Mengenal 5 Rumah Adat Riau: Ciri-ciri Arsitektur dan Filosofinya

Mengenal 5 Rumah Adat Riau: Ciri-ciri Arsitektur dan Filosofinya

Bayu Ardi Isnanto - detikSumut
Selasa, 25 Jul 2023 19:47 WIB
Indonesia tersohor akan keragaman tradisi dan budaya. Salah satunya dapat dilihat di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, yang kental akan budaya Melayu.
Contoh interior rumah adat Melayu - Riau. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) memiliki kebudayaan yang beragam. Rumah adatnya pun beragam dan banyak terpengaruh budaya Melayu.

Pada umumnya, rumah adat Riau berbentuk rumah panggung, namun memiliki perbedaan bentuk atap hingga bagian-bagian dan fungsi rumahnya.

Dalam artikel ini akan kita ulas 5 macam rumah adat Riau beserta ciri-ciri arsitektur dan filosofinya. Simak terus, ya!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa Rumah Adat Riau dan Kepulauan Riau

Berdasarkan buku Mengenal Rumah Adat Nusantara (2011) oleh Mia Siti Aminah, rumah adat Provinsi Riau adalah Rumah Selaso Jatuh Kembar atau Balai Selaso Jatuh. Sedangkan rumah adat Kepri adalah Rumah Belah Bubung.

Meski demikian, Rumah Selaso Jatuh Kembar juga ditemukan di Kepri. Begitu pula Rumah Belah Bubung yang juga ditemukan di Riau.

ADVERTISEMENT

Selain itu, masih ada beberapa rumah adat lain, di antaranya adalah Rumah Lontik, Rumah Melayu Atap Limas Potong, dan Rumah Melayu Atap Lipat Kajang.

Rumah Selaso Jatuh Kembar

Rumah Selaso Jatuh Kembar juga disebut Balai Selaso Jatuh. Fungsi rumah adat ini adalah sebagai tempat bermusyawarah atau rapat secara adat. Rumah ini memiliki beberapa nama, seperti Balairung Sari, Balai Penobatan, Balai Kerapatan, dan sebagainya.

Rumah Selaso Jatuh Kembar mempunyai selasar keliling yang lantainya lebih rendah dibandingkan ruang tengah, oleh karenanya disebut Selaso Jatuh.

Bagian atapnya terdapat hiasan kayu yang mencuat ke atas dan bersilangan. Ornamen pada atap biasanya disebut selembayung atau sulo buyung yang bermakna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Tiang utamanya disebut tiang tuo. Letaknya di pintu masuk sebelah kiri dan kanan. Dua tiang ini tidak boleh disambung sebagai simbol penghormatan kepada orang tua.

Berikut ini susunan Rumah Selaso Jatuh Kembar:

1. Selasar

Selasar dibagi menjadi tiga. Pertama adalah selasar luar, yaitu serambi yang terpisah dari rumah induk, biasanya menjadi tempat bermain anak-anak, sebagai tempat tamu-tamu dan pemuda dalam upacara tertentu, seperti perkawinan dan kenduri.

Kedua adalah selasar jatuh, yaitu selasar yang bersambung dengan rumah induk. Fungsinya sebagai tempat menerima tamu, meletakkan alat pertanian atau nelayan.

Ketiga adalah selasar ke dalam, yaitu bagian yang menyatu dengan rumah induk, biasa digunakan untuk menerima tamu terhormat.

2. Rumah Induk

Rumah induk memiliki tiga ruangan tanpa sekat. Pertama adalah ruang muka yang berfungsi sebagai ruang tamu keluarga dan kamar tidur untuk tamu yang menginap.

Kedua adalah ruang tengah yang digunakan untuk menerima tamu orang-orang tua atau keluarga dekat.

Ketiga adalah ruang dalam yang biasa dipakai kaum ibu dan keluarga perempuan, tetapi bisa juga digunakan untuk ruang tidur anak-anak di bawah usia 7 tahun.

3. Talo

Talo merupakan ruangan penghubung rumah induk menuju dapur atau perapian. Biasanya digunakan nenek, kakek, mertua beristirahat jika tinggal di rumah itu, atau bisa juga digunakan untuk menyimpan alat pertanian.

4. Penanggah

Penanggah adalah dapur. Selain untuk tempat memasak, juga bisa untuk tempat makan keluarga.

5. Ruangan Bawah

Ruangan bawah dan rumah induk dipisahkan dinding dan bendul. Lantainya lebih rendah dibandingkan rumah induk. Bagian ini antara lain dipakai untuk tempat salat, tempat duduk tamu pada acara tertentu, atau tempat tidur.

6. Ruang Tengah

Ruang tengah biasanya digunakan untuk tempat tidur pemilik rumah. Dalam upacara perkawinan, bagian ini dipakai untuk tempat pelaminan.

7. Loteng

Loteng difungsikan untuk memingit anak gadis. Mereka biasanya membuat kerajinan tangan dan mengaji.

8. Palapuan

Palapuan juga disebut ruang belakang. Fungsinya sebagai tempat meletakkan barang-barang keperluan sehari-hari, memasak, menerima tamu dari kaum ibu, hingga tempat makan keluarga.

