalan lintas Gunung Tua-Langga Payung, tepatnya di Desa Huta Lombang, pelaku berpikir untuk menghabisi nyawa korban. Selanjutnya, pelaku membeli pisau kater dan kembali ke TKP. Kemudian, pelaku menghampiri korban yang sedang tergeletak di tanah," kata Zulfikar.
Saat dihampiri pelaku, korban masih dalam keadaan bernyawa. Setelah itu, pelaku membekap mulut korban hingga korban tak berdaya.
Setelah melihat korban masih bernapas, pelaku lalu menarik rambut korban dan langsung meninju kepala korban secara berulang-ulang kali hingga korban tewas.
"Setelah, pelaku melihat korban tidak lagi bernapas, pelaku mengangkat korban dan memasukkan korban ke dalam selokan. Selanjutnya, pelaku menggorok leher korban dengan menggunakan pisau kater yang dibelinya," ujarnya.
5. Pelaku Ambil Cincin Korban
Sebelum meninggalkan korban, pelaku sempat mengambil dua cincin yang berada di tangan korban. Setelah itu, pelaku masih menyempatkan diri untuk merokok di lokasi tersebut. Setelah selesai, pelaku pergi menuju sepeda motor korban.
Saat akan pergi, pelaku melihat handphone korban di dekat sepeda motor tersebut dan mengambilnya. Lalu, pelaku pergi meninggalkan TKP.
Sekitar pukul 03.00 WIB, adik korban sempat datang ke rumah pelaku untuk menanyakan korban. Namun, saat itu pelaku mengaku tidak ada bertemu dengan korban. Sejak saat itu, korban dinyatakan hilang hingga akhirnya ditemukan pada Selasa (2/1).
Pada Minggu (31/12) pelaku sempat mengatakan kepada orang tuanya ingin pulang ke Medan. Pelaku pun pulang ke Medan.
Keesokan harinya, pelaku pergi ke kosnya dan lalu menjual dua cincin korban yang sebelumnya diambilnya. Cincin itu dijual seharga Rp 13 juta.
6. Pelaku Ingin Menyerahkan Diri
Pada Rabu (3/1) pelaku menghubungi ibunya dan mengaku telah membunuh korban. Dia pun menyebut ingin menyerahkan diri.
"Pelaku menghubungi ibunya dan memberitahukan kepada ibunya bahwa dia telah membunuh korban. Selanjutnya, pelaku mengatakan sudah tidak tahan dan ingin menyerahkan diri kepada pihak yang berwajib," sebut Zulfikar.
7. Motif karena Masalah Utang
Zulfikar mengatakan pelaku dan korban memiliki hubungan keluarga. Sejauh ini, motif pelaku sampai tega menghabisi nyawa korban karena permasalahan utang.
"Hubungan keluarga saja. Untuk sementara (motifnya) masalah utang," jelasnya.
Perwira pertama Polri itu mengatakan pelaku memiliki utang Rp 300 ribu kepada korban. Lalu, korban menagih utang tersebut di depan teman-teman pelaku dan hal itu membuat pelaku malu.
"Tersangka utang uang Rp 300 ribu dari korban. Korban menagih utang tersebut di depan teman-teman tersangka, jadi tersangka malu, sehingga timbul niat untuk menghabisi nyawa korban," sebut Zulfikar.
(mjy/mjy)