Mengenal Suku Simalungun: Filosofi, Sistem Kekerabatan, dan Sapaan

Mengenal Suku Simalungun: Filosofi, Sistem Kekerabatan, dan Sapaan

Aprilda Ariana Sianturi - detikSumut
Minggu, 08 Okt 2023 05:00 WIB
Jessica Mila
Foto: Instagram @jscmila
Simalungun -

Suku Simalungun adalah suku asli yang mendiami Kabupaten Simalungun. Dilansir dari laman resmi Kabupaten Simalungun, kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Toba di sebelah selatan dan Kabupaten Karo di sebelah barat.

Karena itu juga tidak heran jika suku Simalungun memiliki beberapa kesamaan dengan suku Batak Toba dan Karo. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat Simalungun memiliki filosofi yang menjadi dasar kehidupan mereka. Selain itu, mereka juga memiliki sistem kekerabatan yang mirip dengan suku Batak Toba dan Karo.

Apa filosofi dan sistem kekerabatan dalam suku Simalungun itu? Berikut detikSumut rangkum ulasannya untuk detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Filosofi Suku Simalungun

Berdasarkan buku yang berjudul Eufemisme Bahasa Simalungun karya Dr. Anita Purba, M.Hum, suku Simalungun memiliki filosofi 'Habonaron do Bona'. Habonaron berasal dari kata bonar yang berarti benar dalam pemikiran, etika, moral, norma, dan agama, sedangkan do artinya hanya, dan Bona artinya awal atau permulaan. Jika digabungkan, filosofi ini memiliki arti kebenaran adalah satu-satunya hal yang diutamakan.

Filosofi ini mendasari kehidupan masyarakat suku Simalungun dan dijadikan simbol dari pemerintah daerah mereka. Habonaron do Bona dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti perbuatan, pembicaraan, pemikiran, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

Sistem Kekerabatan dalam Suku Simalungun

Sistem kekerabatan yang mengatur posisi dalam adat istiadat dalam adat Simalungun dikenal dengan istilah Tolu Sahundulan. Konsep ini sama dengan Dalihan Natolu di suku Batak Toba dan Rakut Sitelu dalam suku Karo.

Tolu Sahundulan berarti ada tiga dalam satu sisi, yang pertama adalah Sanina/Sapanganonkon, yaitu kelompok satu marga dari sisi ayah atau suami, kedua yaitu Boru yang berarti kelompok keluarga menantu laki-laki, dan ketiga adalah Tondong yang berarti kelompok keluarga pemberi ibu atau istri.

Selain tiga unsur dalam Tolu Sahundulan, ada dua unsur lain di dalam istilah Lima Saodoran. Kedua unsur lain itu adalah Tondong ni Tondong yaitu kelompok tondong dari tondong terdahulu dan Anak boru Mintori yaitu kelompok boru dari boru terdahulu.

Sapaan dalam Suku Simalungun

Masyarakat suku Simalungun juga mengenal Partuturon, yaitu cara seseorang menyebut atau menyapa orang lain dalam menentukan hubungan di antara mereka.

Berikut Partuturon dalam masyarakat suku Simalungun:

  1. Amang/Bapa : Ayah
  2. Inang : Ibu
  3. Tulang : Saudara laki-laki ibu
  4. Nanturang : Istri Tulang
  5. Ompung : Kakek dan nenek
  6. Namboru : Saudara perempuan ayah
  7. Mangkela : Suami namboru
  8. Lawei : Sesama laki-laki, yaitu suami saudara perempuan (sebaliknya)
  9. Besan : Yang berlawanan jenis, yaitu seorang laki-laki menyapa istri ipar laki-lakinya atau seorang perempuan kepada suami ipar perempuannya
  10. Botou : Yang berlawanan jenis, yaitu laki-laki menyapa saudara perempuannya (sebaliknya)
  11. Gawei : Semua perempuan, yaitu istri botou atau saudara perempuan suami
  12. Ambia : Seorang laki-laki yang tua kepada laki-laki yang lebih muda
  13. Baya : Seorang perempuan yang tua kepada perempuan yang lebih muda
  14. Ham : Orang yang lebih tua/dihormati
  15. Ho : Orang yang lebih muda

Nah, itulah filosofi, sistem kekerabatan, dan sapaan dalam masyarakat suku Simalungun yang sudah detikSumut rangkum. Semoga bermanfaat ya detikers!

Artikel ini ditulis oleh Aprilda Ariana Sianturi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(astj/astj)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads