Mengenal Suku Batak Toba: Sejarah, Tradisi, Rumah Adat, Pakaian Adat

Mengenal Suku Batak Toba: Sejarah, Tradisi, Rumah Adat, Pakaian Adat

Cory Patricia Siahaan - detikSumut
Minggu, 19 Mei 2024 03:00 WIB
Pakaian Adat Batak Toba
Foto: Pakaian Adat Batak Toba. (instagram.com/mahezaboutiqe)
Medan -

Suku Batak Toba adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Tapanuli bagian utara, Sumatera Utara. Daerah dominan etnis Batak Toba tersebar mencakup wilayah Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Selain itu, mereka juga tersebar luas di wilayah Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, Kota Sibolga, Kabupaten Asahan, dan Kota Medan. Suku ini menjadi memiliki populasi terbesar diantara suku-suku Batak lainnya.

Sejarah Batak Toba

Dalam buku Asal-Usul, Silsilah dan Tradisi Budaya Batak karya Pdt. Dr. Jonar Situmorang, MA, M.Th, sebagian masyarakat Batak meyakini bahwa suku Batak berakar dari Pusuk Buhit di wilayah Sianjur Mula-mula, sebelah barat Pangururan di tepi Danau Toba. Nama Sianjur Mula-mula diambil dari sebuah pemukiman (huta) di Lembah Sagala yang menjadi model bagi semua pemukiman di sekitar Toba.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Huta pertama itu bernama Sianjur, ditambah dengan predikat "mula-mula" karena menjadi pemula bagi semua huta berikutnya, lengkapnya disebut dalam silsilah Sianjur Mula-mula atau Sagala Limbong Mulana, atau Pusuk Buhit. Ketiga nama tersebut identik dalam tradisi, merujuk pada geografi yang dianggap sakral sebagai tempat doa dan bukit keramat tempat roh-roh leluhur (Sijolo-jolo Tubu atau Siraja Batak) bersemayam. Sebelum pengaruh modern, Dolok Pusuk Buhit adalah pusat spiritual bagi Toba, menjadi pusat upacara ritual penting.

Nenek moyang orang Batak dikenal sebagai Siraja Batak. Ia dianggap "turun" dari langit oleh Dewa(ta) Batara Guru, begitu juga permaisurinya yang berasal dari antara tujuh Putri Kahyangan. Suatu hari, ketujuh Putri Kahyangan mandi di telaga Pusuk Buhit, tempat Siraja Batak sering bertapa.

ADVERTISEMENT

Putri Bungsu tidak dapat terbang bersama kakak-kakaknya karena pakaiannya dicuri. Akhirnya, sang putri menyerah dan menjadi istri pencuri bajunya.

Kemudian mereka memiliki dua putra, Si Toga Datu atau Guru Tateabulan, dan Siraja Sumba atau Siraja Isumbaon. Kedua putra inilah yang menjadi leluhur orang Batak dan menggunakan marga di belakang namanya. Kedua putra ini memiliki keturunan yang membentuk suku Batak Toba.

Tradisi Batak Toba

Dikutip dari buku Tujuh Suku Di Sumatra Utara dari penerbit Jejak Publisher, Suku Batak Toba memiliki beragam tradisi atau adat istiadat, yaitu upacara pernikahan, upacara kematian, upacara lahiran anak.

A. Adat Istiadat Upacara Pernikahan

1. Marhusip

Marhusip adalah tradisi di mana seorang pria melamar seorang wanita untuk menjadi bagian dari keluarganya. Acara marhusip dihadiri oleh anggota keluarga terdekat dan utusan dari kelompok-kelompok marga.

Dalam marhusip, segala hal yang berkaitan dengan rencana pernikahan dibahas, terutama mengenai sinamot, pihak yang bertanggung jawab atas perencanaan acara, tanggal pernikahan, dan lokasi. Pembicaraan atau negosiasi antara utusan keluarga calon pengantin pria dan wanita dilakukan secara tertutup.

2. Marhata Sinamot

Marhata sinamot adalah serangkaian diskusi yang mencakup berbagai hal seperti jumlah sinamot yang akan diserahkan oleh pihak pria, jenis hewan yang akan disembelih, jumlah ulos, jumlah undangan yang akan disebarkan, serta lokasi pelaksanaan upacara pernikahan. Mas kawin yang diberikan oleh pihak pria biasanya berupa uang, jumlahnya telah ditetapkan melalui proses negosiasi sebelumnya.

3. Martumpol

Martumpol, meskipun sering disebut sebagai upacara pertunangan, sebenarnya merujuk pada momen di mana kedua calon pengantin menghadap pengurus jemaat Gereja untuk mengikat janji mereka untuk menikah di hadapan Tuhan.

4. Manjalo Pasu-Pasu Parbagason

Manjalo pasu-pasu parbagason adalah saat kedua pengantin menerima berkat pernikahan di gereja dari seorang pendeta. Setelah upacara tersebut, kedua keluarga menyelenggarakan tradisi adat Batak yang dihadiri oleh semua undangan dari kedua belah pihak.

5. Ulaon Unjuk (Pesta Adat)

Dalam upacara adat ini, doa-doa disampaikan untuk kedua pengantin sambil memberikan ulos. Jenis ulos yang diberikan termasuk Ulos Hela untuk pengantin dan Ulos Pansamot untuk orang tua pengantin pria.

