Agregasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan I 2023 menurun atau mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen. Minimnya belanja APBN dan APBD menjadi pemicu utama.
"Selain iklim dan cuaca, ternyata ada terkait dengan belanja APBN maupun APBD yang tidak sekuat triwulan IV 2022. Artinya jika dibandingkan triwulan IV, ekonomi Sumut kontraksi 0,45 persen," ungkap Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin, Jumat (5/5/2023).
Hal ini dikuatkan dengan data BPS Sumut dilihat dari lapangan usaha, yaitu kategori administrasi pemerintahan mengalami tekanan cukup dalam dengan kontraksi 4,99 persen, diikuti konstruksi dengan kontraksi 1,64 persen secara triwulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara tahunan, ternyata kelompok belanja administrasi juga mengalami laju pertumbuhan yang paling lambat 0,67 persen, sementara itu kategori transportasi dan perdagangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 15,64 persen.
BPS juga mencatatkan bahwa pengeluaran pemerintah juga mengalami kontraksi paling dalam sebesar 11,05 persen. Artinya pada triwulan I ini, konsumsi pemerintah termasuk minim.
Walau mengalami kontraksi, ternyata laju perekonomian di Sumut berada di urutan ketiga tertinggi di Sumatera pada triwulan I 2023 ini.
Tercatat pertumbuhan ekonomi Sumut berada di bawah Lampung yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 0,79 persen dan Sumatera Selatan kontraksi 0,11 persen.
"Pertumbuhan ekonomi di Sumut tertinggi ketiga setelah Lampung dan Sumsel. Semuanya kontraksi kecuali lampung yang mengalami pertumbuhannya positif 0,79 persen," tuturnya.
Pada triwulan 1 2023 ini, Sumut mencatat Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp 251,95 triliun, naik dibanding triwulan IV 2022 sebesar Rp 250,14 triliun.
(dpw/dpw)