Tradisi beli baju lebaran sudah sangat melekat pada masyarakat Indonesia. Tradisi berburu baju lebaran ini tidak hanya dilakukan untuk membeli pakaian baru, namun juga dilakukan untuk memburu pakaian bekas impor atau dikenal dengan istilah thrifting.
Meski pemerintah telah melarang impor pakaian bekas tak membuat para penggemar thrifting patah semangat berburu pakaian bekas bermerek itu. Bagi penggemar thrifting berburu pakaian bekas memiliki keseruan tersendiri dan bisa menghemat pengeluaran saat lebaran Idul Fitri.
Ariyandi (28) mengaku mulai menyukai trifting sejak 4 tahun lalu yakni sejak 2018. Ia mengaku berburu pakaian bekas impor untuk digunakan pada lebaran awalnya merupakan cara dirinya berhemat keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun 2019 itu waktu keuangan cukup sulit saat mau lebaran. Nah waktu itu ikut sama teman thrifting. Rupanya bisa menghemat keuangan waktu itu. Saat itu dua bulan sebelum puasa posisinya lagi nggak ada kerjaan," kata Ari sapaan akrab Ariyandi di Pasar Seken Taras, Batam, Minggu (16/4/2023).
Ari menyebutkan dirinya berburu pakaian bekas yang dilakukan hingga saat ini bukannya dirinya tak mampu membeli pakaian baru. Ia mengatakan trifting sudah menjadi hobi dan olahraga.
"Kalau cari pakaian yang bagus ya harus sabar. Itung-itung sebagai olahraga, karena satu pasar ini kita kelilingi. Jadi udah kayak jalan santai tapi mata tetap waspada melihat pakaian yang bagus," ujarnya.
Selama momen Ramadan ini Ari menuturkan bahwa di akhir pekan dirinya biasa menghabiskan waktu ngabuburit di berbagai pasar seken yang ada di Batam. Sebelum hari ini mengunjungi Pasar Seken Taras pada Minggu lalu dirinya berkeliling di kawasan pasar Jodoh.
"Kalau rezekinya bagus bisa dapat barang-barang vintage bermerk yang sekarang sangat langka di pasaran. Kan lumayan bisa buat lebaran," ujarnya.
Ari mengatakan bahwa dirinya dapat menghabiskan Rp 200-500 ribu kala berbelanja di pasar pakaian bekas dengan membawa banyak pakaian. Sedangkan jika membeli baru dengan modal yang sama hanya dapat satu dua helai pakaian.
"Kalau beli baru paling saru baju satu celana dengan uang segitu. Kalau di sini bisa 4-6 pakaian, tergantung kelihaian menawar," ujarnya.
Untuk kebersihan pakaian yang dibelinya, Ari mengungkap dirinya tidak terlalu khawatir. Ia mengaku sudah memiliki bekal informasi tips-tips mencuci baju bekas.
"Kalau untuk membersihkan pakaian yang dibeli itu kan banyak tips dan trik di internet. Tinggal baca saja," ujarnya.
Enrik salah satu pedagang pakaian bekas di Pasar Seken Taras mengaku jelang momentum Idulfitri inj penjualan biasanya mulai mengalami peningkatan. Namun hingga H-7 penjualan pakaian bekas miliknya belum terlalu terlihat mengalami peningkatan
"Biasanya sudah mulai ramai orang belanja. Sekarang ini ada tapi tidak terlalu banyak seperti tahun lalu," kata Enrik.
Enrik berharap pelarangan impor pakaian bekas yang dikeluarkan pemerintah itu tidak terimbas dengan penjualannya di tahun ini.
"Mudah-mudahan pelarangan pemerintah itu tak pengaruh dengan jualan kami. Ya mudah-mudahan ada solusi dari pemerintah untuk kami yang berjualan pakaian bekas inj,"ujarnya.
(afb/afb)