Wanita asal Palembang, Sumatera Selatan, Soimah mengadukan soal anaknya yang tewas di Pesantren Gontor ke pengacara kondang Hotman Paris. Soimah mengadu dengan harapan agar mendapatkan bantuan dari Hotman untuk mengungkap kasus tewasnya anaknya itu.
"Anak saya meninggal di Pesantren Gontor 1 Pak, yang di Jawa Timur," ujar Soimah sambil menangis duduk di samping Hotman Paris di Palembang, Minggu (4/9/2022).
Anak soimah berinisial AM (17) merupakan salah satu santri di pesantren itu. AM disebut meninggal pada 22 Agustus 2022 yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soimah merasa janggal karena dirinya mendapatkan kabar soal anaknya meninggal pada pukul 10.00 WIB, padahal anaknya itu sudah meninggal sejak pukul 06.45 WIB. Artinya ada jarak tiga jam baru soimah diberi tahu soal kematian anaknya.
"Meninggalnya itu 22 Agustus kemarin, meninggal pukul 06.45 tapi kami baru dikabari pukul 10.00 WIB, awalnya mereka mau bicara sama ayahnya," katanya.
Soimah menduga anaknya tewas karena dianiaya. Dia belum berani lapor ke polisi karena merasa takut menghadapi Pesantren Gontor sebagai institusi yang besar.
"Meninggalnya karena dianiaya, saya belum berani melapor karena urusannya kan dengan lembaga besar, jadi saya mohon bapak bantu kami," ungkapSoimah sambil terus menangis.
Respons Hotman Paris
Mendapat aduan dari Soimah, Hotman pun membuat video yang berisi pesan ke Kapolda Jawa Timur.
"Halo Pak Kapolda Jawa Timur, di sini ada seorang ibu yang datang ke saya bertemu Hotman di Palembang, katanya anaknya meninggal di Gontor 1, diduga tindak kekerasan," kata Hotman sembari merekam video saat dia berada di Palembang.
Hotman kemudian meminta agar Kapolda Jatim untuk mengusut kasus meninggalnya anak dari Soimah.
"Mohon Pak Kapolda menyelidiki soal meninggalnya anak Bu Soimah ini, diduga ada penganiayaan," sambung Hotman.
Pesantren Gontor meminta maaf dan akui ada penganiayaan ke anak Soimah, baca selengkapnya di halaman berikut...
Simak Video 'Ibu di Palembang Ngadu ke Hotman Paris Anaknya Tewas di Ponpes Gontor':
Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, buka suara soal meninggalnya santri berinisial AM yang merupakan anak dari Soimah. Pihak Ponpes Gontor mengakui ada dugaan penganiayaan.
"Atas nama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, saya selaku juru bicara pondok, dengan ini menyampaikan beberapa hal terkait wafatnya Almarhum Ananda AM, santri Gontor asal Palembang, pada hari Senin pagi, 22 Agustus 2022," kata juru bicara Pondok Modern Darussalam Gontor, Noor Syahid, dalam keterangan tertulis, seperti dilansir dari detikNews, Senin (5/9).
Noor Syahid mengungkapkan beberapa hal terkait meninggalnya anak dari Soimah. Pertama pemintaan maaf pihak Gontor sekaligus berbelasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya almarhum AM, khususnya kepada orang tua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.
"Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," ujarnya.
Pihak Ponpes Gontor juga meminta maaf kepada orang tua dan keluarga almarhum jika dalam proses pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan terbuka.
"Sekali lagi, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya," tuturnya.
Berikut ini pernyataan lengkap Pondok Modern Darussalam Gontor terkait tewasnya santri berinisial AM:
"Permohonan maaf dan belasungkawa atas wafatnya santri ananda AM dari Palembang"
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Semoga rahmat, karunia dan ridho Allah SWT selalu tercurah kepada kita semua.
Atas nama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, saya selaku juru bicara pondok, dengan ini menyampaikan beberapa hal terkait wafatnya Almarhum Ananda AM, santri Gontor asal Palembang, pada hari Senin pagi, 22 Agustus 2022. Yaitu sebagai berikut:
Pertama, kami keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor dengan ini memohon maaf sekaligus berbelasungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya Almarhum Ananda AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.
Kami sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum. Dan sebagai pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu kita semua berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Kami juga meminta maaf kepada orangtua dan keluarga almarhum, jika dalam proses pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan terbuka. Sekali lagi, kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
Kedua, berdasarkan temuan tim pengasuhan santri, kami memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat. Menyikapi hal ini, kami langsung bertindak cepat dengan menindak/menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan tersebut.
Pada hari yang sama ketika almarhum wafat, kami juga langsung mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada santri yang diduga terlibat, yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari Pondok Modern Darussalam Gontor secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orang tua mereka masing-masing. Pada prinsipnya kami, Pondok Modern Darussalam Gontor, tidak mentoleransi segala aksi kekerasan di dalam lingkungan pesantren, apa pun bentuknya, termasuk dalam kasus almarhum AM ini.
Poin ketiga, kami juga siap untuk mengikuti segala bentuk upaya dalam rangka penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya Almarhum Ananda AM ini.
Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan, kami pihak Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus berusaha intens menjalin komunikasi dengan keluarga Almarhum Ananda AM untuk mendapatkan solusi-solusi terbaik dan untuk kemaslahatan bersama.
Demikian yang dapat kami sampaikan, sekali lagi, kami atas nama Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas terjadinya musibah ini. Semoga almarhum dirahmati oleh Allah, dan kita semua selalu mendapatkan ridho-Nya. Amin.