Sumatera Utara mengalami deflasi 0,07 persen per Agustus 2023, lebih tinggi dibanding nasional sebesar 0,02 persen.
"Besaran deflasi 0,07 persen ini memang polanya dalam tiga tahun terakhir, di bulan Agustus ini selalu terjadi deflasi. Kita lihat di 2022 terjadi deflasi 0,37 persen," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Nurul Hasanudin, Jumat (1/9/2023).
Hasan menyebutkan, faktor pendorong deflasi yang cukup dalam berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terkontraksi 0,12 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita lihat di kelompok ini (makanan, minuman, dan tembakau) ada daging ayam ras, ikan, bawang merah, juga angkutan udara yang memang terjadi deflasi cukup dominan," ujarnya.
Lebih rinci, daging ayam ras menyumbang deflasi sebesar 0,13 persen, ikan dencis 0,09 persen, bawang merah 0,06 persen, ikan tongkol 0,05 persen, dan angkutan udara 0,04 persen.
Berdasarkan data dari Disperindag Sumut, harga daging ayam anjlok pada Agustus lalu. Bahkan hingga akhir Agustus 2023, harga daging ayam masih berada di bawah Harga Acuan Penjualan (HAP) yang harusnya seharga Rp 36 ribu per kg, namun harga di pasaran sekitar Rp 29 ribu-Rp 30 ribu per kg.
Apabila dibandingkan dengan Juli 2023 lalu, harga daging ayam ras turun sebesar 8,9 persen seharga Rp 33 ribuan per kg.
Hasan juga memaparkan, Kota Padang Sidimpuan mengalami deflasi terdalam di Sumut sebesar 0,13 persen, Pematang Siantar deflasi 0,11 persen, dan Medan deflasi 0,06 persen. Sementara itu, Sibolga dan Gunung Sitoli sama-sama mengalami inflasi 0,13 persen.
"Meski begitu, satu hal yang cukup baik, inflasi Year on Year masih terkendali," pungkasnya.
(nkm/nkm)