"Kita awalnya aksi kondusif mulai dari kampus, di tugu juang, Pertamina hingga ke kantor DPRD Asahan ini. Namun saat kita ingin melakukan aksi tanam diri (kubur diri) sebagai simbol matinya hati nurani pemerintah, kami dihalangi, " kata Syaiful Rangkuti Ketua HMI Cabang Kisaran kepada wartawan, Kamis (1/9/2022).
Saat Polisi mencegah terjadinya aksi mengubur diri itu, keributan semakin memanas saat mahasiswa melihat seorang pria berpakaian preman diduga membuang bendera HMI di tengah kericuhan itu sedang berlangsung.
"Bendera kami dibuang, itu bagi kami bentuk penghinaan besar terhadap HMI makanya kami marah hingga merangsek masuk sampai ke ruang paripurna sebagai luapan dari kekecewaan kami," kata Syaiful.
Sayangnya tak ada seorang pun anggota DPRD Asahan yang hadir saat mahasiswa menggelar aksi itu. Setelah situasi mulai terkendali, masa HMI kemudian berjalan kaki menuju Polres Asahan yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari gedung DPRD Asahan untuk meminta klarifikasi atas kejadian tersebut.
Di depan Polres Asahan, mahasiswa juga sempat memblokade jalan menyebabkan antrean kenderaan dari kedua arah terhenti. Khawatir aksi tersebut mengganggu fasilitas publik, Kapolres Asahan, AKBP Roman Smaradhana Elhaj membujuk masa agar masuk ke dalam kawasan Polres Asahan.
Roman sendiri yang memediasi para mahasiswa dan beberapa personelnya yang dituding HMI membuang bendera hingga melakukan intimidasi saat aksi berlangsung. Mediasi tersebut berlangsung sekitar 30 menit.
"Di tengah aksi yang dilakukan mahasiswa tadi ada kesalahpahaman dengan anggota yang mengamankan di lapangan. Intinya, setelah tadi duduk bersama semua langsung kita selesaikan saat itu juga, saya sampaikan tadi permohonan maaf ke mahasiswa," kata Roman saat dikonfirmasi wartawan.
(bpa/bpa)