Penjual LPG 3 kilogram di kios-kios tidak resmi di Aceh mulai kesulitan mendapatkan pasokan dalam dua bulan terakhir. Sebagian pedagang beralih menjajakan gas nonsubsidi. Pemerintah saat ini semakin memperketat penyaluran elpiji lewat subsidi tepat.
detikSumut menelusuri kios-kios yang biasa menjual LPG 3 kilogram di Aceh Besar dan Banda Aceh. Kios yang menyediakan LPG subsidi sangat mudah diketahui karena di depannya ditaruh tabung kosong sebagai penanda.
Bila ada pembeli, baru pedagang mengambil tabung terisi elpiji yang biasa di simpan di dalam. Namun belakangan, tabung kosong berwarna hijau mulai jarang terlihat di depan sejumlah kios.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gas lagi kosong," kata seorang penjual di Aceh Besar, Rita, Selasa (29/10/2024).
Dia mengaku mulai kesulitan mendapatkan pasokan LPG untuk dijual di kiosnya. Rita enggan buka suara asal muasal elpiji tersebut. Ketika dijual, pedagang mencopot plastik berwarna yang dipakai ditutup tabung.
Beda warna plastik, beda daerah asal LPG. Untuk Banda Aceh misalnya, menggunakan plastik berwarna biru tua, Aceh besar warna merah tua, dan Kabupaten Pidie berwarna hijau muda. Perbedaan warna plastik itu bertujuan untuk memudahkan pengawasan dan mencegah penyimpangan.
Selama kesulitan mendapatkan pasokan, beberapa pemilik kios di perbatasan Aceh Besar dan Banda Aceh bahkan sempat mencari gas melon hingga ke wilayah Pidie. Bila ada barangnya, harga jual di kios naik menjadi Rp 38 ribu hingga Rp 40 ribu per tabung.
Biasanya LPG dijual berkisar Rp 34 ribu hingga Rp 36 ribu per tabung. 'Kelangkaan' elpiji di kios-kios tidak resmi mulai dirasakan Jamal, warga Kota Banda Aceh. Dia biasanya membeli gas di kios untuk mencukupi kebutuhannya berjualan martabak.
Jamal mendapatkan jatah elpiji dari pangkalan sebagai pelaku UMKM. Namun LPG yang didapatnya terkadang tidak cukup sehingga harus mencari ke penjual tidak resmi.
"Di kios sudah sebulan lebih gak ada gas. Sekarang saya jualan beralih ke LPG 5,5 kilogram," jelas Jamal.
Dia mengaku akan tetap membeli LPG 3 kilogram di kios tidak resmi meski harganya mahal. Meski demikian, jatah LPG yang didapatnya untuk kebutuhan rumah tangga selalu mencukupi.
Baca selengkapnya di halaman berikut...
"Untuk usaha sekarang tidak cukup gas, tapi untuk rumah tangga tidak ada masalah," ujarnya.
Sales Area Manager (SAM) Aceh Pertamina Patra Niaga, Surya Suganda menyebutkan, kesulitan yang dialami pedagang tidak resmi akibat pencatatan digital yang diterapkan Pertamina sejak 1 Juni lalu. Pencatatan yang dilakukan pangkalan beralih dari logbook manual ke logbook digital lewat aplikasi berbasis website Merchant Apps Pangkalan (MAP).
"Itu merupakan hal positif dari pencatatan digital, jadi kita mengetahui konsumen LPG 3 Kg. Selain itu, pencatatan digital dapat meminimalisir praktik-praktik penyalahgunaan LPG 3 Kg. Pada dasarnya rantai distribusi resmi LPG Subsidi 3 Kg dari agen melalui sub penyalur atau pangkalan resmi," kata Surya saat dimintai konfirmasi detikSumut.
Saat ini, jumlah sub penyalur atau pangkalan di Aceh sebanyak 8.086 pangkalan dengan rincian Banda Aceh 209 pangkalan serta Aceh Besar 950 pangkalan. Penyaluran LPG perhari rata-rata di Tanah Rencong disebut 323 metrik ton (MT).
Kuota LPG yang diperoleh Aceh tahun ini 116.529 MT namun yang sudah disalurkan hingga 20 Oktober 102.524 MT. "Realisasi YTD (Year To Date) 2024 adalah 105%," jelas Surya.
Secara aturan, LPG 3 kilogram diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan terdaftar. Elpiji itu hanya boleh dibeli oleh rumah tangga, usaha mikro, nelayan sasaran, dan petani sasaran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, jumlah penduduk miskin di Aceh pada Maret 2024 sebanyak 804,53 ribu orang (14,23 persen).
Selama aturan pencatatan digitalisasi diterapkan, jumlah warga Aceh yang tercatat pada pembelian melalui MAP mulai Januari hingga September sebanyak 1.037.857 NIK. Menurut Surya, pelaku UMKM merupakan konsumen yang diakomodir dalam pembelian LPG subsidi 3 Kg.
Pencatatan secara digital disebut dilakukan dalam rangka subsidi tepat sehingga subsidi pemerintah jelas pengguna atau yang menikmatinya. Pemerintahan tahun ini mengucurkan Rp 87,5 triliun untuk subsidi LPG 3 dengan kuota 8,03 metrik ton.
Dalam sidak diketahui tidak ada penyelewengan yang dilakukan pangkalan. Tim gabungan juga menyambangi usaha laundry hingga warung kopi.
"Apabila kita temukan pelanggaran yang dilakukan pangkalan kita akan memberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku," jelasnya.
Pengelola pangkalan LPG 3 Kg di Banda Aceh milik PT Biyukaraya Sejahtera, Azis, mengaku tidak mengetahui asal-usul elpiji yang dijual di kios-kios. Menurutnya, LPG tersebut bisa jadi dibawa dari luar Aceh.
Dia menjelaskan, pihak pangkalan selama ini menjual LPG hanya kepada pengguna yang terdaftar di MAP. Masyarakat yang hendak membeli gas diwajibkan membawa KTP kemudian petugas memasukkan NIK ke aplikasi tersebut.
"NIK kita masukkan ke MAP sebagai bukti dia telah mengambil LPG subsidi. Setelah datanya masuk, dia masuk sebagai penerima subsidi," kata Azis saat dimintai konfirmasi terpisah.
Bagi Azis penggunaan MAP memudahkan pihak pangkalan dalam menyalurkan LPG ke masyarakat. Pihak pangkalan juga tidak perlu lagi mencetak logbook secara manual.
"Inovasi Pertamina tentang MAP ini memudahkan kita di pangkalan. Kalau dulu pakai logbook pembagian LPG lebih lama karena harus diparaf dulu, tapi sekarang menjadi lebih cepat," ujarnya.
Baik Azis maupun Surya mengajak masyarakat membeli LPG di pangkalan atau penyalur resmi karena harganya sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Rp 18 ribu. Untuk kios yang bukan pengecer resmi disebut berpeluang menjadi sub penyalur resmi selama di daerah itu masih dimungkinkan penambahan pangkalan dengan mengikuti aturan yang berlaku.
"Dengan membeli LPG 3 kilogram di pangkalan resmi maka harga akan mengikuti HET dan kualitas terjaga," jelas Surya.
Simak Video "Video: Bahlil Sebut Harga LPG 3 Kg di Masyarakat Harusnya Rp 15-16 Ribu"
[Gambas:Video 20detik]
(afb/afb)