Resesi Global Hantui Ekonomi Sumut, Ketahanan Pangan Harus Dijaga

Resesi Global Hantui Ekonomi Sumut, Ketahanan Pangan Harus Dijaga

Kartika Sari - detikSumut
Sabtu, 24 Sep 2022 07:29 WIB
Peninjauan Harga Pangan di Kediri
Ilustrasi peninjauan harga pangan. Istimewa
Medan -

Bank Indonesia telah menaikkan besaran bunga acuannya sebanyak 50 basis poin. Langkah ini terpaksa diambil untuk meredam laju tekanan inflasi yang belakangan ini mengalami kenaikan cukup tajam.

"Pada dasarnya ekonomi global tengah bergejolak, dengan potensi lebih suram jika seandainya perang masih terus berkecamuk nantinya. Kita tidak bisa menghindar dari gejolak ekonomi tersebut. Dan faktanya bunga perbankan yang naik jelas akan memberikan tekanan pada dunia usaha, karena biaya modal mengalami kenaikan," ungkap Gunawan Benjamin, Jumat (23/9/2022).

Diungkapkan Gunawan, saat ini harga CPO dunia mengalami tekanan cukup signifikan. Harga CPO saat ini berada dikisaran 3.840 ringgit per ton. Padahal di bulan mei 2022 harga CPO sempat menyentuh 7000 ringgit per tonnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang menjadi pemicu penurunannya adalah ancaman resesi di negara tujuan ekspor CPO Sumut seperti AS dan Eropa. Ditambah lagi melambatnya pertumbuhan ekonomi di China. Data menunjukkan selama bulan Mei saat kebijakan DMO minyak kelapa sawit diterapkan, pertumbuhan ekonoi Sumut di kuartal kedua terpangkas hingga ke 4,3 persen. Padahal saya memperkirakan pertumbuhan ekonomi SUMUT bisa terdongkrak 7 persen di kuartal tersebut," ujarnya.

Lanjutnya, Gunawan mengatakan penurunan kinerja ekspor di Sumut mencapai 50 persen di Bulan Mei. Sementara itu, saat ini harga CPO terpangkas 50 persen dibandingkan dengan harga tertinggi di bulan Mei.

ADVERTISEMENT

"Jadi ancaman resesi global tengah menghantui ekonomi Sumut sejauh ini. Disisi lain, suku bunga acuan juga sudah dinaikkan, ini membuat dunia usaha dimanapun khususnya di Sumut akan terbebani dengan biaya modal yang kian tinggi," kata Gunawan.

Terkait hal ini, Gunawan berharap pemerintah untuk bergerak cepat mengandalkan APBN dan APBD untuk bisa terserap secepat mungkin.

"Kita berharap banyak pada pemerintah pusat maupun daerah untuk terus berupaya agar semua proyek yang mengandalkan APBN dan APBD bisa diserap secepat mungkin. Rancangan pembangunan kedepan harus berorientasi pada menjaga ketahanan pangan dibandingkan infrastruktur, dan harus ada alokasi kebijakan bantalan sosial yang lebih besar untuk menjaga daya beli masyarakat," kata Gunawan.

Sementara itu, Sumatera Utara yang memiliki komoditas Sawit sangat bergantung terutama untuk pengiriman ekspor ke negara lain.

"Terlebih ekonomi Sumut mengandalkan sawit yang sangat bergantung kepada ekspor di Negara lain. Skala prioritas ada di ketahanan pangan dan daya beli masyarakat. Karena suka tidak suka, siap tidak siap, ancaman resesi global yang terjadi saat ini akan datang ke wilayah Sumut. Kita tidak bisa menghindarinya, yang kita bisa lakukan adalah bersiap dengan segala kemungkinan terburuk yang akan datang," pungkasnya.




(bpa/bpa)


Hide Ads