Maulid Nabi Muhammad 2023 jatuh pada tanggal 28 September 2023 berdasarkan isi SKB 3 Menteri perubahan terbaru. Peringatan tersebut umumnya dirayakan oleh seluruh masyarakat beragama Islam.
Berbagai acara kegiatan diadakan untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Tradisi Bungo Lado.
Berikut penjelasan terkait Tradisi Bungo Lado, dilansir dari "Tradisi 'Bungo Lado' Sebagai Representasi Budaya Islam di Kabupaten Padang Pariaman" oleh Andri Maijar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa itu Bungo Lado?
Peristiwa hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi) jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah. Umat Islam merayakannya sesuai dengan tradisi atau budaya daerah setempat, seperti halnya di Kabupaten Padang Pariaman.
Salah satu kebiasaan unik masyarakat Padang Pariaman merayakan Maulid Nabi adalah menggelar Tradisi Bungo Lado. Kebahagiaan digambarkan lewat kegiatan berbuat kebaikan (infak) mengumpulkan sejumlah uang untuk pembangunan sarana ibadah.
Bungo Lado sendiri dapat diartikan menjadi bunga cabai berupa pohon hias berdaunkan uang atau pohon uang. Uang yang dipasangkan pada ranting layaknya daun berasal dari sumbangan masyarakat dengan nominal Rp 1-100 ribu.
Masyarakat Padang Pariaman menganggap Tradisi Bungo Lado sebagai bentuk gotong royong masyarakat melakukan kegiatan kerohanian. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan ajaran Islam dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 148.
Dalam ayat itu, umat Islam diperintahkan untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. Persaingan yang terjadi bukan menjadi ajang pamer yang menjatuhkan kelompok lain tetapi memberikan yang terbaik pada tahun berikutnya.
Prosesi Tradisi Bungo Lado
Pelaksanaan tradisi Bungo Lado tidak hanya sekadar formalitas atau seremonial belaka melainkan momentum untuk memahami nilai dan makna di dalamnya. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan masyarakat Padang Pariaman dalam pelaksanaannya.
1. Pengumpulan Uang
Pengumpulan uang dikepalai oleh kapalo mudo (pemimpin dari pemuda setempat) beberapa hari sebelum kegiatan kerohanian. Biasanya sumbangan masyarakat dikumpulkan di warung, pos ronda dan tempat yang dilalui masyarakat korong.
2. Mandekor (Dekorasi)
Dekorasi ranting pohon dipimpin oleh kapalo mudo setiap korong setelah seluruh sumbangan masyarakat terkumpul. Semakin banyak sumbangan maka semakin besar pohon bungo lado yang akan dipajang di masjid tempat kegiatan kerohanian.
3. Maarak Bungo Lado
Setelah bungo lado selesai buat, selanjutnya kapalo mudo bersama masyarakat korong melakukan arak-arakan ke sekeliling kampung lalu meletakkannya di masjid. Tak hanya bungo lado tetapi juga diiringi jamba yang telah dimasak ibu-ibu di jorong.
Nah, itulah penjelasan tentang Bungo Lado, tradisi unik masyarakat Pariaman dalam merayakan Maulid Nabi. Semoga menambah pengetahuanmu, ya, detikers!
(dhm/dhm)