- Apa itu Tradisi Tatung dalam Cap Go Meh? Dalam bahasa Hakka, Tatung merupakan orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Pemanggilan itu dilakukan dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu.
- Sejarah Tradisi Tatung dalam Cap Go Meh Tradisi Tatung yang dirayakan saat Cap Go Meh bermula dari kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara 4 abad silam.
- Syarat menjadi Tatung dalam merayakan Cap Go Meh
15 hari setelah Tahun Baru Imlek, masyarakat etnis Tionghoa akan merayakan Cap Go Meh. Secara harafiah, istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien yang diartikan sebagai 15 malam atau 15 hari setelah Tahun Baru Imlek.
Pada tahun ini, perayaan Cap Go Meh jatuh pada 5 Februari 2023. Hal itu dihitung setelah perayaan Imlek yang diperingati tanggal 22 Januari dan kemudian dilakukan perhitungan 15 hari setelah perayaan Imlek.
Biasanya, dalam merayakan Cap Go Meh, masyarakat etnis Tionghoa akan melakukan berbagai kegiatan yang sangat meriah. detikSumut menemukan salah satu tradisi unik yang diadakan setiap Cap Go Meh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi itu selalu ada saat merayakan Cap Go Meh. Namanya adalah tradisi Tatung yang diadakan di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Apa itu tradisi Tatung? Berikut informasi selengkapnya!
Apa itu Tradisi Tatung dalam Cap Go Meh?
Tradisi Tatung atau yang juga sering disebut Pawai Tatung adalah satu tradisi menusuk badan yang ada di Kota Singkawang. Tradisi ini digelar saat merayakan Festival Cap Go Meh hari ke-15 setelah tahun baru Imlek.
Dalam bahasa Hakka, Tatung merupakan orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Pemanggilan itu dilakukan dengan menggunakan mantra dan mudra tertentu.
Banyak yang mengatakan, Tradisi Tatung dianggap ekstrim. Adapun faktor yang menjadi ucapan itu karena tradisi ini mempertontonkan atraksi menusuk-nusuk badan dengan benda tajam. Atraksi ini nantinya dilakukan oleh Tatung, sebutan bagi orang yang menusuk-nusukkan benda tajam ke tubuhnya.
Dalam merayakan Cap Go Meh, tradisi Tatung menjadi salah satu daya tarik yang dinantikan masyarakat Singkawang, Kalimantan Barat. Saat tradisi itu dimulai, para tatung berada dalam kondisi yang tak sadarkan diri dengan mengenakan pakaian khas Tionghoa.
Atraksi itu nantinya akan menampilkan kesaktian dengan menggunakan benda tajam yang dihantam ke tubuh para tatung. Beberapa momen seperti tusuk-menusuk benda tajam ke pipi dan badan para tatung adalah hal yang biasa saat perayaan tersebut dilakukan. Selain itu para tatung kerap melakukan jalan-jalan Kota Seribu Kelenteng.
Sejarah Tradisi Tatung dalam Cap Go Meh
Tradisi Tatung yang dirayakan saat Cap Go Meh bermula dari kedatangan etnis Tionghoa di Nusantara 4 abad silam.
Berdasarkan buku "70 Tradisi Unik Suku Bangsa Indonesia" Masuknya tradisi tersebut dimulai dari banyak suku di Kalimantan, khususnya suku Khek atau Hakka.
Penguasa Singkawang waktu itu, Sultan Sambas memperkerjakan masyarakat pendatang dari China di pertambangan emas di Monterado. Para pendatang itu menetap bertahun-tahun di perkampungan di Kalimantan Barat.
Dalam suatu masa, masyarakat setempat terjangkit wabah penyakit. Banyak yang meyakini petaka itu dikarenakan roh jahat. Akibatnya minim pengobatan modern, masyarakat Tionghoa pendatang itu kemudian mengadakan ritual tolak bala.
Ritual itu dalam bahasa Hakka disebut sebagai Ta Ciau. Ta Ciau ini yang kelak menjadi cikal bakal tradisi Tatung di Singkawang. Saat merayakan Cap Go Meh, tradisi Tatung berfungsi sebagai ritual pencucian jalan agar bersih dari segala roh jahat yang mendatang sial di seluruh kota. Inilah yang menyebabkan mengapa para tatung melakukan aksi berkeliling saat merayakan tradisi tatung.
Syarat menjadi Tatung dalam merayakan Cap Go Meh
Pada dasarnya, tradisi ini tetap memperhatikan kelayakan yang ketat detikers. Setiap tatung yang ditunjuk wajib mendapatkan izin dari lurah berupa surat pernyataan.
Dengan surat itu, tatung yang ingin ikut tradisi akan mendaftarkan diri ke sekretariat Tao. Setelah itu, tatung baru boleh mendaftar dalam Festival Cap Go Meh.
Tanpa adanya surat itu, status tatung akan dianggap ilegal dan tidak akan mendapatkan bantuan dana apapun. Perlu detikers tahu, dalam tradisi tatung tersebut merupakan bagian dari Festival Cap Go Meh yang pada dasarnya juga untuk menghibur wisatawan.
Selain itu, adanya seleksi membuat atraksi para tatung tergolong tidak sadis. Banyak pengalaman ditemukan para tatung melakukan aksi memakan hewan seperti anjing, ayam secara hidup-hidup.
Adanya seleksi itu bisa meyakinkan banyak orang bahwa tatung yang tampil tidak akan dirasuki roh liar saat merayakan Cap Go Meh.
Baca berita menarik lainnya di Google News.
(dpw/dpw)