Pasien di Inggris Jalani Operasi Otak Sambil Main Klarinet

Pasien di Inggris Jalani Operasi Otak Sambil Main Klarinet

Khadijah Nur Azizah - detikSumut
Kamis, 23 Okt 2025 06:30 WIB
Seorang pasien Parkinson, Denise Bacon (65), memainkan klarinetnya saat menjalani prosedur bedah otak Deep Brain Stimulation (DBS) di King’s College Hospital.
Pasien bermain klarinet saat operasi bedah otak (Foto: Karen Welsh/King's College Hospital)
Jakarta -

Denise Bacon (65), pasien Parkinson asal Inggris, menjalani prosedur bedah otak Deep Brain Stimulation (DBS) di King's College Hospital dengan cara yang tak biasa. Ia memainkan klarinet kesayangannya selama operasi berlangsung secara sadar. Aksi tersebut membantu tim dokter memantau secara langsung hasil dari tindakan medis yang dilakukan.

Denise, mantan terapis wicara dan bahasa, didiagnosis mengidap Parkinson sejak 2014. Penyakit itu menyebabkan tubuhnya kaku dan gerakannya melambat, hingga membuatnya kehilangan kemampuan berjalan, berenang, menari, dan bermain klarinet.

Dilansir detikHealth dari situs resmi NHS UK King's College Hospital, operasi tersebut berlangsung selama empat jam. Denise tetap sadar karena otak tidak memiliki reseptor rasa sakit, hanya kulit kepala dan tulang tengkoraknya yang dibius. Hal ini memungkinkan dokter memantau reaksi tubuhnya secara real time.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam prosedur ini, elektroda ditanam di otaknya dan dihubungkan dengan generator pulse yang mirip alat pacu jantung di dada. Alat tersebut mengirimkan impuls listrik untuk menstabilkan aktivitas saraf yang terganggu.

Operasi dipimpin oleh Profesor Keyoumars Ashkan MBE, ahli bedah saraf yang menjelaskan bahwa DBS biasanya dilakukan pada pasien dengan gangguan gerak yang tidak merespons pengobatan biasa.

ADVERTISEMENT

Salah satu tujuan operasi itu adalah agar pasien bisa bermain klarinet lagi. Karenanya alat musik tiup itu dibawa ke ruang operasi. Klarinet ini juga menjadi simbol sekaligus alat uji keberhasilan operasi.

"Kami senang melihat peningkatan instan pada gerakan tangannya, dan karena itu kemampuannya bermain, segera setelah stimulasi disampaikan ke otak," kata Professor Ashkan.

Denise pun merasakan manfaatnya seketika usai menjalani operasi. Ia merasa mulai bisa menggerakkan lagi bagian tubuhnya.

"Saya ingat tangan kanan saya bisa bergerak dengan jauh lebih mudah setelah stimulasi diterapkan, dan ini pada gilirannya meningkatkan kemampuan saya untuk bermain klarinet, yang membuat saya senang," ujarnya.

Kini, Denise berharap bisa kembali menari dan berenang. Ia juga memilih jenis generator yang bisa diisi ulang dan dipasang di dadanya, dengan masa pakai hingga 20 tahun sebelum perlu diganti.




(nkm/nkm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads