Ahli Ekonomi asal Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menjelaskan soal potensi bisnis ekspor cicak sebanyak 330 Kg yang dilakukan dari Padang, Sumatera Barat, ke Hong Kong. Menurutnya, ekspor cicak itu merupakan bisnis yang menjanjikan.
"Kalau mengacu pada harganya yang berkisar Rp 220 ribu per Kg, ini tentu sangat menjanjikan," kata Gunawan kepada detikSumut, Rabu (8/6/2022).
"Masyarakat Indonesia juga punya kemampuan dalam mengembangbiakkan cicak jenis tertentu. Jadi potensi untuk mendongkrak kinerja ekspor cicak itu cukup besar," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehingga, kata Gunawan, pengepul atau eksportir cicak di tanah air sangat berpeluang untuk mendongkrak penjualannya. Tapi hal itu, kata dia, harus juga dibarengi dengan akselerasi dari pemerintah dalam bentuk pembinaan maupun pembiayaan budidaya.
"Terlebih jika didampingi baik dalam bentuk pembinaan, pembiayaan hingga promosi. Jadi nilai ekspornya bisa lebih di akselerasi," ungkapnya.
Ditambah lagi, berdasarkan penjelasan Gunawan yang juga dosen di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini, masyarakat Indonesia tidak terbiasa mengkonsumsi cicak tersebut. Bahkan untuk umat Islam, cicak dianjurkan untuk dibunuh.
"Masyarakat Indonesia tidak terbiasa mengkonsumsi cicak. Bahkan diharamkan (untuk Agama Islam), karena cicak itu binatang fasik. Bahkan dalam sebuah hadis cicak dianjurkan untuk dibunuh dengan satu pukulan," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, telah dilakukan ekspor cicak kering dari Sumatera Barat ke Hongkong. Jumlah cicak yang diekspor itu sebanyak 330 Kg.
"Sudah ada ekspor perdana cicak dari Sumatera Barat menuju Hongkong. Tahap awal dikirim 330 kilogram," kata Kepala Karantina Pertanian Padang, Iswan Haryanto saat dikonfirmasi detikSumut, Kamis (2/6).
Menurut Iswan, ekspor cicak kering dilakukan Sabtu (21/5) lalu. Sebelum diekspor, cicak terlebih dahulu dikeringkan.
(afb/afb)