Guru Patimpus, Orang Karo Pendiri Kota Medan

Guru Patimpus, Orang Karo Pendiri Kota Medan

Datuk Haris Maulana - detikSumut
Rabu, 06 Apr 2022 11:33 WIB
Istana Maimun jadi salah satu ikon Kota Medan
Foto: detikIstana Maimun, Bukti Berjayanya Medan Pada Masa Lampau
Medan -

Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Awal berdiri Kota Medan bukanlah kawasan yang luas. Bahkan sebagian besar wilayah administrasi Kota Medan dulunya merupakan kawasan Deli Serdang. Seiring perkembangan waktu, Kota Medan kawasan metropolitan, serta salah satu kota terbesar di Indonesia.

Pembangun sejumlah fasilitas publik membuat Kota Medan sebagai salah satu kota megah di Nusantara ini. Namun, dibalik megahnya Kota Medan saat ini, ada sosok pendiri yang kian redup diketahui oleh masyarakat. Sang pendiri itu adalah Guru Patimpus. Berikut cerita singkatnya:

Sejarawan Kota Medan, Azis Rizky Lubis mengulas sedikit kisah Guru Patimpus. Azis menyebut Guru Patimpus berasal dari Karo dan bermarga Sembiring. "Guru Patimpus ini adalah sosok yang turun dari wilayah pegunungan Karo, ada yang bilang dari Ajijahe, ada yang bilang dari berbagai tempat di wilayah Karo tapi yang pasti dia memang berasal dari sana. Kemudian, pada saat itu beliau turun ke wilayah-wilayah yang ada di Medan," kata Azis.

Setelah dia turun ke wilayah Medan. Dia mulanya mendatangi beberapa wilayah seperti ke Kota Bangun, wilayah Sunggal dan sebagainya. Kemudian dia menikah dengan salah satu putri dari empat kedatukan yang ada di wilayah Deli.

Guru Patimpus menikah dengan anak dari Datuk Hamparan Perak yang memiliki wilayah kekuasaan di Pulo Brayan. Kemudian diberikan wilayah dan membuka perkampungan di antara Sungai Babura dan Sungai Deli. Kampung itu disebut dengan Kampung Madan atau Medan Putri.

Nah wilayah itu adalah wilayah yang ada di Hamparan Perak, tepatnya itu di sekitar kantor Wali Kota, kemudian gedung DPR sampai nanti ke wilayah arah mau ke Glugur.

"Awalnya kampungnya hanya sebesar itu, kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke wilayah Kota Bangun di hilir Sungai Lau Petani atau Sungai Deli sekarang. Beliau disitu bertemu dengan Datuk Kota Bangun yang terkenal atau yang dianggap sakti," ujar Azis.
Azis pun mengatakan bahwa sosok Guru Patimpus adalah seorang tabib. Nah, dari situlah awal mula nama Medan muncul.

"Guru Patimpus ini sendiri sebenarnya seorang tabib. Jadi, tabib itu kan seperti orang yang mampu menyembuhkan penyakit, itu sebabnya banyak versi bahwa Medan tersebut juga asal katanya dari Madan. Jadi Madan itu kalau kita lihat dalam kosakata bahasa Karo artinya sembuh," ujar Azis.

"Nah siapa yang disembuhkan oleh Guru Patimpus ini yang disembuhkannya adalah salah satu anak dari empat datuk ini. Di antara empat itu, ada anaknya yang sakit. Kemudian dia datang, kedatangannya dengan niat untuk menyembuhkan dan ternyata sembuh," tambah Azis.

Azis mengatakan Guru Patimpus adalah sosok sentral yang sangat berkaitan dengan perkembangan atau munculnya perkampungan di Medan. Meskipun, pada saat itu sudah ada datuk-datuk yang lain. "Jadi meskipun di situ sudah ada wilayah tetapi untuk wilayah yang sekarang kita sebut pusat kota itu Guru Patimpus yang bangun," ujar Azis.

Azis mengatakan Kota Medan ini berkisar pada tahun 1590. Kala itu, etnis yang dominan berada di Kota Medan adalah Karo dan Melayu. "Kalau dalam versinya itu kan dia kita ambil saja dari ulang tahun Kota Medan, tahunnya 1590. Pada umumnya sih ketika itu kan di Medan hanya masyarakat etnis karo dan melayu. Itu etnis inti pada saat itu, kemudian datang ke wilayah itu lalu seiring waktu, muncullah masyarakat lain dari berbagai etnis ke wilayah- wilayah tersebut," ujar Azis.

"Kemudian buka lagi kampung misalnya di Kesawan, meskipun saat itu tidak ramai. Maka sampai di masa Belanda saja, di awal-awal kedatangan Belanda itu sekitar tahun 1800 an, wilayah Kesawan itu katanya kalau melewati ke sana harus bawa kambing. Minimal dua atau tiga ekor karena masih banyak harimaunya. Kambing itu tumbal, jika ada harimau, kambing itu dilepaskan. Kampung yang lebih ramai adalah kampung yang dibangun oleh Guru Patimpus," ujar Azis.

Setelah perkembangan zaman, wilayah itu karena menjadi pusatnya. Wilayah itu merupakan titik tengah Kota Medan. "Saya kira pembangunan desa yang dibangun oleh Guru Patimpus tersebut wajar saja jika itu dijadikan titik tengah. Dan sekarang lebih jadi maju, karena itu tadi, kalau kita tarik itu memang titik tengahnya," sebut Azis.

Seiring jalannya waktu, sejarah Guru Patimpus kian redup dikalangan milenial. Azis berharap Guru Patimpus ini tidak hanya dijadikan sebagai patung monumen. Pemerintah Kota Medan harus lebih peduli lagi dengan tokoh-tokoh pendiri kota ini sendiri.

"Ya harapan saya bahwa Guru Patimpus ini tidak hanya dijadikan sebagai patung monumen, patung yang monumental karena kita tahu bahwa ada patung Guru Patimpus, apalah arti sebuah patung meskipun memang patung tersebut sebagai salah satu simbol atau penanda untuk mengingat beliau," sebut Azis.

"Lebih peduli lagi lah Pemko Medan, terutama pada tokoh-tokoh yang berkaitan dengan Kota Medan dan pendiri kota itu sendiri," pungkas Azis.




(dhm/bpa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads