Tradisi Markusip, PDKT Ala Etnis Mandailing dan Angkola Zaman Dulu

Tradisi Markusip, PDKT Ala Etnis Mandailing dan Angkola Zaman Dulu

Nizar A - detikSumut
Minggu, 16 Okt 2022 19:15 WIB
Sederet prosesi adat Mandailing di pernikahan Kahiyang Ayu-Bobby Nasution berlangsung hari ini. Setelah Manyantan Gondang dan Gordang Sambilan, para tetua adat menari tortor atau marnortor.
Ilustrasi acara adat mandailing. Foto: Grandyos Zafna
Medan -

Etnis Mandailing dan Angkola merupakan salah satu etnis asli yang bermukim di daerah Tapanuli bagian Selatan, Sumatera Utara. Etnis ini memiliki tradisi Markusip (berbisik), semacam konsep pendekatan muda-mudi di dua etnis ini. Pada dasarnya tradisi markusip lazim ditemukan di seluruh sub etnis masyarakat batak. di Batak Toba, tradisi ini dikenal dengan marhusip.

Belum diketahui siapa yang pertama kali menciptakan tradisi ini, sehingga dianggap menjadi milik bersama kedua etnis tersebut.

"Markusip merupakan sebuah tradisi lama yang telah menyebar dan dari generasi berikutnya secara lisan dengan bentuk yang relatif tetap. Tidak ada yang mengetahui siapa orang pertama yang menciptakannya hingga dianggap sebagai milik bersama oleh masyarakat Mandailing dan Angkola," demikian tertulis di website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan yang dilansir detikSumut, Minggu (16/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Markusip merupakan tradisi yang cukup unik, sebab hanya dapat dilakukan di malam hari dengan diam-diam dan rahasia. Biasanya markusip ini dilakukan jika di kampung tersebut ada pesta atau kegiatan masyarakat malam hari ini.

Si laki-laki akan mendatangi rumah si perempuan secara diam-diam, mereka akan markusip (berbisik) dari dinding rumah si perempuan. Pasangan kekasih tersebut biasanya memiliki kode sehingga tahu bahwa pujaan hatinya lah yang datang di balik dinding rumah.

ADVERTISEMENT

Rumah masayarakat Mandailing dan Angkola dulu masih terbuat dari anyaman bambu maupun papan dan merupakan rumah panggung. Sehingga celah di dinding menjadi tempat favorit untuk mengobrol dengan berbisik dan kolong rumah juga menjadi salah satu pilihan.

Masyarakat dua etnis ini sangat kental dengan adat istiadat dan norma-norma sosial. Sehingga dalam penerapan tradisi markusip tersebut, harus dengan seizin dari para pemuka adat setempat.

Setelah mendapat izin, baru lah si laki-laki menuju rumah sang dambaan hati. Markusip (berbisik) dilakukan agar pembicaraan keduanya tidak ketahuan atau pun mengganggu penghuni rumah lainnya.

Saat ini tradisi Markusip ini sudah mulai punah di kedua etnis ini. Banyak faktor yang mempengaruhi hilangnya tradisi Markusip di tengah-tengah masyarakat tersebut. Tapi tradisi Markusip tetap melegenda dan jadi topik pembicaraan yang hangat untuk dibahas.




(bpa/bpa)


Hide Ads