Sumatera Utara mengalami inflasi 0,45 persen per November 2023. Inflasi itu terjadi karena harga cabai yang semakin 'pedas.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Nurul Hasanudin, mengatakan Kota Gunung Sitoli mengalami inflasi tertinggi di Sumut mencapai 0,69 persen. Di posisi kedua Kota Medan dengan inflasi sebesar 0,49 persen.
"Pada bulan November 2023 ini, kita tercatat inflasi sebesar 0,45 persen," ujarnya di Medan Jumat (1/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, kata dia, inflasi Pematang Siantar 0,37 persen, Padang Sidimpuan 0,01 persen. Sementara itu, hanya Sibolga yang mengalami deflasi sebesar 0,19 persen.
Walaupun Kota Sibolga mengalami deflasi per November 2023, namun inflasi Sibolga secara YoY (tahunan) ini sudah melampaui empat persen.
"Nah, Sibolga perlu mendapat perhatian karena range-nya sudah di atas empat persen, tepatnya 4,19 persen," katanya.
Hasan menyebutkan bahwa Inflasi ini masih didorong dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai 1,09 persen.
Lebih rinci, BPS merilis data komoditi yang menjadi penyumbang terbesar inflasi di Sumut. Di antaranya ada cabai merah sebesar 0,31 persen, cabai rawit 0,10 persen, bawang merah 0,05 persen, gula pasir dan emas perhiasan 0,04 persen, angkutan udara 0,03 persen, dan beras sebesar 0,02 persen.
"Level harga cabai merah ini berada pada level harga Rp 49 ribu per kg. Itu terjadi inflasi lebih dari 50 persen apabila dibanding pada bulan sebelumnya. Inflasi cabai merah ini cukup 'pedas'," jelasnya.
Hasan pun merincikan harga cabai merah tertinggi berada di Gunungsitoli yang mencapai 0,86 persen, Sibolga 0,65 persen, Pematang Siantar 0,40 persen, Medan 0,28 persen, dan Padang Sidimpuan 0,24 persen.
"Tak hanya di Sumut, tapi secara nasional ini cabai merah menjadi komoditi yang seasonal atau musiman yang cukup berat ya untuk kita mengendalikan harga cabai merah," ucap Hasan.
(astj/astj)