Keluarga Aldi Sahilatua Nababan (23), mahasiswa yang tewas di kamar kosnya di Kuta Selatan, Bali mengaku beberapa kali mengalami kesulitan untuk mengajukan autopsi jasad Aldi yang diduga korban pembunuhan. Namun pihak Polsek Kuta Selatan membantah.
Monalisa Nababan selaku kakak korban menceritakan Aldi dibawa ke RSU Sanglah usai ditemukan tewas di kamar kosnya di Jalan By Pass Ngurah Rai, Kecamatan Kuta Selatan, Sabtu (18/11/2023) pagi. Saat itu, menurutnya pihak kepolisian mempersulit proses autopsi adiknya tersebut.
"Tapi saat itu, mereka bilang kalau diautopsi kasihan, biayanya segini. Terus kalau didaftarkan hari Senin, belum tentu langsung dikerjakan, kita masih menunggu jadwal. Itu kata mereka, jadi tidak ada kepastian," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti dipersulit lah kami. Makanya, saya bilang ke keluarga di sana jenazah dikirim aja langsung ke Medan. Nah, setelah tiba di Medan baru lah kami minta langsung diautopsi," sambungnya.
Irwan Sihombing selaku paman korban pun mengaku kecewa karena tidak bisa melihat jenazah keponakannya yang diautopsi di RS Bhayangkara. Sebab, pihak rumah sakit tidak memperbolehkannya.
"Kami ingin autopsi itu bisa disaksikan, difoto, divideokan bagian mana yang dibedah. Tapi, dokter di sini tidak memperbolehkan. Bahkan ketika kami menawarkan dua dokter untuk mewakili keluarga, itu juga tidak diberikan. Pintu ditutup rapat agar kami tak bisa masuk. Alasannya, itu SOP rumah sakit ini," bebernya.
Kanit Reskrim Polsek Kuta Selatan, Iptu Nur Habib Auliya, yang turut hadir di RS Bbayangkara Medan, membantah tudingan keluarga yang menyebut pihaknya mempersulit proses autopsi tersebut.
"Tidak ada dipersulit," kata Nur singkat sembari berjalan menuju mobilnya untuk meninggalkan lokasi.
Ia pun enggan menjelaskan soal kematian Aldi. Nur beralasan masih menunggu keterangan dari Kapolres. "Saya nanti menunggu keterangan dari Kapolres," ujarnya.
(nkm/nkm)