Hari sudah sore, Juli masih terlihat sibuk dengan mesin jahitnya. Dia tengah menyelesaikan orderan tas dari salah satu sekolah penerbangan di Medan.
Meski pesanannya tak banyak, ibu tiga anak itu serius mengerjakan orderan dari sekolah penerbangan yang sudah jadi langganan sejak beberapa tahun lalu.
"Ini lagi ngerjai pesanan sekolah, nggak banyak paling 30 tas. Saya sambil kerja nggak apa ya," kata Juli saat menerima kedatangan detikcom di kediamannya, Jalan Menteng VII Komplek PIK Blok B No 7, Medan, Rabu (13/3/2024).
Produk hasil tangan Juli dilirik sejumlah pemerintah daerah yang ada di dalam maupun luar Sumatera Utara. Sudah 20 tahun Juli menjalani bisnis konveksi tas atau tepatnya sejak 2004 bersama sang suami.
Dua tahun terakhir, semua dijalaninya sendiri. Tanggung jawab sebagai kepala keluarga dipikulnya setelah sang suami terlebih dahulu menghadap Allah SWT.
Juli tak mau terus berlarut dengan kesedihan. Usahanya tetap harus berjalan untuk menghidupi tiga anaknya. "Bapak meninggal tahun 2022 karena sakit gula. Sejak saat itu saya yang ambil alih, anak pertama yang laki-laki ikut bantu, dia gantikan posisi bapaknya," tuturnya.
Mulanya Juli dan suami tak punya keahlian menjahit karena dia dulu seorang Sales Promotion Girl (SPG). Sedangkan almarhum suami mekanik di bengkel.
Keahlian menjahit diperoleh Juli dari almarhum paman yang juga penjahit tas. Pamannya itu juga yang pertama kali mengajaknya terjun ke dunia konveksi pembuatan tas.
"Mulai dari 2004 (usaha), pertama paman tukang jahit tas, kerja tempat orang, dia ngajak saya, saya keponakannya. Dia sudah mengajak istrinya, tapi nggak mau waktu itu," ungkapnya.
Ajakaan untuk membuka usaha konveksi tas diterima Juli ketika baru menikah. Karena itu Juli kemudian berkonsultasi dengan suaminya.
"Di tempat kerjanya (paman) diperlakukan kurang baik oleh bosnya, jadi nggak nyaman makanya mau kerja sendiri, punya niat buka usaha dan saya diajak. Saya dulu kerja di swalayan, SPG, suami dulu juga mekanik, kami sama-sama tak pandai cuma belajar pelan-pelan," ungkapnya.
Kini tas buatan tangan Juli dan suami banyak dipesan oleh instansi pemerintah untuk dijadikan goodie bag sebuah acara. Pernah dia menerima pesanan hingga 1.000 tas dalam satu bulan.
"Kalau orderan ada saja alhamdulillah, khususnya dari 2004 sampai 2019 sebelum pandemi. Ada satu ketika satu bulan kami produksi 1.000 tas per bulan, kami dibantu tiga tukang jahit untuk menyelesaikan orderan itu," jelasnya.
Ketika pandemi Covid-19 datang, pesanan untuk memproduksi tas pun berhenti total. Pasca pandemi berakhir perlahan pesanan datang meski tidak seperti sebelumnya.
Walaupun tidak banyak, Juli patut bersyukur masih mendapatkan pesanan. Sebab, dia harus membiayai kehidupan tiga anaknya, terkhusus anak kedua dan ketiga yang masuk duduk di bangku sekolah.
"Kalau anak yang besar itu bantu-bantu kerja juga, kadang nyablon. Jahit kalau ada pesanan juga bisa," tuturnya.
Bukan hanya menerima pesanan membuat tas, dia juga menerima untuk reparasi atau perbaikan.
"Kalau ada yang mau perbaiki tas, anak yang kerjakan," ungkapnya.
Dengan dibantu Dinas Koperasi dan UMKM Medan, usaha Juli dibantu untuk dibuatkan izin usaha. Dengan begitu dia bisa masuk ke e-katalog.
"Jadi kalau orang dinas mau pesan masuk dari e-katalog. Pesanan dari daerah juga ada Nias, Humbang Hasundutan, paling jauh Aceh. Biasanya masuk orderan ngikuti kegiatan APBD," katanya.
Di awal-awal membuka usaha Juli mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI. Uang itu digunakannya untuk menambah modal.
"Mulai dari Rp 5 juta sampai Rp 25 juta dulu minjamnya. Tapi sekarang udah nggak ada pinjaman lagi karena memang orderan tak sebanyak dulu. Khususnya waktu Covid-19," tuturnya.
Bobby Dukung UMKM Naik Kelas. Baca Halaman Berikutnya...
Simak Video "Jadi Pahlawan UMKM, BRI Sabet Penghargaan Anugerah Ekonomi Hijau"
(astj/astj)