Kasus Bunuh Diri Terheboh di Sumut Tahun 2023: Bripka AS-Mahasiswa USU

Kasus Bunuh Diri Terheboh di Sumut Tahun 2023: Bripka AS-Mahasiswa USU

Finta Rahyuni - detikSumut
Minggu, 24 Des 2023 12:00 WIB
Kematian Bripka AS, oknum Satlantas Polres Samosir yang terlibat penggelapan pajak kendaraan senilai Rp 2,5 miliar masih menyisakan kejanggalan bagi keluarga. Keluarga menduga ada sejumlah hal yang janggal dengan kematian Bripka AS yang bunuh diri dengan menenggak racun sianida.
Foto: Kematian Janggal Bripka AS (Istimewa)
Medan -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Ada dua kasus bunuh diri di Sumatera Utara (Sumut) yang cukup menghebohkan publik pada tahun 2023. Keduanya, yakni kasus kematian oknum Satlantas Polres Samosir Bripka AS dan mahasiswi USU Mahira Dinabila.

Awalnya, kedua kasus ini dianggap pihak keluarga adalah pembunuhan. Setelah pihak kepolisian melakukan serangkaian penyelidikan, keduanya dipastikan melakukan bunuh diri dengan menenggak racun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut detikSumut rangkum perjalanan kasus bunuh diri itu:

1. Bripka AS Bunuh Diri Usai Terlibat Penggelapan Pajak Rp 2,5 M

Kasus penggelapan pajak yang dilakukan Bripka AS dan sejumlah pegawai Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) mencuat ke publik di awal tahun 2023. Penyelidikan kasus itu bermula dari laporan seorang warga ke Polres Samosir yang merasa tertipu soal pembayaran pajaknya. Saat itu, korban merasa curiga karena pajaknya tetap menunggak meski telah dibayarkan setiap tahunnya.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan laporan ini, Polres Samosir melakukan serangkaian penyelidikan hingga menemukan bahwa pelaku penggelapan pajak itu adalah Bripka AS dan sejumlah petugas Bapenda.

Dari hasil penyelidikan, aksi itu telah dilakukan mereka sejak tahun 2018. Total uang yang digelapkan, yakni sekitar Rp 2,5 miliar.

Para pelaku melancarkan aksinya dengan modus membantu pengurusan pajak korban. Namun, ternyata dokumen-dokumen pengurusan pajak yang diberikan para pelaku ke korban adalah palsu.

"Kerugiannya itu sekitar Rp 2,5 miliar," kata Kasat Reskrim Polres Samosir AKP Natar Sibarani, Rabu (15/3/2023).

Atas kasus itu, Bripka AS memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, keluarga merasa ada sejumlah kejanggalan terkait kematian Bripka AS, di antaranya lokasi penemuan jasad AS yang disebut bunuh diri.

Jasadnya ditemukan tergeletak di sebuah tebing di Kelurahan Siogung Ogung, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Senin (6/2), yang menurut Kuasa Hukum Istri Bripka AS, Fridolin Siahaan, lokasi tersebut merupakan tempat yang ramai dikunjungi orang.

Namun, jasad Bripka AS sendiri ditemukan Satnarkoba yang tengah menjalankan operasi. Padahal AS pergi dari rumahnya sejak Jumat (3/2) dan diduga nekat mengakhiri hidupnya di hari yang sama.

"TKP itu kan ruang terbuka, selama 2-4 hari tidak ada menemukan atau melihat sepeda motor maupun jenazah Bripka AS. Sabtu Minggu itu tempat orang foto-foto, tempatnya penatapan gitu," kata Fridolin saat dikonfirmasi detikSumut, Minggu (19/3).

Keluarga Bripka AS juga mengaku heran jika karena AS memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah kasus penggelapan uang itu terungkap. Padahal, AS telah berupaya untuk membayarkan uang kerugian dari penggelapan pajak itu sekitar Rp 750 juta, lebih dari setengah uang kerugian yang harus dibayarkan oleh Bripka AS, yakni sebesar Rp 1,3 miliar, sedangkan sisanya dibebankan kepada pelaku lainnya.

Selain itu, kejanggalan juga ada pada sianida yang digunakan Bripka AS untuk bunuh diri. Pasalnya sianida itu dipesan melalui online bersamaan saat handphone Bripka AS disita Kapolres Samosir. Menurutnya, Bripka AS memesan sianida pada 23 Januari 2023.

Bahkan, sianida itu tiba pada Senin (30/1) sekitar pukul 21.49 WIB di UPT Samsat Pangururan dengan sistem pembayaran COD. Dari keterangan polisi Bripka AS menerima paket tersebut langsung. Namun, menurut keterangan keluarga, AS tidak bertugas hingga malam hari.

Penanganan kasus Bripka AS itu lalu ditarik ke Polda Sumut. Polda pun membentuk timsus untuk mengusut kasus kematian Bripka AS.