9. Kolong Rumah

Kolong rumah biasanya digunakan untuk menyimpan kayu bakar dan kandang ternak.

Rumah Belah Bubung

Rumah Belah Bubung juga disebut Rumah Rabung atau Rumah Bumbung Melayu. Rumah panggung ini lebih sederhana dibandingkan Selaso Jatuh Kembar.

Rumah adat Riau ini biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu selasar, rumah induk, dan penanggah.

Bentuk atapnya bisa berbeda-beda. Bentuk atap ini juga bisa menjadi nama rumah adat.

Jika bentuk atap agak mendatar maka disebut Rumah Lipat Kajang. Atap yang bertumpuk dan ditambah bahan lain maka disebut Rumah Atap Layar atau Ampar Labu.

Seperti rumah panggung lainnya, tiang menjadi bagian yang paling penting. Tinggi tiang pada rumah adat Belah Bubung sekitar 1,5 meter sampai 2,4 meter.

1. Selasar

Selasar pada Rumah Belah Bubung memiliki tiga bagian seperti Selaso Jatuh Kembar, yaitu selar luar, selasar jatuh, dan selasar dalam.

2. Rumah Induk

Rumah induk terbagi menjadi tiga bagian. Ruang muka digunakan untuk kegiatan ibu-ibu, seperti bercengkrama, mengasuh anak, atau sebagai tempat tidur keluarga.

Ruang tengah digunakan untuk anak laki-laki yang sudah berusia tujuh tahun. Sedangkan ruang dalam biasa digunakan orang dewasa atau orang tua.

3. Penanggah

Penanggah terdiri dari dua bagian, yaitu ruang telo dan dapur. Ruang telo digunakan untuk menyimpan alat pertanian atau nelayan. Dapur digunakan untuk memasak dan tempat makan keluarga.

Rumah Lontik

Dikutip dari buku Pendidikan Seni Rupa Estetik Sekolah Dasar (2020) oleh Arina Restian, Rumah Lontik juga disebut Rumah Kampar atau Rumah Lancang. Rumah Lontik diperkirakan terpengaruh budaya Minangkabau

Ciri khasnya adalah bentuk atap yang melengkung ke atas, agak runcing mirip tanduk kerbau.

Dindingnya dibuat miring keluar dengan hiasan kaki dinding seperti perahu atau lancang. Filosofinya adalah sebagai simbol penghormatan kepada Tuhan dan sesama.

Anak tangga pada rumah adat Riau ini biasanya berjumlah lima atau ganjil. Filosofinya adalah melambangkan angka yang penting dalam agama Islam, seperti rukun Islam dan waktu salat fardu.

Dilansir dari laman Kemdikbud, Rumah Lontik digunakan oleh suku Melayu di daerah Lima Koto, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, atau daerah Rantau Kuantan di Kabupaten Indragiri Hulu, dan sebagian dari daerah Rokan.

Susunan ruangan pada Rumah Lontik dibagi menjadi tiga sesuai ungkapan 'alam nan tigo', yaitu alam berkawan, alam bersanak, dan alam semalu.

Alam berkawan yaitu pergaulan antara sesama warga kampung, yaitu berada pada ruang muka yang digunakan bertegur sapa dengan tetangga.

Alam bersanak atau pergaulan antar kaum kerabat, yaitu berada pada ruang tengah. Alam semalu atau kehidupan pribadi dan rumah tangga, yaitu berada di ruang belakang.

Warna rumah ini biasanya didominasi warna hijau yang melambangkan kesuburan. Warna lainnya adalah kuning, merah, biru, putih, dan hitam.

Rumah Melayu Atap Limas Potong

Nama rumah adat Riau juga bisa berasal dari bentuk atapnya. Misalnya atap limas potong. Dilansir dari jurnal berjudul Elemen Arsitektural Atap Pada Rumah Tradisional Melayu oleh Bhara Marangga Ramadissa, dkk dari Universitas Trisakti, rumah adat Riau ini juga berbentuk rumah panggung.

Dinding rumah adat ini merupakan susunan papan berwarna coklat. Atapnya terbuat dari seng warna merah. Kusen pintu, jendela serta pilar anjungan bagian depan dicat minyak warna putih.

Ukuran rumah bisa berbeda-beda tergantung kemampuan pemiliknya. Begitu pula ragam hiasnya, akan semakin bermacam-macam jika pemiliknya orang kaya.

Rumah Melayu Atap Lipat Kajang

Rumah Melayu Atap Lipat Kajang adalah rumah adat yang atapnya berbentuk bumbung. Fungsi dari atap ini adalah agar dapat memudahkan aliran air hujan.

Atap lipat kajang dilengkapi ornamen selembayung sulo bayung dan tanduk buang, yaitu hiasan pada persilangan kedua ujung atap. Bentuk ornamen ini antara lain adalah tumbuhan, bunga, dan hewan.

Itulah tadi telah kita ketahui 5 rumah adat Riau, baik di Provinsi Riau maupun Kepulauan Riau. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki filosofi. Semoga bermanfaat.




(bai/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads