Kisah Putri Andam Dewi dari Tapanuli Tengah Beserta Pesan Moralnya

Kisah Putri Andam Dewi dari Tapanuli Tengah Beserta Pesan Moralnya

Felicia Gisela br Sihite - detikSumut
Sabtu, 11 Nov 2023 04:00 WIB
Ilustrasi Putri Andam Dewi (Sumber: Buku Cerita Bergambar Dwi Bahasa Balai Bahasa Sumut/Ilustrator Yol Yulianto)
Foto: Ilustrasi Putri Andam Dewi (Sumber: Buku Cerita Bergambar Dwi Bahasa Balai Bahasa Sumut/Ilustrator Yol Yulianto)
Medan -

Sumatera Utara dikenal memiliki banyak warisan budaya bangsa berupa kisah maupun cerita rakyat menarik. Beragam kisah dan cerita rakyat tersebut memiliki pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran dalam dalam. Salah satunya kisah Putri Andam Dewi dari Tapanuli Tengah.

Nah, merujuk laman resmi Kemdikbud RI, berikut detikSumut rangkum kisah Putri Andam Dewi dari Tapanuli Tengah beserta pesan moralnya. Simak artikel ini sampai akhir, yuk, detikers!

Kisah Putri Andam Dewi

Konon lebih kurang seribu tahun lalu, Kota Lobutuo adalah kota yang jaya. Kota Lobutuo diperintah oleh raja yang arif bijaksana sehingga rakyatnya pun hidup aman sentosa. Raja itu bernama Tuanku Raja Muda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tuanku Raja memiliki seorang putri yang cantik jelita dan ramah, namanya Putri Andam Dewi. Inang pengasuh tuan putri terus menemani Putri Andam Dewi kemanapun dirinya pergi sepanjang hari.

Namun, peristiwa menyayat hati terjadi membuat Kota Lobutuo yang makmur dan damai terusik. Burung garuda berkepala tujuh dan mempunyai sayap sangat lebar menyerang Kerajaan Lobutuo dengan ganas.

ADVERTISEMENT

Siapa yang berani menyalakan api pasti dibunuh sehingga masyarakat sangat takut bahkan untuk sekadar memasak nasi. Masalah semakin berlarut-larut, ada yang mati dimangsa burung dan karena mati kelaparan.

Bentuk kepala burung garuda itu beraneka ragam, satu yang asli berbentuk kepala dan sisanya berbentuk parang, tombak, dan perisai. Kepala perisai dan parang melayang menghantam tubuh mangsa lalu kepala asli memakannya.

Tuanku Raja Muda yang merupakan penguasa Kerajaan Kota Lobutuo bahkan tak bisa lolos dari marabahaya itu. Beliau beserta pengawalnya tewas dimangsa burung garuda lalu makamnya pun diletakkan di Lobutuo.

Semua penduduk pun meninggalkan Lobutou sehingga negeri tersebut menjadi kosong. Namun, Putri Andam Dewi dan inang pengasuhnya tetap tinggal di Lobutuo bersembunyi di bawah belanga sepanjang hari.

Sementara itu, jauh di sebelah timur wilayah Sumatera Barat, ada sebuah negeri yang aman dan makmur. Negeri itu diperintah oleh seorang raja bernama Sutan Gambang Patuanan yang adalah kerabat Raja Lobutuo.

Sutan Gambang bermimpi melihat negeri Kota Lobutuo hancur berantakan sehingga dia pun berangkat bersama pasukannya ke sana. Saat mereka sampai, tak ada seorang pun yang ditemui mereka di negeri itu.

Namun, sebuah rumah yang bangunannya berbeda dengan bangunan rumah lainnya menarik perhatian sang Sutan Gambang. Dalam benaknya, ada penghuni yang tinggal di dalam rumah tersebut.

Nyatanya, saat Sutan Gambang mendekat dan memanggil si pemilik rumah, tak ada tanda-tanda bahwa rumah itu berpenghuni. Dia pun memutuskan untuk masuk dan akhirnya tak sengaja tertidur di sana.