Setelah melakukan serangkaian penyelidikan, Kapolda Sumut saat itu, yakni Irjen Panca Putra Simanjuntak lalu memaparkan hasil penyelidikan kasus kematian Bripka AS.

Panca memastikan Bripka AS tewas bunuh diri dengan meminum racun sianida yang dibelinya sendiri. Hasil itu diperoleh usai penyidik memeriksa sejumlah saksi ahli atas kasus kematian Bripka AS itu.

"Pertama, dari hasil yang dilakukan oleh tim didukung oleh keterangan ahli, khususnya kedokteran forensik, ahli toksikologi, dan laboratorium forensik, penyebab kematian korban disimpulkan korban mengalami lemas akibat masuknya sianida ke saluran makan hingga ke lambung dan saluran napas," kata Panca saat konferensi pers di Mapolda Sumut, Selasa (4/4) malam.

Panca menegaskan bahwa Bripka AS meminum sianida itu karena memang berniat untuk bunuh diri. Dia memastikan tidak ada pihak yang memaksa Bripka AS untuk meminum sianida itu.

Lalu terkait luka di bagian belakang kepala Bripka AS, yang sempat dipertanyakan oleh pihak keluarga, Panca menyebut luka tersebut diakibatkan adanya benturan, bukan pukulan.

Mantan Kapolda Sulawesi Utara itu mengatakan motif Bripka AS sampai nekat mengakhiri hidupnya karena stres usai terlibat penggelapan pajak Rp 2,5 miliar. Hal tersebut disimpulkan dari hasil pemeriksaan tim ahli psikologi forensik.

"Kita meminta penjelasan dari ahli psikologi forensik, bahwa dari apa yang dialami oleh korban, ini juga membuat pressure atau dorongan yang menggangu psikologis almarhum. Tim ahli psikologi forensik menyampaikan bahwa peristiwa bunuh diri ini didorong oleh permasalahan yang dialami oleh almarhum Bripka AS," ujar Panca.

Berdasarkan hasil pemeriksaan juga ditemukan bahwa Bripka AS sempat melakukan pencarian atau browsing terkait dengan sianida dan bunuh diri. Pencarian itu dilakukan Bripka AS usai kasus penggelapan pajak yang melibatkannya itu mencuat.

Polda Sumut menyebut sianida itu dipesan langsung oleh Bripka AS melalui online shop. Pemesanan itu dilakukan pada tanggal 22 Januari 2022.

Panca menegaskan bahwa sianida itu dipesan sebelum hp Bripka AS disita oleh Kapolres Samosir AKBP Yogie. Sebab, Yogie memanggil dan menyita hp Bripka AS pada tanggal 23 Januari 2023.

"Jadi, sehari sebelum almarhum bertemu Kapolres AKBP Yogie. Artinya, (tanggal) 22 dibeli menggunakan hp miliknya (Bripka AS). Ini sudah kami temukan, hp itu ternyata tanggal 22 sudah dilakukan pemesanan," ujarnya.

Sianida itu dipesan Bripka AS dengan sistem cash on delivery (COD) atau pembayaran secara langsung. Panca mengatakan paket sianida itu tiba di UPT Samsat Pangururan pada 30 Januari 2023 dan diterima langsung oleh Bripka AS. Hal itu kata Panca berdasarkan hasil penyelidikan dan pemeriksaan terhadap kurir yang mengantarkan paket tersebut kepada Bripka AS.

Selain itu, Panca mengaku pihaknya juga telah memeriksa online shop serta toko tempat Bripka AS memesan sianida itu. Menurutnya, sianida yang ditemukan di lokasi penemuan jasad Bripka AS sama dengan paket yang dikirimkan oleh toko tersebut.

"Barang yang diserahkan cocok dengan barang bukti yang ditemukan di TKP, lengkap dengan bungkusannya," pungkasnya.

Baca selengkanya di halaman berikut...

2. Tewasnya Mahasiswa USU

Kasus tewasnya mahasiswi USU Mahira Dinabila (19) juga tak kalah menghebohkan. Mahira ditemukan tewas di dalam rumahnya, Komplek Rivera, Kota Medan pada Kamis (4/5) dengan kondisi tergeletak di dapur rumahnya. Kondisi rumahnya saat itu terkunci dan lampunya padam.

Ayah kandung Mahira bernama Pariono mengungkapkan ada beberapa hal janggal saat anaknya ditemukan tewas. Misalnya, soal geliat ayah tiri Mahira berinisal M yang tampak pucat dan tergesa-gesa meminta agar Mahira dimakamkan.

Kemudian, terkait surat wasiat yang tulisan dan bahasanya berbeda dengan tulisan dan bahasa yang digunakan Mahira. Selain itu, terkait dugaan awal Mahira bunuh diri karena meminum racun serangga hingga pernyataan-pernyataan M yang menurutnya mencurigakan. Sempat muncul desas desus bahwa kematian Mahira itu dipicu permasalahan warisan.

