Orang Utan Tapanuli Terancam Punah karena Banjir Sumatera Hancurkan Habitat

Duka dari Utara Sumatera

Orang Utan Tapanuli Terancam Punah karena Banjir Sumatera Hancurkan Habitat

Agus Tri Haryanto - detikSumut
Senin, 15 Des 2025 14:00 WIB
Orang Utan Tapanuli Terancam Punah karena Banjir Sumatera Hancurkan Habitat
Orang Utan Tapanuli (Foto: Wikimedia Commons)
Medan -

Habitat orang utan Tapanuli di hutan Sumatera terancam punah. Pasalnya, habitat orang utan hancur akibat bencana banjir dan longsor.

Orang utan Tapanuli sendiri merupakan salah satu kera besar paling langka di dunia karena memiliki populasi di bawah 800 ekor di alam liar. Saat ini orang utan Tapanuli hanya ditemukan di wilayah kecil Batang Toru, Sumatera Utara, dan baru diidentifikasi sebagai spesies terpisah pada 2017.

"Kehilangan seekor orang utan saja merupakan pukulan telak bagi kelangsungan hidup spesies ini," kata Panut Hadisiswoyo, pendiri dan ketua Pusat Informasi Orangutan di Indonesia dikutip detikInet dari France24, Senin (15/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut laporan, banjir besar tersebut telah merusak sebagian besar habitat alami orang utan Tapanuli, termasuk area hutan yang menjadi sumber makanan dan tempat berlindung mereka.

ADVERTISEMENT

Para ahli konservasi menyebut kerusakan itu sebagai gangguan yang bisa berdampak langsung pada kelangsungan hidup spesies karena jumlahnya sangat kecil.

Erik Meijaard, seorang konservasionis orang utan yang telah lama berkecimpung di bidang ini, memperkirakan bahwa antara enam hingga 11% orang utan kemungkinan besar telah mati.

"Angka kematian individu dewasa apa pun yang melebihi satu persen, akan mendorong spesies tersebut menuju kepunahan, terlepas dari seberapa besar populasinya di awal," ungkapnya.

Meijaard menuturkan citra satelit menunjukkan sayatan besar di lanskap pegunungan, beberapa di antaranya membentang lebih dari satu kilometer dan lebarnya hampir 100 meter.

Gelombang lumpur, pepohonan, dan air yang tumbang menuruni lereng bukit akan menghanyutkan segala sesuatu yang ada di jalannya, termasuk satwa liar lainnya seperti gajah.

Kerusakan habitat seperti ini memperburuk kondisi di mana spesies sudah terancam punah, karena hilangnya hutan berarti berkurangnya sumber makanan dan jalur pergerakan antarindividu, yang penting untuk reproduksi dan kelangsungan populasi.

David Gaveau, seorang ahli penginderaan jarak jauh dan pendiri perusahaan rintisan konservasi The Tree Map, mengatakan keterkejutannya dengan perbandingan kondisi sebelum dan sesudah perubahan di wilayah tersebut.

"Saya belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya selama 20 tahun saya memantau deforestasi di Indonesia dengan satelit," katanya.

Para pakar lingkungan kini menyerukan upaya segera untuk memperkuat perlindungan habitat tersisa dan mencegah kerusakan lebih lanjut, agar ancaman kepunahan tidak benar-benar terjadi bagi orang utan yang sangat langka ini.

Simak juga Video KuTips: Tanda-tanda Respons Hewan pada Perubahan Lingkungan

Halaman 2 dari 2
(astj/astj)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads