Penyakit kanker sering kali terlambat terdeteksi sehingga lebih sulit ditangani. Ada beberapa gejala kanker yang sering muncul dan diabaikan, khususnya pada anak.
Dokter spesialis anak dari RS Kanker Dharmais, dr Mururul Aisyi, SpA(K), mengingatkan seluruh orang tua lebih waspada terhadap kondisi anak. Menurutnya, gejala kanker pada anak sering dianggap sepele.
Ia menyebut kanker pada anak adalah leukemia yang memiliki gejala demam, pucat, serta perdarahan. Pada kondisi lebih lanjut, bisa muncul pembesaran hati, limpa, kelenjar getah bening, bahkan pembesaran testis pada anak laki-laki. Anak juga dapat mengalami pincang atau gangguan keseimbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diagnosis yang tepat sangat penting agar pencegahan bisa dilakukan. Orang tua perlu waspada, jangan hanya mengira gejala itu akibat infeksi biasa, tapi pikirkan juga kemungkinan kanker sebagai diagnosis banding," ujar dr Aisyi, dalam diskusi bersama Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI), dikutip detikHealth.
Selain leukemia, kanker anak yang juga perlu diwaspadai adalah limfoma. Penyakit ini umumnya dialami anak usia di atas lima tahun. Gejalanya berupa pembesaran kelenjar getah bening, khususnya di leher. Pada anak, ukuran normal kelenjar bisa lebih besar dibanding dewasa, namun jika diameternya melebihi 2 cm, terutama bila teraba di salah satu sisi atau di daerah supraklavikula (atas tulang selangka), orang tua perlu curiga.
dr Aisyi menambahkan, meski kasus kanker anak tidak sebanyak penyakit infeksi, gejala-gejala tersebut sebaiknya tidak diabaikan. "Waspada pada setiap kondisi apapun, jangan anggap sepele. Semakin dini terdeteksi, semakin baik peluang penanganannya," tutupnya.
dr Aisyi juga menyinggung retinoblastoma atau kanker mata yang umumnya menyerang anak usia di bawah lima tahun, terutama pada rentang usia satu hingga tiga tahun. Salah satu tanda khasnya adalah leukokoria atau yang sering disebut "mata kucing", yaitu munculnya pantulan putih pada pupil.
Retinoblastoma bisa menyerang satu atau dua mata. Jika terdeteksi dini, peluang kesembuhan cukup tinggi, namun bila sudah berkembang hingga menyebabkan bola mata menonjol keluar (proptosis), tingkat kesembuhan dapat turun drastis hingga di bawah 20 persen.
"Semakin cepat kita mengenali gejala dan tanda-tanda itu, semakin besar peluang anak untuk sembuh. Kuncinya ada di kewaspadaan orang tua, tenaga kesehatan, dan lingkungan sekitar. Semua bisa jadi pahlawan bagi anak-anak kita," tegas dr Aisyi.
(astj/astj)