Kepolisian berhasil menangkap lima pelaku penembakan mantan anggota DPRD Kabupaten Langkat, dari Partai Golkar, Paino (47). Golkar Sumut pun meminta para pelaku dihukum seberat-beratnya sesuai perannya masing-masing.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Golkar Sumut, Datok Ilhamsyah. Ia juga mengapresiasi langkah kepolisian dalam mengungkap kasus tersebut.
"Kami sangat apresiasi kerja kepolisian dalam mengungkap hal ini, setidaknya langkah itu tahu kondisi bagaimana sesungguhnya kejadian itu," kata Datok Ilhamsyah kepada detikSumut, Selasa (14/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan penangkapan pelaku tersebut, Ilhamsyah berharap peristiwa penembakan seperti itu tidak terulang kembali. Aksi tersebut, menurutnya, membuat daerah tersebut tidak kondusif.
"Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi hal yang sifatnya mungkin membuat daerah tersebut seperti tidak kondusif," ujarnya.
Kemudian Ilhamsyah meminta agar para pelaku dihukum seberat-beratnya sesuai dengan peran masing-masing. Hal itu guna memberikan rasa kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum.
"Seusai dengan peran serta dari para pelaku, ya diberikan hukuman seberat-beratnya. Apalagi ini bukan perkara kader Golkar saja, tapi bicara kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum," tutupnya.
Seperti diketahui, Paino ditembak di Desa Besilam Bukit Lembasa, Kecamatan Wampu, Langkat, pada Kamis (26/1) malam. Saat itu, korban baru saja pulang dari sebuah warung yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Kepolisian kemudian melakukan penyelidikan dan berhasil menangkap lima orang pelaku. Yakni LS alias Tosa (26), D (38), PS (43), MH alias Tio (27) dan SY alias Tato (27).
LS merupakan otak pelaku penembakan yang merenggut nyawa Paino. D (38) merupakan eksekutor, sedangkan PS, MH alias Tio dan SY alias Tato ikut serta untuk memantau situasi.
PS, MH dan SY diberikan upah oleh LS sebesar Rp 8 juta. Sedangkan D selaku eksekutor mendapatkan upah sedikit lebih besar, yakni Rp 10 juta.
Kapolda Sumut Irjen Panca Putra Simanjuntak menyebut penembakan itu direncanakan oleh LS selaku otak pembunuhan itu, karena kesal karena usahanya disaingi oleh korban.
"Motifnya ini berkaitan dengan usaha dari otak pelaku sebagai produsen pengumpulan kelapa sawit yang dibeli dari para petani. Kemudian merasa semakin tidak baik kondisi usahanya karena persaingan dan korban ini sebagai pesaingnya," ungkap Panca saat paparan di Mapolda Sumut, Senin (13/2/2023).
(nkm/nkm)