Tak lama kemudian, pemuda itu menjadi terbangun ketika mendengar ada orang yang berbicara sambil berbisik. Kedua matanya pun menangkap seorang wanita muda berparas cantik yang anggun dan wanita sudah berumur.

Sutan Gambang langsung bersimpuh. "Ampun beribu kali ampun atas kelancangan saya memasuki rumah ini," ucap si pemuda sambil menunduk. Sang putri bertanya, "Siapakah gerangan engkau wahai pemuda?"

"Hamba seorang nahkoda kapal yang terdampar di perkampungan ini. Anak buah hampa menunggu di kapal di pinggir pantai. Kami bermaksud meminta bantuan tetapi tak ada seorang pun di sini," jawabnya menyembunyikan identitas.

"Izinkan hamba bertanya, apa gerangan yang terjadi di perkampungan ini sehingga tak seorang pun yang kelihatan sementara perumahan sangat banyak hamba temukan?" tanya pemuda tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya.

"Percuma kami beritahu, Engkau tak akan bisa menyelesaikan masalah yang sangat pelik ini. Semua warga bersembunyi karena sedang diintai seekor burung berkepala tujuh, kami menyebutnya burung garuda," jelas putri cantik itu.

"Kalau kalian percaya, biarkan hamba membantu menyelesaikan masalah ini," ucap Sutan Gambang. "Jangan sombong anak muda! Ayah kandung saya saja sudah menjadi korban keganasan garuda jahat," jawab Putri Andam Dewi.

"Jika hamba bisa, bagaimana kalau saya mempersunting Tuan Putri?" tanya Sutan Gambang tiba-tiba. "Saya setuju," jawab Putri Andam Dewi. Mendengar itu, dayang sang putri terkejut karena keputusan diambil terburu-buru.

Sutan Gambang mulai merencanakan sesuatu dengan menggali tujuh lubang di tempat paling tinggi di pemukiman tersebut selama satu bulan. Di ketujuh lubang, dia menyalakan api untuk menghasilkan asap yang banyak.

Setelah kepulan asap dibuat, pemuda itu mendengar burung raksasa mengeluarkan suara dan terbang menuju kepulan asap. Walau sempat gentar, dia berhasil memotong salah satu kepala burung hingga jatuh ke dalam lubang.

Sampai akhirnya semua kepala dan tubuh burung garuda jatuh ke dalam lubang. Berita tewasnya garuda pun tersebar ke segala penjuru sehingga warga langsung keluar dari tempat persembunyian mereka.

Sayangnya, Putri Andam Dewi mengingkari janji mereka dan lari ke persembunyiannya di dalam sebuah lubang pohon. Sutan Gambang menyumpahinya agar tak terlihat oleh manusia biasa dan tak akan tersentuh oleh kehidupan luar.

Halilintar sambar-menyambar membuat sang dayang menyesali perbuatan Putri Andam Dewi yang terkurung dalam persembunyiannya. Setelah beberapa lama, keluar bau busuk dari ketujuh lubang yang lalu dikenal dengan nama Aek Busuk.

Pesan Moral Kisah Putri Andam Dewi

  • Menolong orang lain

Menolong orang lain berarti memberi kemudahan kepada orang yang kesusahan. Sutan Gambang rela mengorbankan dirinya untuk menolong warga Kota Lobutuo supaya terbebas dari burung garuda.

  • Tidak mengingkari janji

Apabila sudah berjanji kepada orang lain, sebaiknya harus ditepati. Namun, Putri Andam Dewi justru mengingkari janji untuk menikahi Sutan Gambang sehingga dia pun terkurung dalam persembunyiannya.

  • Menjadi orang setia

Sikap setia adalah suatu ketulusan sebagai tanda rasa hormat terhadap sesama. Seperti halnya yang dilakukan inang pengasuh tuan putri. Meski Tuanku Raja Muda telah tiada, inang pengasuh tetap menemani Putri Andam Dewi.

Demikian kisah Putri Andam Dewi dari Tapanuli Tengah beserta pesan moralnya. Semoga menambah wawasan nusantaramu, ya, detikers!




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads