AS Patok Tarif Impor 32%, Bagaimana Dampak untuk Perekonomian di Sumut?

AS Patok Tarif Impor 32%, Bagaimana Dampak untuk Perekonomian di Sumut?

Kartika Sari - detikSumut
Sabtu, 05 Apr 2025 13:40 WIB
US President Donald Trump delivers remarks on reciprocal tariffs as US Secretary of Commerce Howard Lutnick holds a chart during an event in the Rose Garden entitled Make America Wealthy Again at the White House in Washington, DC, on April 2, 2025. Trump geared up to unveil sweeping new Liberation Day tariffs in a move that threatens to ignite a devastating global trade war. Key US trading partners including the European Union and Britain said they were preparing their responses to Trumps escalation, as nervous markets fell in Europe and America. (Photo by Brendan SMIALOWSKI / AFP)
Foto: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Medan -

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif impor AS dari Indonesia sebesar 32%. Tarif terbaru ini diprediksi akan berdampak dengan produk ekspor dari Indonesia khususnya Sumatera Utara.

Seberapa penting Amerika Serikat dalam pangsa ekspor asal Sumut?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut periode Januari 2025, Amerika Serikat menjadi sasaran prioritas Sumut untuk ekspor yang berada di peringkat 2 setelah Tiongkok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nilai ekspor ke AS tercatat mencapai USD 128,81 juta, selisih tipis dibanding ekspor ke Tiongkok sebesar USD 136,6 juta.

"Selama Januari 2025 negara Tiongkok, Amerika Serikat, dan India merupakan pangsa ekspor terbesar Sumatera Utara, masing-masing sebesar USD 136,60 juta, USD 128,81 juta dan USD 63,06 juta dengan kontribusi ketiganya mencapai 35,73 persen," ungkap Kepala BPS Sumut Asim Saputra, Senin (3/3/2025) lalu.

ADVERTISEMENT

"Amerika Serikat menguasai 14,01% pangsa ekspor di Sumut," lanjutnya.

Selain itu, BPS juga mencatat bahwa AS menjadi negara penyumbang surplus perdagangan terbesar untuk Sumut senilai USD 94,06 juta.

Lantas, bagaimana nasib ekspor Sumut ke AS setelah penetapan tarif impor baru?

Ekonom Sumut Gunawan Benjamin menilai kenaikan tarif impor AS berpeluang menekan kinerja ekspor Sumut ke hampir semua negara tujuan ekspor Sumut.

"Jelas ekonomi Sumut terancam dengan kenaikan tarif impor AS tersebut. Sumut kian sulit untuk mencapai target pertumbuhan 5% ditahun ini. Bahkan Sumut akan alami kesulitan untuk merealisasikan pertumbuhan 4,6% hingga 4,8% di tahun 2025," ungkap Gunawan, Sabtu (5/4).

"Sumut menghadapi tantangan ekonomi yang rumit setelah lebaran ini. Kuncinya memang ada di harga komoditas Sumut khususnya harga sawit," lanjutnya.

Lebih lanjut, keseimbangan harga komoditas dunia setelah kenaikan tarif oleh AS dapat menjadi patokan. Namun, ia juga mengaku cukup pesimis dengan pemulihan harga komoditas di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini.

"Kita akan melihat bagaimana nantinya titik keseimbangan harga komoditas dunia setelah kenaikan tarif oleh AS. Walaupun sejauh ini saya pesimis bahwa harga komoditas akan alami pemulihan ditengah ancaman resesi atau perlambatan ekonomi. Situasi ekonomi dunia akan memburuk setelah kebijakan kenaikan tarif efektif dilakukan oleh AS," tuturnya.

Bagaimana dampaknya ke masyarakat?

Gunawan menyebut intervensi pemerintah untuk menjaga daya beli lewat bansos efeknya akan menurun jika harga komoditas Sumut alami penurunan. Terlebih jika inflasi alami kenaikan seiring terjadinya perang dagang yang tengah berlangsung saat ini.

"Untuk mensiasatinya, pemerintah diproyeksikan akan terfokus pada bantuan sosial guna meredam dampak kenaikan tarif yang akan menekan daya beli masyarakat," kata Gunawan.

Gunawan juga menyebutkan ada beberapa solusi yang harus segera dilakukan pemerintah untuk dapat menekan dampak kenaikan tarif ini.

"Pemerintah provinsi Sumut sebaiknya didorong untuk lebih cepat merealisasikan pembangunan dengan penyerapanan APBD yang lebih cepat. Pemprovsu harus mencari jalan cepat untuk mengatasi potensi defisit APBD yang dipicu oleh memburuknya penyerapan pajak serta melemahnya kinerja industri di wilayah Sumut," kata Gunawan.

"Fokus pada kebijakan jangka pendek untuk meredam dampak kenaikan tarif," pungkasnya.




(mjy/mjy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads