Orang-orang di suku Batak memiliki kepercayaan awal, sebelum sekarang ini menganut agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Islam dan agama lain di Indonesia. Kepercayaan yang kerap disebut agama pertama orang Batak ini disebut Ugamo Malim (kepercayaan Malim).
Dilansir dari laman Universitas Stekom, Ugamo Malim ini sering dikenal dengan Parmalim. Ugamo malim merupakan sebuah agama tradisional yang berasal dari masyarakat Batak.
Orang-orang yang percaya aliran Ugamo Malim disebut sebagai seorang Parmalim. Biasanya Parmalim tersebar di berbagai daerah Sumatera Utara, tepatnya di daerah Danau Toba seperti Samosir, Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, dan Simalungun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parmalim menyebar di daerah berpopulasi Batak lainnya seperti di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Dairi, dan Pakpak Bharat. Keyakinan Parmalim adalah mengakui satu Tuhan sebagai pencipta alam semesta, biasa disebut Mulajadi Nabolon (Sang Awal Penjadi Yang Agung).
Ugamo Malim merupakan sistem religi kuno yang berlanjut dari dulu dan dianut oleh masyarakat Batak jauh sebelum masuk agama Kristen Protestan, Islam dan Kristen Katolik. Sistem religi ini melekat pada nenek moyang orang Batak tanpa label "agama".
Makna Ugamo Malim dan Parmalim
Masyarakat Batak meyakini aspek religius erat maknanya sebagai tanda kehidupan dan anugerah Mulajadi Nabolon. Mereka bersyukur dan berserah diri kepada sang pencipta sebagai sumber kehidupan.
Dalam Ugamo Malim, terdapat berbagai ritual atau upacara persembahan kepada Mulajadi Nabolon. Mulai dari patik (persiapan perlengkapan), mang-ugamo-hon (persiapan ritual dan pelean) dan ugamo (penataan).
Parmalim sendiri adalah orang yang percaya serta menghayati agama Ugamo Malim. Nah, orang-orang yang ikut serta dalam persiapan pelaksanaan upacara ritual disebut "parugamo" atau "parugama".
Dalam bahasa Batak, terdapat istilah "punguan" yang artinya sekumpulan orang yang melakukan kegiatan dengan satu kepentingan dan tujuan. Begitu juga dalam agama Ugamo Malim, perkumpulan penganut disebut Punguan Parmalim.
Sejarah Ugamo Malim
Sejarah agama Ugamo Malim dimulai dari masa kepemimpinan Si Singamangaraja XII yang saat itu sedang banyak masalah sosial, ekonomi dan politik. Bahkan pengaruh agama dan budaya juga mengguncang.
Si Singamaraja XII pun berusaha menyelamatkan sistem religi Batak dengan mengembangkan ajarannya, diberi nama Ugamo Malim. Setelah Sisingamaraja XII tewas, amanat religi tersebut dilanjutkan Nasiakbagi.
Dimana ia diberi amanah mendirikan Bale Pasogit, Raja Mulia pun bernubuat melakukannya dengan meminta izin kepada pemerintah Belanda di Balige sekitar tahun 1913. Pemerintah Belanda pun menyelidikinya.
Pada Tahun 1921, Belanda akhirnya mengizinkan Raja Mulia membangun Bale Pasogit di Hutatknggi, Laguboti melalui surat per tanggal 25 Juni 1921. Setelah dibangun, upacara Ugamo Malim pun mulai dilaksanakan secara terbuka dan berkembang pesat.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya......
Sistem Ibadah Ugamo Malim
Uniknya, Parmalim selalu melaksanakan ritual atau ibadah yang rutin di setiap hari Sabtu, karena begitu ada istilah Marari Sabtu. Ibadahnya bermakna wujud rasa syukur, memuji, dan memuliakan Mulajadi Nabolon.
Selain Marari Sabtu, Ugamo Mulim juga melaksanakan agenda ibadah lainnya seperti "Pameleon Bolon", ibadah ritual dalam rangka syukuran kehidupan. Dilaksanakan pada bulan ke-lima (sipaha lima).
Terdapat juga ritual pengampunan dosa yakni "Mangan Napaet", ibadah yang dilakukan pada bulan ke-12 dengan tujuan memperingati lahirnya utusan Tuhan. Dirayakan di hari kedua dan ketiga bulan satu, sesuai dengan kalender Batak.
Perkembangan Pengikut Ugamo Malim Masa Kini
Mengenai perkembangannya, tentu tidak ada data pasti mengenai jumlah pengikut Ugamo Malim saat ini. Namun diketahui, pengikut aliran ini hampir semuanya berasal dan berdomisili di Provinsi Sumatra Utara.
Tepatnya, mayoritas pemeluk Parmalim di Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan data BPS tahun 2010-2015, pengikut Agama Parmalim tercatat hanya sekitar 300 jiwa orang.
Seiring berjalannya waktu, penganut Parmalim pun semakin terus berkurang. Dimana pada akhirnya pengikutnya semakin sedikit dan nyaris punah karena jarang tampak atau tidak melakukan penyebaran rohani lagi.
Nah, itulah penjelasan Agama Nenek Moyangnya orang Batak dulunya yakni Ugamo Malim. Dimana pengikutnya disebut Parmalim. Semoga bermanfaat ya!
Artikel ini ditulis oleh Michael Ogest, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video: Viral Anggota DPRD Sumut Dugem Berujung Dicopot dari Jabatan"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)