Pihak kepolisian pun terus menyelidiki kasus kematian Mahira itu. Setelah empat bulan melakukan serangkaian penyelidikan, pihak kepolisian memberikan penjelasan soal kematian itu. Hasilnya, Mahira tewas karena bunuh diri.

"Kami awali dengan olah TKP pada 4 Mei. Di TKP ada 14 item barang bukti yang selanjutnya diteliti secara ilmiah," kata Fathir saat konferensi pers di Mapolda Sumut, Selasa (19/9) malam.

"Salah satunya bukti ditemukan suatu barang yang diteliti adalah jenis sianida dengan nama jualnya potas," tambahnya.

Ahli forensik Mistar Ritonga yang juga ikut dalam konferensi pers tersebut menyampaikan kronologi proses penyelidikan yang dilakukan. Pada 12 Mei, ia mengaku dimintai untuk melakukan visum oleh Kapolsek Patumbak Kompol Faidir.

Mistar menyebutkan ada beberapa warna jaringan yang dicurigai seperti di areal kepala, leher yang agak menghitam, dan di tulang tengkorak jasad Mahira. Pihaknya pun mengambil sampel untuk pemeriksaan patologi anatomi. Dia menyimpulkan perkiraan lama kematian Mahira yakni sekitar 20 hari. Selain itu, ia mengungkapkan kematian korban tidak wajar.

"Penyebab kematiannya dari hasil autopsi dan pemeriksaan tambahan, kita mengambil kesimpulan karena mati lemas akibat masuknya atau terminumnya racun sianida," katanya.

Fathir melanjutkan, pihaknya turut memeriksa barang yang ditemukan di TKP, salah satunya paket ditujukan kepada Mahira. Kemudian, dari keterangan para saksi lainnya didapati bahwa Mahira yang langsung mengambil paket tersebut saat tiba di Medan.

Mantan Kapolsek Medan Baru ini mengungkapkan dari hasil penyelidikan dilakukan gelar perkara pada 14 September dengan kesimpulan Mahira meninggal karena bunuh diri.

"Kesimpulannya adalah Mahira meninggal karena bunuh diri," tutupnya.

Psikolog Irna Minauli menjelaskan sejumlah masalah yang menjadi motif Mahira mengakhiri hidupnya. Mahira disebut merasa tidak berdaya dan tidak punya harapan.

Irna telah melakukan autopsi psikologi dengan menggunakan metode dokumentasi terhadap catatan yang ada di dalam handphone Mahira serta hasil wawancara dari para saksi.

"Dari hasil analisis tersebut dicoba disimpulkan beberapa hal. Misalnya kalau dilihat dari tingkat intelijensi, maka almarhum Mahira kelihatannya seorang yang cukup cerdas," kata Irna saat mengikuti konferensi pers di Mapolda Sumut.

Irna menjelaskan Mahira memiliki kecerdasan akademis yang baik mulai kemampuan berbahasa Inggris dan sejumlah prestasi lain. Namun, dari segi sosial, Mahira kelihatannya agak menutup diri atau insecure sehingga cenderung menjaga jarak dengan lingkungan pertemanannya.

"Dia seperti kurang mendapat dukungan sosial dari lingkungannya. Secara hubungan personal terlihat ada permasalahan yang mungkin diakibatkan perbedaan perlakuan ketika bersama almarhum ibu angkatnya dengan keluarga barunya," ungkapnya.

Irna menuturkan secara spiritual Mahira sosok yang cukup religius. Sebab, Mahira beberapa kali memposting ayat suci Al-Qur'an, tapi Mahira kelihatan kebingungan. Misalnya ia mencari tahu apakah mereka yang mati bunuh diri itu kekal selamanya di neraka.

"Jadi, kelihatan bahwa pada dasarnya dia masih memiliki super ego yang cukup tinggi, tetapi karena tekanan yang besar dirasakan, memunculkan rasa tidak berdaya dan tidak punya harapan. Itu lah yang memicu (motif) dia untuk melakukan upaya mengakhiri hidup," sebutnya.

Faktor meninggalnya ibu angkat yang sangat dicintai Mahira, kata Irna, juga menjadi salah satu pemicu. Kemudian, hal ini yang menimbulkan adanya ide untuk bisa kembali dengan ibu angkatnya.

"Tahap berikutnya, sudah dilihat adanya persiapan dia mencoba mencari informasi metode bunuh diri. Kemudian, ia bertindak dan ini disertai dengan trigger atau pemicu. Dari catatan di notes Hp-nya, itu kelihatannya sudah cukup lama mengalami ketidakcocokan dengan ibu baru dan saudara barunya," ungkapnya.

"Secara finansial juga kelihatannya ada kekhawatiran apakah masih bisa melanjutkan pendidikan. Jadi, ada satu keinginan tapi ada seperti tidak yakin dengan kondisinya. Sehingga ia menganggap bunuh diri adalah satu jalan akhir yang bisa melepaskan dia dari permasalahan yang dia hadapi," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads