Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Sumut mengalami deflasi 0,18 persen. Gunungsitoli menjadi kota dengan deflasi terdalam mencapai 0,42 persen.
Kota Medan juga deflasi 0,20 persen, Pematang Siantar deflasi 0,25 persen, Padang Sidimpuan deflasi 0,04 persen. Sementara itu, hanya Sibolga yang mengalami inflasi sebesar 0,27 persen.
"Sumut terjadi deflasi 0,18 persen karena terkait dengan komoditas makanan, minuman dan tembakau yang terjadi deflasi 1,01 persen," ungkap Kepala BPS Sumut Nurul Hasanudin, Selasa (2/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurul juga memaparkan ada beberapa produk dari komoditas makanan yang mendorong deflasi seperti cabai merah sebesar 0,19 persen, tomat 0,10 persen, ikan tongkol 0,06 persen, bawang merah 0,04 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,04 persen.
"Komoditas yang memberikan deflasi cukup tinggi itu ada cabai merah dengan deflasi 0,19 persen. Ada beberapa periode tahun yang lalu di Mei-Juni sangat tinggi sebagai early warning yaitu komoditas cabai merah, nah ini cabai merah sedang turun karena seasonal produk, ini harus kita jaga agar kemudian ketika sedang langka jangan sampai cabai merah memberikan andil yang melejit di luar perkiraan kita," jelas Nurul.
Ekonom Sumut Gunawan Benjamin menilai bahwa deflasi selama Ramadan menjadi suatu hal yang tidak biasa.
"Di mana biasanya selalu terjadi kenaikan harga sejumlah kebutuhan masyarakat, namun yang terjadi malah sebaliknya. Pengamatan yang saya lakukan selama ini menunjukkan bahwa ada gangguan daya beli masyarakat Sumut. Sehingga harga sejumlah kebutuhan masyarakat di wilayah ini cenderung bergerak turun, meskipun ada momen lebaran yang kerap menjadi motor penggerak konsumsi dan pemicu kenaikan harga," kata Gunawan.
Tak hanya itu, Gunawan menilai deflasi pada bulan April 2023 ini terjadi karena konsumsi rumah tangga mengalami tekanan dengan penurunan harga komoditas.
"Kita perlu untuk memikirkan bagaimana meminimalisir dampak dari perlambatan ekonomi yang sudah terlihat. Kalau selama ini kita kerap mengandalkan belanja masyarakat yang menyumbang sekitar 50 persen dari pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran. Maka dibutuhkan upaya ekstra untuk mempertahankan belanja masyarakat agar sumbangsihnya terhadap ekonomi Sumut tetap terjaga," ucapnya.
(dpw/dpw)