B. Adat Istiadat Upacara Kematian

1. Saur Matua

Saur Matua adalah sebuah ritual adat yang dilakukan ketika seseorang yang meninggal dunia baik laki-laki maupun perempuan telah menikahkan semua anaknya dan memiliki cucu sampai tiga generasi setelahnya.

2. Sari Matua

Sari Matua merupakan sebuah upacara adat yang dilakukan sebagai penghormatan terakhir kepada seorang suami atau istri yang telah memiliki cucu dari anak-anaknya, atau sampai empat generasi setelahnya.

3. Mangokal Holi

Mangokal holi adalah tradis penggalian kembali makam untuk mengumpulkan sisa-sisa tulang belulang (holi-holi) kemudian ditempatkan dalam sebuah struktur monumen (Simin). Proses Mangokal holi dilakukan sebagai bagian dari serangkaian upacara adat, yang mencakup tahapan sebelum, saat, dan setelah penggalian serta pengumpulan tulang belulang. Tujuan dari Mangokal holi adalah untuk mempererat hubungan kekeluargaan di antara anggota keluarga atau marga.

C. Adat Istiadat Upacara Kehamilan atau Lahiran Anak

1. Mambosuri

Dalam tradisi Batak, khususnya suku Toba, keluarga mengungkapkan kegembiraan mereka melalui ungkapan syukur, memohon doa agar pasangan yang menanti kelahiran anak pertama saat usia kehamilan mencapai tujuh bulan, diberi kesehatan, rezeki, dan keselamatan. Pihak hulahula yang merupakan mertua lelaki, menyiapkan serta membawa makanan dan perlengkapan adat khas Batak ke rumah pasangan tersebut sebagai bagian dari perayaan mambosuri.

Rumah Adat Batak Toba

Dalam buku tersebut juga dijelaskan mengenai rumah adat Batak Toba. Rumah adat ini dikenal dengan sebutan Rumah Bolon atau Jabu Bolon. Awalnya berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para raja, namun kini rumah bolon menjadi simbol status sosial bagi pemiliknya dan juga digunakan sebagai tempat upacara adat serta penyimpanan barang dan hasil panen suku Batak Toba.

Rumah bolon merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu yang kuat, dengan bentuk segi empat dan tinggi mencapai 1,75 meter dari permukaan tanah. Fondasinya menggunakan batu sebagai penyangga, yang disebut batu ojahan, sementara atapnya terbuat dari daun rumbia yang menyerupai punggung kuda. Dinding rumah bolon terdiri dari bilah kayu yang dijalin dengan tali pengikat bernama retret, yang dibuat dari rotan dan dianyam menyerupai kepala cicak, yang melambangkan penjaga rumah tersebut.

Baju Adat Batak Toba

1. Ulos Sebagai Identitas

Salah satu ciri khas suku Batak Toba terletak pada busana tradisionalnya. Dilansir dari buku Etnokimia dari Penerbit Kanisius, orang Batak Toba menciptakan Ulos sebagai lambang identitas budaya mereka.

Ulos adalah sejenis kain tenun khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu, yang memiliki benang panjang di kedua ujungnya. Kain ini awalnya digunakan sebagai penutup tubuh dan sering dibuat oleh perempuan menggunakan kapas.

Nama "ulos" berasal dari bahasa asli, yang berarti "kain" atau "penutup", menggambarkan fungsinya untuk menutupi dan menghangatkan tubuh. Seiring berjalannya waktu, ulos menjadi penting dalam upacara adat suku Batak, dianggap sakral, dan bernilai tinggi karena melambangkan kasih sayang, restu, dan persatuan di antara anggota suku. Selain ulos, terdapat juga pakaian adat khusus untuk laki-laki dan perempuan dalam budaya Batak Toba.

2. Baju Adat Laki-laki

seperti yang dijelaskan dalam buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia karya R. Rizky & T. Wibisono, baju adat laki-laki terdiri dari ande-hande untuk pakaian bagian atas, singkot untuk pakaian bagian bawah, dan tall-tali, bulang-bulang, atau detar sebagai penutup kepala mereka.

3. Baju Adat Wanita

Wanita suku Batak Toba mengenakan baju haen yang mencapai sebatas dada, serta hoba-hoba untuk menutupi punggung. Jika berbentuk selendang, disebut ampe-ampe. Bagian bawah pakaian mereka disebut saeng dan penutup kepala wanita disebut sortali.

Dalam keseluruhan sejarah, tradisi, pakaian adat, dan rumah adat suku Batak Toba mencerminkan kekayaan budaya yang melekat pada masyarakatnya. Setiap elemen mengandung makna mendalam dan sejarah yang kaya.

Melalui warisan yang diwariskan dari generasi ke generasi, suku Batak Toba terus memperkaya dan memperkuat identitasnya yang unik. Dengan begitu, pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang adat dan budaya suku Batak Toba tidak hanya memperkaya khazanah budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan penghargaan terhadap warisan nenek moyang yang berharga ini.

Artikel ini ditulis Cory Patricia Siahaan, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads