Delapan warga Mandailing Natal (Madina) dilaporkan keracunan gas dan sempat dilarikan ke rumah sakit. Polisi pun menyelidiki dugaan warga tersebut keracunan akibat pipa gas PT SMGP bocor..
"Masyarakat sudah normal dan pulang ke rumah masing-masing. Polisi tetap melakukan penyelidikan," kata Kapolres Madina AKBP Muhammad Reza Chairul Akbar Sidiq, Senin (19/9/2022).
Reza belum merinci secara detail penyelidikan yang telah dilakukan polisi. Akan tetapi, kata Reza, petugas telah meminta keterangan baik masyarakat maupun pihak perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada dari masyarakat dan perusahaan (yang dimintai keterangan)," sebut Reza.
Reza pun belum menyimpulkan peristiwa itu apakah kelalaian pihak perusahaan atau tidak. Dia menegaskan bahwa pihaknya masih melakukan pendalaman.
"Masih kami dalami," ujar Reza.
Diberitakan sebelumnya, PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) di Madina diduga mengalami kebocoran gas. Delapan orang dilaporkan keracunan karena menghirup gas hingga dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian itu terjadi pada Jumat (16/9) di Desa Sibanggor Julu, tepatnya di Wellpad Tenggo milik PT SMGP.
"(Kejadiannya terjadi) Jumat tanggal 16 September 2022 pukul 19.30 WIB di TKP Wellpad Tengho PT SMGP Desa Sibanggor Julu," kata Kapolres Madina AKBP Reza, Sabtu (17/9).
Sementara pihak PT SMGP mengklaim tak ada kebocoran gas yang terjadi. Head Corporate Communications PT SMGP, Yani Siskartika membenarkan pihaknya sedang melakukan aktivitas logging test di sumur tersebut. Logging (pencatatan) test itu dilakukan untuk mengukur tekanan dan temperatur.
"PT SMGP lakukan kegiatan logging test sumur T-11. Kegiatan logging sumur T-11 dilakukan untuk mengukur tekanan dan temperatur di sumur," kata Yani Siskartika dalam keterangan tertulis yang diterima detikSumut, Minggu (18/9/2022).
Yani mengklaim tidak ada kebocoran cairan selama kegiatan logging tersebut. Hal itu dia yakini karena kondisi saat itu sumur tertutup.
"Kondisi sumur tertutup, dan tidak ada aliran fluid (cairan) sama sekali yang keluar dari sumur sepanjang logging dilakukan," ujarnya.
Selama kegiatan logging di sumur T-11 tersebut berjalan normal sesuai dengan perencanaan. Namun, Yani menyebutkan aktivitas di sumur tersebut dihentikan setelah warga mengeluhkan mencium aroma telur busuk.
"Kegiatan operasional tersebut sejauh ini berjalan normal, namun dihentikan setelah ada laporan warga yang mengeluh mencium bau (telur busuk)," sebutnya.
Yani sendiri mengungkapkan bahwa dari hasil pengukuran dengan alat deteksi gas di sumur tersebut, tidak terdapat gas Hidrogen Sulfida (H2S). Hal itu diperkuat alarm pendeteksi paparan H2S tidak ada yang berbunyi atau aktif.
"PT SMGP juga memastikan bahwa kondisi pengukuran dari alat pendeteksi gas (fixed gas detector) menunjukkan tidak ada H2S atau nol, serta tidak ada satu pun alarm H2S yang aktif," ungkapnya.
(dhm/dpw)